PON (Pekan Olahraga Ngaceng), Part 1

PON (Pekan Olahraga Ngaceng), Part 1
CERITA SEX GAY,,,,,,

Pertama kali Vito melihatnya waktu ia sedang antri buang air kecil di WC di luar Stadion Utama Senayan, mereka persis bersebelahan dari lambang di jaketnya Vito tau kalau atle muda yang tampan itu berasal dari Sumatra Selatan.
“Dari Sumsel, ya?” Vito mengawali percakapan.
“Iya,” jawab anak itu sambil senyum. Kece beraaattt…!
“Cabang apa?” tanya Vito lagi sambil maju selangkah ke arah urinal.
“Senam,” jawab cowok keren itu lagi. Ia juga maju satu langkah, “Cabang apa?” si ganteng tanya lagi.
“Polo Air,” Vito bersiap-siap membuka risluting celananya, tinggal seorang anak kecil saja di depannya. Pesenam tampan sudah duluan maju dan langsung menurunkan celana trainingnya.
“Baru kali ini ikut PON ya?,” Vito tidak ingin memutuskan percakapan. Tanpa malu-malu diliriknya kemaluan atlet Senam Sumsel yang sudah menyembul dari celana dalam hijau terangnya.
“He-eh, kamu?”
“Ini yang kedua,”
Vito mengeluarkan perkakas kelelakiannya dari cawat hitamnya. Si pesenam melirik juga.
Kesimpulan Vito mereka berdua sama-sama dianugerahi alat kelamin jantan yang di atas rata-rata. Diam-diam Vito berdua supaya miliknya tidak menegang kesenangan ingin menyapa teman baru. Kedua atlet itu menunaikan hajat kecilnya dengan hening.
“Tukar pin DKI dong,” cetus si Sumsel sambil mengembalikan auratnya ke balik cawatnya.
“Wah, saya punya ketinggalan di hotel. Nanti deh ya.”
Sebenarnya Vito punya puluhan pin berlambang ibu kota di kantung jaket trainingnya tapi dia ingin kemesraan awal ini berlanjut, Bo!
“Namanya siapa, sih?” mulai Vito. Berharap dalam hati lagi si Sumsel termasuk atlet yang tak gentar bereksperimen. Di bidang sex, maksudnya.
“Obie. Kamu tinggal di hotel mana?”
“Di Century. Tapi suka pulang ke rumah juga sih. Nyolong-nyolong.”
“Sama dong hotel kita di kamar berapa?”
“412. Kalau kamu, Bie?”
“823. Bener ya pin-nya,” jawab Obie. Seakan-akan cuma Vito doang yang olahragawan DKI Jaya di PON ini. Apakah ini artinya…?
Setelah mencuci tangan, mereka berdua segera menuju ke rombongan propinsi masing-masing untuk kemudian berdefile memasuki stadion.
“Senang nonton Polo Air, nggak, Bie? Maen dong ke kolam renang,” promosi Vito gencar.
“Nanti deh kalau lagi nggak tanding ya. Kamu juga ke Hall Senam dong.”
Coba kalau pesenam itu diwajibkan berbugil ria seperti jaman dulunya pasti tiap hari Vito nonton latihan senam putra deh. Enaknya jadi atlet polo air kan justru karena teman-teman satu tim cukup berkancut segitiga mungil, ngil. Bikin siapapun yang ngeliat nggak ku-ku…!
Selama berlangsungnya upacara pembukaan Vito cuma memikirkan Obie seorang (udah kayak lagu dangdut aja dech…!). Dia ingin bisa kenal atlet muda asal propinsi pempek itu lebih dekat lagi, terutama di bagian pinggang kebawahnya.
Selesai upacara, Vito langsung pulang ke hotel dan menelepon kamar Obie.
“Hei, Bie, besok gue belum tanding karena acaranya renang dulu. Udah pernah ke Ancol belum? Jalan yuk…!”
“Boleh aja tuh, besok saya memang masih nganggur kan acara tim putri dulu,” sambut Obie, “Tapi naik apa kita?”
“Gua bawa mobil sendiri kok. Ayo deh…gue tunggu di lobby ya. Sepuluh menit!”
Sekitar 45 menit kemudian kedua insan olahraga itu sudah parkir di pinggir pantai.
“Gue ada teka-teki nih, Bie, tau nggak lo kenapa perenang itu mesti pake celana renang,”
“Soalnya dia nggak boleh telanjang, dong.”
“Salah, soalnya kalo nggak pake zwempak ya pertandingan bola sodok namanya dong.”
Obie ketawa berderai. Sepanjang perjalanan ke Ancol Vito memang ngelawak terus.
“Nah sekarang, teka-teki lagi nih. Kenapa lo gue ajak ke sini?”
Obie langsung berhenti tertawa. Dia cuma menggelengkan kepalanya.
“Karena gue suka sama lo. Lo sendiri suka gue nggak?”
Lagi Obie mengangguk.
“Suka…atau suka…?” desak Vito lagi sambil meraba selangkangan pesenam belia dari Sumsel itu.
Alat kelamin Obie tegang!
Vito langsung menggamit dagu Obie dan memandang wajah tampan atlet daerah yang langsung tersipu itu.
“Lu umur berapa sih, Obie?”
“Mau delapan belas.”
“Berarti lo udah cukup umur buat ditelanjangin dong.”
Vito jadi ingin menyelomot bibir Obie, tapi kok kesannya agak-agak nggak macho gitchu. Vito langsung konsentrasi untuk membugili Obie di situ juga dan saat itu juga. Selanjutnya…(ya terserah mereka lha yauwww…!). Periksa di bagian dua, Bo!

Seperti biasa: Saran,usul, komentar, ataupun protes (bayar seribu) layangkan ke: [email protected],,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest

Related posts