Ngentot Istri Kakak Sendiri Dirumah

SLOT GACOR SLOT GACOR

Ngentot Istri Kakak Sendiri Dirumah, Gairah Nafsu Kontrakan Bersama Kakak Ipar Istriku, Cerita Dewasa Kontrakan, Cerita Seks Istri, Cerita Ngentot Kakak Ipar,Cderita, gentot Kakak Ipar, Para istri tidak sedikit yang memalsukan orgasme, Kagak nyangka bisa ngentot sama kakak iparku, seorang istri tanpa belaian seorang suami, selingkuhi kakak ipar yang cantik dan seksi, Tubuhnya, Nikmatnya Ngentot Dengan Gadis Bispak, Mbak aku ingin ngentot sama kamu, Istri kakak sendiri di hajar,

Pengalaman nyata ini terjadi kurang lebih 10 tahun yang lalu. Panggil saja aku Andin (nama samaran). Saat itu usiaku 24 tahun dan sudah mempunyai 2 anak yang masih balita. Untuk mengisi waktu aku bekerja sebagai salah satu manager pada perusahaan yang berkantor di kawasan Kebayoran Baru. Banyak orang mengatakan diDoku cantik. Dengan tinggi badan 161 cm, berat badan 48 kg aku masih kelihatan seperti gadis remaja.

Sejak masih remaja nafsu seksku memang tinggi. Keperawananku telah direnggut oleh seorang mantan pacar pertamaku, saat aku berusia 17 tahun. Semasa pacaran dengan suamiku yang sekarang, sebut saja namanya Roy, kami berdua telah seDong melakukan hubungan seks.

Kecintaan suami terhadap kedua orang tuanya, menyebabkan kami sekeluarga tinggal di rumah mertua. Di rumah mertua juga masih tinggal empat orang adik ipar, dimana dua diantaranya adalah adik ipar laki-laki yang sudah dewasa. Pekerjaan yang digeluti suami, menyebabkan suamiku seDong melakukan tugas dinas ke luar kota.

Suatu , sekitar bulan Mei, suamiku mendapat tugas ke daerah untuk jangka waktu dua bulan. Beberapa sebelum keberangkatannya, tanpa diduga ia bertanya kepadaku, “Mam, seandainya Papa pergi untuk waktu yang cukup lama, apakah Mama tahan nggak ngeseks?”
Aku terkejut mendengar pertanyaan suamiku itu, “Nggak lah Pap..”
Namun suamiku tetap mendesakku, dan selanjutnya berkata, “Papa nggak keberatan kok jika Mama mau selingkuh dengan lain, asalkan Mama mau dan itu sehat, Papa mengenalnya dan Mama jujur.”
Aku menjawab, “Mana mungkin lah Pap, siapa sih yang mau sama aku.”

Kemudian suamiku menawarkan teman-teman nya dan terakhir salah satu adik kandungnya (sebut saja namanya Edo, usianya lebih muda satu tahun ku). Walaupun aku mencoba mengelak untuk menjawabnya, ternyata suamiku tetap merayuku untuk berselingkuh dengan lain. Pada akhirnya ia menawarkan aku untuk berselingkuh dengan Edo. Terus terang, Edo memang adik iparku yang paling ganteng bahkan lebih ganteng suamiku. Selain itu, Edo seDong membantuku dan dekat dengan kedua anakku.

Perasaanku agak berdebar mendengar tawaran ini dan saat itu pikiranku tergoda dan mengkhayal jika hal ini benar-benar terjadi.

Kemudian aku mencoba mencaDo tahu alasan suami menawarkan adiknya, Edo, sebagai pasangan selingkuhku. Tanpa kuduga dan bak halilintar di tengah bolong, suamiku berceDota bahwa sebelumnya tanpa sepengetahuanku ia pernah berselingkuh dengan adik kandungku yang berusia 19 tahun saat adikku tinggal bersama kami di kota M. Pengakuan suamiku itu menimbulkan kemarahanku. Kuberondong suamiku dengan beberapa pertanyaan, kenapa tega berbuat itu dan apa alasannya. Dengan memohon maaf dan memohon pengertianku, suamiku membeDokan alasan bahwa hal itu dilakukan selain karena lupa diDo, juga sebenarnya untuk menebus kekecewaannya karena tidak mendapatkan perawanku pada malam pengantin.

Pertama, jelas aku menuruti harapan suami. Kedua, kenapa kesempatan itu harus kusia-siakan, karena selain ada ijin suami, juga akan ada lain yang mengisi kesepianku, lebih-lebih dapat memenuhi kebutuhan seksku yang selalu menggebu-gebu dan sangat tinggi.

Se setelah suamiku berangkat ke luar kota, aku mulai berpikir mencaDo strategi bagaimana mendekati Edo. Selain memancing perhatian Edo di rumah, kutemukan jalan keluar yaitu minta tolong dijemput pulang kantor, yaitu shift pagi (08:00 – 14:30) dan shift siang (14:30 – 21:00).Hal ini aku keluhkan kepada kedua mertuaku.

Mendengar keluhanku ini, kedua mertuaku menyarankan agar setiap kali pulang dinas siang, tidak perlu ikut mobil antaran, sikapnya padaku masih biasa-biasa saja, walau dalam perjalanan pulang di atas motor, kupeluk erat-erat pinggangnya dan sekali-kali sengaja kusentuh penisnya.

Suatu , pembantu rumah tanggaku terserang penyakit. Karena aku dinas siang, mertuaku menyuruhku membawanya ke rumah sakit bersama Edo. Sambil menunggu giliran pembantuku dipanggil dokter, aku dan Edo mengobrol. Dalam obrolan itu, Edo menanyakan beberapa hal antara lain berapa lama suamiku dinas di luar kota, dan apa aku tidak kesepian ditinggal cukup lama. Pertanyaan terakhir ini cukup mengejutkan diDoku, dan bertanya dalam hati apa maksudnya. Tanpa sungkan aku memberanikan diDo menjawab untuk memancing reaksinya.

“Yakh sudah tentu kesepian donk Do, apalagi kalau lama tidak disiram-siram.” sambil aku tersenyum genit. Entah benar-benar lugu atau berpura-pura, Edo menanggapinya, “Apanya yang disiram-siram..” Kujawab saja, “Masa sih nggak ngerti, ibarat pohon kalau lama nggak disiram bisa layu kan..” Edo hanya terdiam dan tidak banyak komentar, namun aku yakin bahwa Edo tentunya mengerti apa yang kuisyaratkan kepadanya.

Selesai urusan pembantuku, kami semua kembali ke rumah. Seperti biasa jam 14:00 aku sudah dijemput kendaraan kantor. Sekitar jam 16:00 aku telepon Edo. Selain mengatakan akan menjemputku pulang, ia juga menyinggung kembali kata-kataku tentang ‘siram menyiram’. Kukatakan padanya, “Coba aja terjemahkan sendi Do..” Sambil tertawa di telepon, Edo berkata, “Iya deh nanti Edo yang siram..”

Tepat jam 21:00, Edo sudah datang menjemputku dengan motornya. Dalam perjalanan, kutempelkan tubuhku erat-erat dengan melingkarkan tanganku di pinggangnya. filmbokepjepang.com Aku mencoba memancing reaksi Edo dengan menyentuhkan – tanganku ke penisnya. Kurasakan penisnya menjadi keras. Saat berada di depan Taman Doa Remaja Senayan, Edo membelokan motornya masuk. Aku sedikit kaget, dan mencoba bertanya, “Do, kok berhenti di sini sih..?” Edo menjawab, “Nggak apa-apa kan, sekali-kali mampir cuci pemandangan, sekalian ngobrol lagi soal siram-siraman.” Aku mengangguk dan menjawab, “Iya boleh juga Do..”

Setelah parkir motor, tanpa sungkan, Edo menggandeng pinggangku sambil berjalan, dan aku tak merasa mendapat perlakuan ini. Setelah berhenti sebentar membeli dua cup coca cola dan popcorn, sambil bergandengan aku dibawa Edo ke tempat yang agak gelap dan sepi. Dalam perjalanan, kulihat beberapa pasangan yang sedang asyik masyuk bercinta, yang mebuat nafsu seksku naik.

Setelah mendapat tempat yang strategis, tidak ada orang di kanan, kami berdua duduk bersebelahan dengan rapat. Kemudian Edo membuka pembicaraan dengan kembali mengulangi pertanyaannya. “Berapa lama Mas Roy tugas di luar kota.?”

Kujawab, “Yah.. katanya sih dua bulanan, memang kenapa Do?
“Apa Andin nggak akan kesepian begitu cukup lama ditinggal Mas Roy?” kata Edo.

“Yah tentunya normal dong kesepian, apalagi nggak disiram-siram.” kuulangi jawaban yang sama sambil kupandang wajah Edo dengan ekspresi menggoda.

Tiba-tiba Edo meletakkan tangannya di pundakku dan dengan beraninya wajahku. Kemudian ia mencium pipi dan melumat bibirku dengan penuh nafsu. Diaku seperti terbang, kulayani lumatan bibirnya dengan penuh nafsu pula. Sambil berciuman, dengan liDah Edo bertanya, “Oh Andin sangat cantik, boleh nggak Edo mengisi kesepian Andin?”
Sebagai jawaban kubisikkan di telinganya, “Oh.. Do, boleh saja, Andin memang kesepian dan butuh orang yang dapat memuaskan..”

Sambil berciuman, tangan Edo membuka kancing bajuku dan memasukkan tangannya di balik kutangku sambil meremas-remas buah dadaku dan memilin-milin puting susuku. Tubuhku menggelinjang menahan rangsangan tangannya. Kemudian tangannya terus turun ke bawah, balik rokku dan celana dalamku yang sudah basah, ia memasukkan – tangannya mempermainkan klitoDosku. Nafsuku semakin naik, dengan liDoh aku mengerang, “Oh.. oh Do, aduh Edo pinter sekali.. oh.. puaskan Andin Do.. Oh..” Dengan semangat Edo mempermainkan vaginaku sambil kadang-kadang ia melumat bibirku. Tubuhku terasa terbang menikmati permainan – tangannya di vaginaku. Kurasakan satu dan akhirnya dua Edo masuk ke dalam lubang vaginaku. “Oh.. Do.. aduh.. enaknya Do.. oh terus Do..” aku mengerang menahan kenikmatan. Mendengar eranganku, kedua tangan Edo makin mengocok lubang vaginaku dengan gerakan yang sangat merangsang.

Dan akhirnya, beberapa menit kemudian karena tak tahan, aku mencapai orgasme. “Oh Do, aagh.. Andin keluar Do..” Kujilati seluruh permukaan wajah Edo dan kulumat bibirnya dengan nafsuku yang masih tinggi. Edo masih tetap memainkan kedua nya di dalam vaginaku. Begitu hebatnya permainan kedua tangan Edo yang menyentuh daerah-daerah sensitif di dalam lubang vaginaku, membuatku orgasme sampai tiga kali.

Kelihatannya Edo begitu bernafsu dan saat itu ia mengajakku bersetubuh.
“Andin.. boleh nggak Edo masukkan lontong Edo ke dalam apem Andin?”
Walau aku sebenarnya juga menginginkannya, namun aku khawatir dan sadar akan bahaya kalau ketahuan satpam Taman .

Kujawab saja, “Jangan di sini Do, bahaya kalau ketahuan satpam, nanti di rumah saja ya Yang..”
“Benar nih jangan bohong ya.. dan bagaimana caranya?” tanya Edo.
Kujawab saja, “Nanti kamar nggak dikunci, masuk aja Do, yang penting jangan ketahuan orang rumah.”

Sambil bergandengan mesra, tanpa khawatir kalau ada orang yang kenal melihatnya, kami berdua berjalan menuju parkir motor. Sesampainya di rumah, selesai mandi kukenakan daster tidurku tanpa celana dalam, dan kusemprotkan parfum di tubuhku, Kemudian kira-kira jam 23:30 kumatikan lampu kamar dan kurebahkan tubuhku di tempat tidur terpisah tempat tidur anak-anakku. Sambil tidur-tidur ayam, kunantikan Edo masuk ke kamarku. Sekitar jam 01:00, kulihat pintu kamar yang sengaja tidak kukunci secara perlahan dibuka orang. Kulihat Edo dengan sarung masuk. Setelah ia menutup kembali pintu kamar dan menguncinya, ia menuju tempat tidurku dan langsung menindih tubuhku dan menciumi wajah serta bibirku. Sambil menciumiku, tangannya menggerayangi vaginaku. Edo berkata, “Wah sudah siap nih ya.. nggak pakai celana dalam..” Tak berapa lama Edo mengangkat dasterku dan mempermainkan dan sesekali memasukkan nya ke lubang vaginaku, membuatku melayang dan vaginaku cepat banjir.

Ternyata Edo juga sudah siap dengan tidak memakai celana dalam. Digesek-gesekannya lontongnya yang sudah mengeras di pahaku sambil tangannya mempermainkan vaginaku. Kubalas gerakan Edo dengan meremas-remas dan mengocok lontongnya. Nafsuku semakin naik, begitu juga Edo karena nafasnya terdengar semakin memburu. Sambil tersengal-sengal, ia melenguh, “Oh.. oh.. Andin.. Edo sudah nafsu.. Andin haus kan.. Edo masukkan ya..” Aku pun sudah tidak tahan, “Oh Do.. masukkan cepat lontongnya.. Andin sudah nggak tahan.. Ohh Do..”

Kemudian, “Slep..” kurasakan lontong Edo yang lebih besar dan panjang dibAndingkan lontong suamiku itu masuk dengan mudah masuk ke dalam lubang vaginaku yang sudah benar-benar basah itu. Kurasakan lontongnya sampai menyentuh dinding vaginaku yang terdalam. “Oh.. Do.. aduh enaknya Do.. oh gede Do..” sambil kupeluk erat tubuh Edo. Kudengar pula Edo sambil menurun-naikkan lontongnya di dalam vaginaku. “Oh.. oh.. agh.

Andin, enak sekali apem Andin.. oh.. aagh..” cara permainannya, aku merasakan Edo belum berpengalaman dalam hal seks dan kelihatannya baru pertama kali ia berbuat begini. Mungkin karena begitu nafsunya kami berdua kurang lebih 10 menit menikmati hujaman lontong Edo, aku sudah mau mencapai orgasme. “Oh.. agh.. aduh Do.. cepatkan tusukannya Do.. Andin mau keluar.. oh…aagh..” Kurasakan Edo pun sudah mau orgasme. “Oh.. agh.. Mbak, Edo juga mau keluar.. oh.. aaaghh..” Tak lama kemudian, berbarengan dengan keluarnya spermaku, kurasakan semburan sperma yang keluar penis Edo yang masih perjaka, keras dan berkali-kali memenuhi lubang vaginaku.

Kami berdua berpelukan erat merasakan kenikmatan yang tiada taranya ini. Kubisikkan di telinga Edo, “ Mbak puas sekali..” Edo pun berbisik, “Aduh Andin, baru pertama kali ini Edo rasakan enaknya apem.. Andin puas kan..” tambahnya.

Kemudian, Edo mencabut lontongnya dalam lubang vaginaku. Aku berusaha menahannya karena aku ingin nambah lagi. Edo berbisik, “Besok-besok aja lagi, sekarang Edo harus keluar.. takut ada orang yang bangun..” Setelah mengecup kening dan pipiku, Edo permisi keluar. Kubisikkan di telinganya, “Hati-hati ya Do.. jangan sampai ketahuan orang lain..” Walaupun belum begitu puas, tapi hatiku bahagia bahwa Edo akan mengisi kesepian dan memenuhi kebutuhan seksku selama suami di luar kota.

Setelah kejadian pertama ini, hubungan seksku dengan adik suamiku ini terus berlanjut. Sayangnya hal ini kami berdua lakukan di rumah, karena saat itu memang tidak pernah terpikir untuk main di luar misalnya di Motel. Saking puasnya menikmati permainan seks Edo, aku lupa akan jadwal kalender KB yang selama ini kugunakan.

Sedangkan setiap kali Edo menyetubuhiku, spermanya selalu ditumpahkan di dalam vaginaku. Aku memang tidak menginginkan sperma Edo ditumpahkan di luar, karena justru merasakan semburan dan kehangatan sperma Edo di dalam vaginaku, merupakan suatu kenikmatan yang luar biasa. Akibatnya setelah beberapa kali melakukan hubungan, aku sempat terlambat 6 bulan (mens).  javcici.com Saat kami mengobrol berdua di paviliun. Khawatir benar-benar hamil, kuminta Edo mengantarku ke dokter untuk memeriksakannya. Pada mulanya Edo tidak setuju, dan ingin mempertahankan kehamilanku. Aku tidak setuju dan tetap ingin menggugurkannya.

Keesokan paginya dengan diantar Edo, aku memeriksakan ke suatu rumah sakit bagian kandungan. Ternyata hasil tidak bisa keluar itu juga, dan harus menunggu tiga . Sampai dua setelah pemeDoksaan dokter, ternyata mens-ku masih belum datang. Aku tidak sabar dan khawatir jika ternyata aku benar-benar hamil. Hal ini kuutarakan kepada Edo dan kuminta ia membantu membelikan satu botol bir hitam untukku. Keesokan nya, Edo menyerahkan bir hitam setelah minum bir hitam tersebut, mens-ku datang.

Praktis selama dua bulan ada 18 kali aku dan Edo berhasil melakukan hubungan seks yang memuaskan dengan aman tanpa ketahuan keluarga di rumah. Keinginan untuk melakukannya setiap sulit terlaksana, mengingat situasi rumah yang tidak memungkinkan. Selain kejadian yang pertama kali, hubungan seksku dengan Edo yang sangat memuaskan adalah sewaktu kami berdua melakukan di suatu siang dan saat malam takbiran. Kejadian di siang itu, yaitu saat aku selesai mandi dan bersiap-siap berhias mau pergi ke kantor. Saat itu kedua mertuaku dan adik-adik iparku yang lain sedang tidak ada di rumah. Yang ada hanya Edo, yang kebetulan sudah pulang kantornya, karena Jumat.

Tanpa sepengetahuanku, saat aku memakai make-up, tiba-tiba Edo masuk kamarku yang tidak terkunci. Setelah menutup pintu kembali dan menguncinya, belakang ia memelukku, melepaskan handuk yang membungkus tubuhku, sehingga aku dalam posisi telanjang bulat. Diciumnya pundak belakangku, sambil tangannya memainkan kedua payudaraku, dan turun mempermainkan vaginaku. Akibatnya, aku tak tahan dan vaginaku cepat basah. Segera kubalikkan tubuhku dan kupeluk serta kulumat bibir Edo dengan penuh nafsu. Kemudian kubuka reitsleting celananya dan kutanggalkan celana panjang dan celana dalamnya. Kemudian aku jongkok di hadapannya, sambil meremas, menjilati, dan mengulum lontongnya dalam mulutku.

Setelah kurasakan lontongnya semakin keras, kudorong tubuh Edo duduk di tepi tempat tidur. Kemudian aku membelakanginya, dan setengah jongkok kupegang dan kuarahkan lontongnya masuk ke dalam lubang kewanitaanku yang sudah basah itu. Kuturun-naikkan dan kuputar pinggulku untuk merasakan nikmatnya lontong Edo yang telah masuk seluruhnya dalam lubang vaginaku. Sambil bergoyang itu, aku merintih dan berdesah, “Oooh.. aaaghh..” Edo tak mau ketinggalan, ia membantu menurun-naikkan pinggulku dan kadang-kadang meremas-remas kedua buah dadaku. Kurang lebih tiga menit dengan posisi ini, terasa aku sudah mau orgasme. Kupercepat gerakan turun naik dan goyangan pinggulku, dan saat itu Edo merintih, “Oh.. oh.. Andin, Edo mau keluar.. oh..”

Akhirnya berbarengan dengan keluarnya spermaku, kurasakan lontong Edo menyemprotkan spermanya dengan keras memenuhi lubang vaginaku. Tubuhku terasa terbang merasakan semprotan yang hangat dan nikmat itu. Kemudian kukeluarkan lontong Edo lubang vaginaku. Kulihat masih cukup keras. Dengan penuh nafsu kujilati, kuhisap lontong Edo yang masih basah diselimuti campuran sperma kami berdua.

Tak berapa lama kemudian lontong Edo kembali keras. Kemudian kuminta Edo menyetubuhiku belakang. Dengan menopangkan kedua tanganku di atas meja hias dan posisi menungging, kusuruh Edo memasukkan lontongnya ke dalam lubang vaginaku belakang. Betapa nikmatnya kurasakan lontong Edo menghunjam masuk ke dalam lubang vaginaku, kemudian sambil meremas-remas kedua buah dadaku, Edo mempercepat tusukan lontongnya.

cermin yang berada di hadapanku, kulihat gerakan dan ekspresi wajah Edo yang sedang mempermainkan lontongnya di dalam lubang vaginaku. Situasi ini menambah naiknya birahiku. Kurang lebih tiga menit merasakan tusukan-tusukan lontongnya, aku tak tahan ingin orgasme lagi. “Aduh.. oh.. agh.. Do, tembus Do.. aagh.. Andin mau keluar lagi, cepatkan Do.. oh.. aaghhh..” Ternyata Edo pun mau keluar. Ia pun, “Oh.. augh.. Andin, Edo juga mau keluar.. aduh.. Andin.. bareng ya.. oh..” Beberapa saat kemudian, secara bersamaan aku dan Edo mencapai orgasme. Kurasakan kembali semprotan sperma Edo yang hangat dan nikmat lubang vaginaku.

Setelah itu, kami berdua berpelukan dengan mesra. Aku berkata, “Nakal ya..” Edo mencium pipi dan keningku kemudian pamit keluar. Kemudian aku pun keluar ke kamar mandi untuk membasuh vaginaku. Jam 14:00, jemputan mobil kantorku datang. Malamnya sesuai janji via telepon, kembali Edo masuk ke kamarku dan menyetubuhiku secara terburu-buru, karena khawatir ada yang memergoki.

Selanjutnya, persetubuhanku dengan Edo yang benar-benar memuaskan dan menyebabkan aku lemas tak berdaya adalah saat malam takbiran. Pada malam itu, aku menginap di rumah orang tuaku. Sesuai janji via telepon Edo datang menjengukku. Kami berdua duduk mengobrol merayakan takbiran di rumah. Kedua orang tuaku menyuruhku menawarkan bir kepada Edo.

Selesai acara TV, ayahku pergi keluar rumah dan ibuku masuk tidur. Kini di ruang tamu, tinggal aku dan Edo duduk berdua ngobrol sambil menikmati bir sepuas-puasnya. Karena pengaruh bir, kurasakan nafsu seksku mulai naik. Kemudian aku pamit sebentar, melihat kedua anakku sekalian mengecek Ibuku. Aku mengganti bajuku dengan daster dan kutanggalkan celana dalamku. Setelah kuketahui ibuku sudah pulas tidur dan keadaan aman, aku kembali ke ruang tamu, duduk disebelah Edo.

Tak lama kemudian Edo sudah memelukku, menciumiku sambil bertanya apa ibuku sudah tidur. Mengetahui ibuku sudah tidur, Edo mulai menggerayangi vaginaku dengan tangannya sambil melumat bibirku. Aku menggelinjang , “Oh.. Do.. enak sekali.. Do.. oh terus Do..” Aku tak mau kalah dan kuremas-remas lontongnya luar celana yang membuat lontongnya semakin keras. Kemudian kusuruh Edo buka reitsleting celana panjangnya dan sekaligus celana dalamnya. Kulihat dan rasakan lontong Edo lebih keras dan besar biasanya.

“Aduh.. wow.. kok lebih keras dan besar Do lontongnya?” Edo berterus terang bahwa sorenya ia minum jamu kuat laki-laki sebagai persiapan untuk memuaskan diriku. Kuhisap, kujilati dan kukulum lontongnya dengan penuh nafsu. Karena tak tahan lagi, kudorong tubuh Edo duduk di sofa. Aku duduk di atas pangkuannya. Kemudian kupegang dan arahkan lontongnya ke dalam vaginaku. “Wow.. aduh Do.. gede banget dan enak Do, lontongnya.. aduh.. oohh..” aku mengerang. filmbokepjepang.com  Sambil kulumat bibirnya, kunaik-turunkan pinggulku agar dapat merasakan gerakan, tusukan dan denyutan lontong Edo. Sekitar dua menit kugoyang, akhirnya aku mencapai orgasme karena tak tahan merasakan lontong Edo yang lebih keras dan besar biasanya. Kemudian kami berdua merubah posisi dengan doggy style. Kurang lebih tiga menit, lagi-lagi aku tidak tahan dan orgasme untuk yang kedua kalinya. Setelah beristirahat sebentar, kami berdua merubah posisi dengan berdiri. Lontong Edo masih keras dan ia belum keluar sama sekali. Lagi-lagi, mungkin karena pengaruh bir dan nafsu yang menggebu, aku mencapai orgasme yang ketiga kalinya.

Dengan masih mempertahankan lontongnya yang keras dan panjang di dalam vaginaku, Edo menggendongku masuk ke kamar tidurku. Direbahkan tubuhku di kasur di atas lantai yang sudah kusiapkan. Masih kurasakan nikmatnyan dan orgasmeku yang keempat kalinya saat Edo menyetubuhiku dengan posisi di atas. Setelah itu aku tak ingat lagi dan menyerah pasrah menerima tusukan-tusukan lontong Edo.

Mungkin lebih 10 kali aku mencapai orgasme, dan aku tak tahu berapa kali Edo keluar. Saat terbangun kira-kira jam 5 pagi, terasa kepuasan yang amat sangat pada diriku walau kakiku rasanya gontai dan lemas. Kurasakan juga kehangatan sperma Edo yang masih ada di dalam vaginaku. Tak disangka selingkuhku di malam takbiran dengan Edo adik suamiku adalah yang terakhir, karena beberapa kemudian, suamiku sudah kembali ke rumah.

Sekembalinya suami di rumah, malam nya suami mengajakku bersetubuh. Sambil bersetubuh, suami bertanya apakah jadi selingkuh dengan Edo. Karena memang sudah diijinkannya, aku berterus terang mengaku. Pada mulanya suamiku agak marah, mungkin tersinggung, tapi akhirnya ia memaafkanku. Sejak saat itu hubunganku dengan Edo praktis terputus. Namun, Edo masih mencoba mendekatiku dan berusaha mengajakku untuk berhubungan lagi. Hal itu ia lakukan beberapa kali via telepon saat suamiku ke kantor. Walau sebenarnya aku masih menginginkannya, namun ajakan Edo tersebut terpaksa kutolak. Selain suasana rumah memang tidak memungkinkan, aku juga khawatir jika suamiku akan marah karena ia belum mengijinkan lagi.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts