Kumpulan Tukar Istri

SLOT GACOR

Namanya Fendi, berusia 40 tahun dan bekerja di sebuah perusahaan swasta.
Ia sudah menikah dengan istrinya, Mona, selama lima belas tahun.
Kehidupan seks mereka sudah sangat membosankan dan bisa dibilang terasa sangat hambar. Mereka melakukan seks sekali dalam seminggu, itupun kalau ia tidak kelelahan sepulang kantor.
Mona juga tidak menyukai posisi yang macam-macam dan hanya mau melakukan posisi misionaris.
Mona sekarang berusia 39 tahun, meskipun begitu ia masih tetap cantik dan elok. Entah apa yang bisa membuat kehidupan seksual mereka begitu membosankan. Padahal dulu sebelum menikah, mereka selalu melakukannya setiap hari seusai kuliah dan pada saat weekend.

Pekerjaan Fendi di kantorpun selalu mandeg karena tidak ada hal yang baru.
Bekerja di dalam sebuah kubikel yang sempit, ia selalu merasa lelah setiap kali mendapatkan tugas dan assignment yang itu-itu saja.
Beruntung ia bersahabat dengan Yosua, rekan sekantornya yang kini berusia dua tahun lebih tua.
Pada suatu hari, mereka yang sedang makan siang bersama menemukan persamaan dalam kehidupan seksualitas mereka.

Fen, gue boleh curhat gak sama lo? tanya Yosua.

Boleh? Emang kenapa, Yos? timpal Fendi.

Istri gue nih. Entah kenapa sekarang-sekarang ini gue lagi hambar banget sama dia. jelas Yosua.

Maksud lo? Fendi tak mengerti.

Iya, gue cinta banget sama dia. Namun setelah menikah belasan tahun, gue ngerasa hambar aja gitu mata Yosua menerawang.

Hambar dalam? Fendi merasa penasaran.

Dalam hubungan seks kami cetus Yosua.

Fendi tersentak mendengar pernyataan ini. Ia tidak menyangka bahwa krisis yang ia alami juga bisa dialami oleh sahabat dan koleganya tersebut
.

Gue udah susah banget bergairah kalau sama dia. Rasanya tuh, biasa banget. kata Yosua.

Lo udah pernah tanya ke Sinta? tanya Fendi.

Yosua hanya menggeleng lemas. Gue udah tanya, kenapa dia ogah-ogahan kalau gue ajak, tapi dia nggak pernah ngasih jawaban yang jelas.

Mereka berdua terdiam.

Sabar ya bro, gue juga ngalamin hal yang sama kok. kata Fendi pada akhirnya.

Lo dan Mona? Beneran? Yosua bertanya tak percaya.

Iya, gue juga rasanya udah hambar banget setiap kali ML sama dia. Udah nggak ada spark lagi kayak pas kuliah dulu. jelas Fendi.

Iya ya, kok bisa begitu. Gue jadi bingung. Yosua mengidikkan bahunya.

Lo udah berapa lama ngalamin ini? tanya Fendi.

Dari anak gue naek kelas 4 SD. jawab Yosua.

Udah lama dong? sahut Fendi.

Lumayan. Yosua membenarkan.

Lo pernah coba ehmm, Fendi tidak meneruskan kata-katanya.

Maen ama pelacur? Yosua menjawab dengan sedikit ketus.

Fendi hanya mengangguk takut-takut. Ia tidak ingin menyinggung perasaan sahabatnya yang sedang galau ini. Sori, gue nggak maksud buat lo marah. ia berkata.

No problem kok. Gue juga pernah berpikiran gitu. sahut Yosua.

Trus? Fendi kembali penasaran.

Gue nggak berani ambil resikonya, takut penyakitan gue. jawab Yosua.

Tiba-tiba sebuah benak bulus terlesat di pikiran Fendi.
Ia pernah menonton sebuah film bokep mengenai pertukaran pasangan yang menggairahkan pasangan yang sebenarnya. Membayangkan tubuh molek dan perawakan Sinta yang cantik membuat kemaluannya berdiri tegang. Gue punya rencana nih. ia tersenyum pada Yosua.

Rencana apa? tanya Yosua tak mengerti.

Lo belom ambil jatah cuti lo kan? Fendi balik bertanya.

Belom, Yosua menggeleng.

Nah, jadi suatu hari kita cuti bareng, kita pura-pura pergi kerja tapi gue maen ke rumah lo dan lo maen ke rumah gue. Fendi mengutarakan idenya.

Terus? Buat apa gue maen ke rumah lo? Yosua masih tak mengerti.

Masa lo belom pernah sih ngebayangin begituan ama istri gue? tanya Fendi dengan senyum licik.

AH, GILA LO! sahut Yosua cepat.

Eh, dengerin dulu. Gue udah ngasih ijin nih buat lo, sekarang tinggal lo aja. Rela nggak memberikan Sinta buat gue? tantang Fendi.

Yosua terdiam mendengarkan rencana yang dibuat oleh Fendi. Perlahan ia membayangkan istrinya yang cantik bersenggama dengan laki-laki lain. Ia terkejut saat betapa angan-angan itu ternyata membuatnya sangat terangsang.

Kalau gue rela gimana? tanya Yosua pada akhirnya.

Ya udah kalau gitu, kita ambil cuti besok dan lo maen ke rumah gue sekitar jam sembilan abis nganterin anak lo sekolah. Istri gue biasanya udah selesai beres-beres jam segitu. kata Fendi.

Oke, lo juga jam segituan ke rumah gue. Besok jangan lupa cerita-cerita di kantor pas jam makan siang ya. sahut Yosua

Sip. Dan jangan sampai istri kita tahu. Fendi menyanggupi.

Mereka pun berjabat tangan dan tersenyum lebar.

***

Fendi Kamis pukul 08.50

Fendi menunggu di dalam mobilnya yang diparkirkan tidak begitu jauh dari kediaman Yosua.
Ia sudah memikirkan masak-masak rencana ini dari kemarin siang.  filmbokepjepang.com
Ia berusaha menutupi rasa semangatnya dari sang istri agar tidak dicurigai macam-macam.
Membayangkan istrinya Mona dicabuli oleh sahabatnya sendiri membawa sensasi gila yang amat sangat bagi dirinya.
Dan kini ia akan bersenggama dengan Sinta, istri Yosua, yang tidak kalah cantik dari Mona. Sungguh tindakan gila!

Fendi pun turun dari mobil dan berjalan pelan menuju pintu gerbang rumah Yosua yang di cat hitam tinggi. Ia membunyikan bellnya dan menunggu Sinta keluar. Perlahan ia mendengar suara langkah perempuan cantik itu, diselingi dengan desah nafasnya yang tersengal-sengal.

Lho, mas Fendi. Tumben datang jam segini? Sinta memakai celemek yang diikat ketat di belakang, memamerkan buah dadanya yang ranum dan terbentuk indah. Di balik celemek itu, Fendi bisa melihat tank top yang dipakai oleh Sinta, berwarna orange ketat dan memikat. Wanita itu juga memakai celana pendek berwarna hitam, dari sisi kanan dan kiri terlihat kulit pahanya yang kencang dan mulus.

Ayo masuk, silahkan. Sinta mempersilahkan sambil tersenyum ramah.

Terima kasih, mbak Sinta. Fendi mengikuti wanita itu masuk ke dalam rumah.

Ada perlu apa, mas? Mas Yosua sudah pergi dari tadi. kata Sinta tanpa rasa curiga sedikit pun.

Ini, katanya Yosua ketinggalan berkas di ruang kerjanya, tetapi ia sedang ada rapat penting, jadinya saya yang disuruh mengambil. Fendi berbohong.

Oh, gitu. Silahkan masuk, mas. Disitu tempatnya. Sinta menunjuk ruang kecil di bagian belakang rumah.

Fendi berjalan masuk kesana mendahului Sinta yang sibuk menutup pintu depan. Ia berjalan masuk melalui pintu belakang yang bertemu langsung dengan dapur dan bergerak cepat menuju ruang kerja Yosua. Fendi berpura-pura mengambil satu dua buah berkas dan kembali menuju ruang dapur dimana Sinta tampak sedang sibuk memasak.Masak apa toh, mbak? ia bertanya.

Ayam goreng, mas. Mas Yosua lagi demen sama makanan ini. sahut Sinta tanpa menoleh.

Wah, rajinnya masak. Gimana mas Yosua enggak seneng. Fendi mulai merayu.

Ah, mas bisa aja, mbak Mona kan juga jago masak. pipi bulat Sinta merona. Dia kembali sibuk mengurusi ayamnya.

Fendi memandanginya dari belakang, memperhatikan rambut panjang Sinta yang tergerai indah ke punggungnya. Ia bisa melihat bra Sinta yang berwarna hitam dengan jelas sekarang. Fendi meletakkan berkas di tangannya ke atas kulkas dan bergerak mendekati perempuan cantik itu.

Mbak Sinta kalau lagi keringetan tambah seksi ya. godanya berani.

Ah, mas ngomong apa sih? wajah Sinta makin merona. Ah, MAASS! ia menjerit keras saat dengan tiba-tiba Fendi menyergap tubuh sintalnya dari belakang dan memeluk punggungnya erat-erat. Sinta berusaha melawan sekuat tenaga, namun Fendi telah mengunci gerakannya.

Ah, mas! Lepasin aku, mas! Ahh… Ahh… ia terus menjerit dan memberontak meski tahu itu cuma sia-sia.

Mbak Sinta seksi banget. Aku enggak kuat loh, mbak. Tangan kanan Fendi bergerak naik untuk memainkan payudara Sinta yang tersembunyi di balik celemek dan tank topnya. Tangan kirinya yang tidak mau kalah kini sibuk bergerak turun ke bawah untuk menekan-nekan memek Sinta yang masih ditutupi celana pendek dan celana dalam.

Mas! Jangan, mas! Mas kan sahabatnya mas Yosua, Ohhh Mas! Auuw! Sinta menjerit dan menggelinjang.

Beneran jangan nih, mbak? Tapi kok mbak jadi basah begini sih? timpal Fendi ketus.

Ahh mas! Ahhh Sinta kembali merintih saat Fendi membuka celemeknya dengan cepat dan membukanya bersamaan dengan tank topnya.
Laki-laki itu memainkan tetek Sinta yang besar yang masih diselimuti bra putih tipis, juga memek Sinta yang makin membasah dengan semakin ganas.

Mas ouuuwh mas!! Sinta semakin merintih dan menggelinjang dibuatnya.

Mbak udah jarang dapet jatah kan? Aku tahu, mbak sudah lama pengen dibeginikan. Tangan kiri Fendi sudah mulai membuka kancing celana pendek Sinta dan menyelipkan tangannya ke balik celana dalam itu. Ia bisa merasakan jembut Sinta yang sudah basah akibat memeknya yang terangsang hebat. Fendi meremas payudara Sinta yang kini sudah terekspos dengan jelas akibat bra yang menyangganya sudah terlepas. Putingnya yang pink mencuat ke depan karena terangsang hebat. Fendi memelintirnya berkali-kali dengan jepitan jari telunjuk dan jari tengahnya.

Ehmm… mas! Oughh… Sinta hanya bisa mengerang-erang lemas saat Fendi menciumi leher dan telinganya sambil sibuk menggosok-gosokkan kontolnya yang sudah sangat keras ke belahan pantat perempuan cantik itu.

Fendi yang semakin bergairah kini memainkan payudara dan memek Sinta begitu keras hingga keduanya menjadi benar-benar basah. Mereka berdua mengerang-ngerang nikmat sambil melenguh-lenguh keenakan. Mas ahhhh jangan disini, mas Sinta akhirnya menyerah.

Hmmm… akhirnya kenapa tidak dari tadi, mbak? tanya Fendi menggoda.

Ah mas!! jawab Sinta dengan muka merah padam menahan gairah.

Fendi memutar tubuh Sinta secara paksa dan menekannya ke meja dapur. Piring berisi daging ayam fillet yang ada di atas meja pun terlempar keras ke lantai akibat perbuatan bejat kedua manusia itu.
Sinta melumat bibir Fendi dengan begitu beringas bagaikan anak kecil yang belum dikasih makan. Lidahnya berputar-putar di dalam mulut Fendi, menelusuri setiap inci bagian dalam mulut suami orang itu. filmbokepjepang.com
Fendi yang tidak mau kalah dan ikut memainkan lidahnya. Ia memijat-mijat lidah istri nakal itu. Tangannya meremas pantat Sinta yang sudah basah akan keringat. Fendi mengangkat pantat Sinta dan menaikkannya ke atas meja dapur.
Ia pun berjongkok dan mengendus-ngendus area selangkangan Sinta. Aroma cairan memek yang membasahi celana dalam hitam yang dipakai Sinta membuat pikiran Fendi melayang tinggi.

Kamu wangi banget loh, Sin. Mas seneng banget. kata Fendi terus terang.

Ahh… mas! Ahh Sinta mengejang-ngejang nikmat sambil memainkan payudaranya sendiri. Diisap dong, mas! Ahhh jangan diciumin mulu! Ahhh rintihnya.

Fendi menarik turun celana dalam Sinta untuk menemukan harta karun yang ia cari dari pagi tadi. Memek Sinta bentuknya sangat indah, dengan bulu lebat yang semakin meningkatkan hasrat.
Tanpa membuang waktu, Fendi pun melahap habis memek itu dan memainkan lubang kenikmatannya dengan lidahnya. Ia menekan-nekan lidahnya masuk untuk mencicipi kenikmatan duniawi yang amat memabukkan itu. Tangan kanannya yang tidak mau kalah ikut memijit dan memainkan klitoris Sinta.

Ahhh… mas! Ahhh… enak banget, mas! Oooh emmmmh!!! Sinta semakin ganas meraung-raung dan menggelinjang kesenangan.

Fendi melanjutkan kegiatannya memainkan memek Sinta sambil perlahan-lahan membuka baju kantornya yang sudah lepek akan keringat. Ia melemparkan kemeja kerja dan dasinya ke lantai, lalu berdiri mendadak, menghentikan kegiatannya memainkan vagina Sinta.

Mas, kenapa berhenti? Sinta bertanya tidak rela.

Kamu cantik banget, Sin, nggak kalah sama Mona. jawab Fendi sambil memainkan kembali tonjolan payudara Sinta yang membusung indah.

Ahh mas! Emmmh… Sinta melumat bibir Fendi sambil turun dari meja dapur. Ia meraba-raba punggung Fendi yang atletis dan menghirup aroma tubuhnya yang membuatnya sangat terangsang. Perlahan ia melepaskan ciumannya dan mulai membuka celana bahan yang Fendi pakai. Selepasnya kancing itu terlepas, Sinta menarik celana dalam putih Fendi ke bawah dan terkagum-kagum melihat perkakas Fendi yang sudah mengacung tinggi ke langit.

Wow, mas! Besar banget! Emmmh… Sinta mengulum penis itu bagaikan anak kecil yang sibuk menghisap lolipop. Ia melahap habis penis sepanjang 17 centimeter itu ke dalam mulutnya.  photommek.com Aroma jantan khas laki-laki yang berbeda dengan yang dimiliki Yosua membuatnya sangat horny. Sinta tidak pernah tiduri atau bahkan menyepong penis laki-laki lain selain batang milik Yosua sejak mereka menikah, dan itu sudah tujuh belas tahun yang lalu.

Ahhh… Sinta! Euuummh kuluman kamu nikmat banget! Oooouuuwh rintih Fendi keenakan.

Mas suka? tanya Sinta, tangan kirinya sibuk mengusap-usap memeknya yang sudah basah sambil terus menghisap penis besar Fendi.

Kamu mau yang lebih enak? tanya Fendi penuh arti.

Eummmh sebentar, mas. Ini enak banget eummmh!! Sinta terus menyepong dan menghisap penis panjang yang memenuhi rongga mulutnya itu.

Aku nggak mau buru-buru keluar, Sin. Fendi berkata.

Tapi nanti mas Yosua marah loh kalau dokumennya nggak dikirim. jawab Sinta menggoda.

Bilang aja macet. sahut Fendi enteng. Dia kemudian melepas celana kerjanya yang nyangkut di kedua kakinya dan menggendong tubuh Sinta bagaikan pasangan suami istri yang baru menikah saat tubuh mereka sudah sama-sama telanjang. Mereka berdua melanjutkan ciuman mereka sambil bertelanjang ria tanpa mengenakan pakaian sehelai pun. Fendi melemparkan Sinta ke atas kasur yang biasa Sinta tiduri bersama Yosua dan menutup pintu kamar mereka.

***

Yosua Kamis pukul 09.30

Mona mengerang keenakan. Ia berkali-kali harus berteriak sambil menutupi wajahnya dengan bantal akibat sensasi yang begitu nikmat yang ia rasakan. Dengan posisi doggy style, payudaranya yang berukuran lumayan besar bergoyang-goyang seirama dengan gerakan pinggul Yosua yang bergerak maju dan mundur begitu cepat.

Ahhh, Yosua! Ahhhh eumhhhhhh enak banget! Euuumh… kontolmu! Ahhh rintih Mona tanpa malu-malu.

Memekmu juga enak banget, Mon! Eummmh sempit! Yosua menggoyangkan pinggulnya semakin kencang. Tubuhnya tiba-tiba mengejang-ngejang dan berkontraksi.

Ahhh aku mau keluar! Eeummmh… teriaknya parau.

Jangan di dalem, mas! Ahhh Mona menarik keluar kontol Yosua dengan paksa dan memasukkannya ke dalam mulutnya dengan begitu cepat. Ia mengulumnya sekuat tenaga hingga Yosua tidak dapat menahannya lagi.

Argggh! Aku emmh… keluar! Ahhh oooh! dia merintih dan CROOT! CROOT! CROOT! Spermanya menyembur kencang dan banyak sekali.

Mona menelan semua peju putih yang Yosua keluarkan. Enak banget, mas. ia berkata pelan dengan mulut belepotan. Tubuhnya yang lemas terhempas lelah ke atas kasur, Yosua menyusul tak lama kemudian dengan rebah telentang di sampingnya.

Tubuhmu enak banget, Mon. Sinta kalah deh. ujar Yosua sambil menusuk lubang vagina Mona dengan ujung jarinya. Lorongnya yang sempit terasa begitu licin dan basah.

Penis mas juga enak banget, rasanya beda ama punya mas Fendi. sahut Mona tak mau kalah, ia meremas pelan kontol Yosua dan kembali mengocoknya lembut.

Yosua yang masih semangat akan sensasi baru dalam hidupnya belum berniat untuk mengakhiri petualangan seksualnya sekarang. Ia mengangkat tangannya dan ganti meremas-remas payudara Mona. Payudara kamu lembut sekali. bisiknya mesra.

Ah, mas! Aku masih lemes, mas kilah Mona saat tahu Yosua ingin minta jatah lagi.

Tapi aku masih pingin, Mon. Yosua memaksa. Kalau cuma kuisep nggak apa-apa kan? tanyanya.

Hmm, bolehlah. angguk Mona pelan.

Yosua kemudian memutar tubuhnya dan dengan rakus menghisap puting di payudara kanan Mona yang berwarna coklat kemerahan dan memancung karena horny. artikelbokep.com  Ia menghisapnya keras-keras sambil sesekali mengigitnya gemas. Sementara tangan kirinya ia gunakan untuk memainkan puting yang lain dengan tidak kalah bernafsu.

Ahhh terus, mas! Netek ama aku, mas! Eeuuumh Mona pun melenguh keenakan, tanpa mengetahui bahwa sang suami tercinta juga mengalami kenikmatan yang sama dengan dirinya bersama wanita lain.

***

Fendi Kamis pukul 11.28

Fendi mengancingkan kancing kemejanya satu persatu dari bawah. Sinta hanya bisa tersengal-sengal kelelahan karena melakukan tiga ronde tanpa istirahat sekalipun. Ia bahkan tidak berusaha untuk menutupi auratnya yang sudah basah berlumuran sperma Fendi yang mengalir deras.

Aku pergi dulu ya, mbak Sinta. Sudah telat, nanti aku bisa diomelin bos. Fendi berbohong tanpa memberitahu bahwa sebenarnya ia dan Yosua, suami Sinta, sudah mengambil cuti untuk hari ini.

Mas emmhh habis ini, mas sering-sering main ya kalau mas Yosua lagi dinas keluar. Sinta merangkan maju menuju tepi kasur yang sepreinya sudah berantakan kemana-mana. Masih telanjang bulat, ia menjulurkan tangannya, minta dipeluk mesra oleh mainan barunya.

Tentu saja, sayang! Fendi menciumnya dan melumat habis bibir merah milik Sinta yang terlihat begitu mengundang. Tanpa Fendi sadari, ia perlahan mendorong Sinta kembali ke kasur sambil terus berpelukan. Tangannya mulai kembali memainkan payudara Sinta tanpa melepaskan ciuman penuh hasrat mereka.

Ah, mas! Aku mau lagi, mas! Euuummh rengek Sinta.

Sekali lagi aja yah? tawar Fendi.

Itu juga kalau mas nggak mau lagi, hehe. Sinta tersenyum centil.

Fendi melanjutkan ciumannya dan mulai membuka resleting celananya lagi. Penisnya sudah kembali tegang dan mengacung maju, minta cepat-cepat diselipkan di lubang yang baru saja ia jelajahi hari ini. Sinta semakin bergairah mendapati putingnya bersentuhan dengan dada Fendi yang berbulu halus dan jantan. Ia melenguh penuh nafsu sambil mengangkat kedua tangannya ke belakang, memamerkan kemaluannya yang sudah gatal pada Fendi yang asyik menciumi leher dan bagian belakang telinganya dengan ganas sambil perlahan-lahan mengarahkan penisnya.

Ahhh massss euuummmh rengek Sinta saat kontol Fendi mulai menerobos pelan lubang kemaluannya.

Sinta, kamu seksi banget! Aku suka banget wangi tubuh kamu! Euuummmhhh Fendi mencucup dan menciumi puting payudara Sinta.

Ahh, mas! Buruan dong, mas! Aku udah nggak kuat nih eummmh oooh ratap Sinta penuh nafsu.

Dalam sekali sodokan kuat, Fendi memasukkan semua batang kemaluannya diikuti erangan nikmat oleh Sinta. Ahhh, mas oooh

Pinggul Fendi mulai aktif, bergoyang ke depan dan ke belakang sesuai irama tusukannya.Ia memandangi wajah Sinta yang penuh kenikmatan. Membayangkan istrinya memperoleh perlakuan yang sama oleh sang sahabat membuatnya semakin menggila. Ia mempercepat sodokannya hingga Sinta menjadi semakin terengah-engah. Sinta mulai mengoceh tidak jelas sambil berusaha menahan rasa nikmat yang ia rasakan. Tangannya semakin liar, menarik-narik seprei kesayangannya yang terlihat semakin mengenaskan seiringan dengan sodokan liar Fendi.

Tiba-tiba Fendi berhenti. Dengan segenap kekuatannya, ia merenggut punggung Sinta dan mengangkatnya dari kasur. Sinta mengerti posisi ini dari blue film yang diam-diam ia tonton bersama tetangganya, Maria, dan segera melingkarkan kakinya di punggung Fendi. Bibirnya kembali berpagutan dengan Fendi yang sekarang membantu Sinta bermain enjot-enjotan.

Cepet, mas! Ahhh emmmh aku mau emmmh… nyampe!! rengek Sinta pilu.

Aku juga, Sin! Ooohh ahhh Fendi memekik saat spermanya meledak.

Mas! Ooohhh aahhhh jerit Sinta yang menerima guyuran cairan hangat pada lubang kemaluannya.

***

Yosua Kamis pukul 12.34

Batang penisnya masih sedikit ngilu setelah melakukan vaginal seks dengan Mona sebanyak lima kali berturut-turut. Entah setan apa yang merasukinya hari itu, namun ia seperti mendapatkan stamina baru. Stamina mengagumkan dimana biasanya ia sudah lemas setelah berhubungan sekali saja dengan Sinta. Ia masih bisa mencium aroma kencing Mona yang bercampur dengan cairan vagina dari memek dan jembutnya. Aroma memabukkan itu yang membuatnya begitu ketagihan dan tidak bisa berhenti.

Hai, kawan! Fendi memanggilnya tiba-tiba dari belakang.

Yosua yang sedang berangan-angan, terkejut dan berdiri secara refleks. Mereka sudah berjanji untuk ketemu di sebuah kafe yang lumayan jauh dari lokasi kantor mereka. Ia menyambut Fendi dengan pelukan hangat dan bisa mencium aroma yang khas dari tubuh laki-laki itu. Aroma sabun mandi istrinya.

Hai, sobat! Ayo duduk. Yosua menyambut dengan ramah.

OK, Fendi tidak membuang waktu dan duduk di seberang Yosua. Mereka berdua saling tersenyum lebar. Selama beberapa detik ke depan, tidak ada yang berkata apa-apa. Mereka hanya tersenyum cengengesan mengetahui bahwa sahabat mereka telah melakukan perbuatan bejat dan terlarang dengan istri mereka masing-masing.

Pada akhirnya, Fendi memecahkan keheningan aneh di antara mereka berdua. Jadi, bagaimana tadi? tanyanya sedikit malu-malu.

Bagaimana ya? Yosua tersenyum kikuk dan nakal. Menyenangkan pastinya.

Hahaha, bagus lah kalau begitu. Istrimu juga tidak kalah menyenangkan. sahut Fendi.

Yosua mengangguk malu, dan puas. Seakan-akan bangga istrinya dianggap memuaskan oleh laki-laki lain. Sahabatnya sendiri. Enggak kapok kan? tanyanya kemudian.

Apa yang harus dikapokin? Kalau bisa sih, kita lanjut lagi. kata Fendi penuh semangat.

Pasti lah itu. Ini enggak akan kita selesaikan secepat itu. Tapi yang pasti, lo jangan tiba-tiba berhenti berhubungan sama Sinta. Biar istri kita juga nggak curiga. ujar Yosua.

Mengerti, sobat! Fendi mengangguk. Ngomong-ngomong, lo mulai jam berapa tadi? tanyanya penasaran.

Jam sembilan kali ya? Pokoknya istri kamu baru selesai nyuci. sahut Yosua.

Dia gampang diajaknya? tanya Fendi lagi.

Yosua tersenyum dan menjulurkan tubuhnya maju, menandakan ia mau membisikkan sesuatu. Percaya atau enggak, istri kamu tuh baru saja masturbasi di dekat tempat cucian.

Sumpah?! Fendi sedikit terkejut mendengar hal itu.

Beneran! Pas gue datang, gue langsung sadar, kok celana pendeknya rada basah-basah ya di bagian itu. Dan dia juga lagi tersengal-sengal. Tinggal gue ungkit-ungkit dikit. Bles! Yosua menunjukkan kode kontol yang nusuk memek dengan jari-jarinya.

Fendi merenung sedikit. Ia tidak pernah menyadari bahwa istrinya bisa sebegitu binalnya.

Bagaimana dengan Sinta? tanya Yosua kemudian.

Awalnya dia sedikit melawan, tapi pada akhirnya nyerah juga. jawab Fendi.

Nggak mungkin cuma satu ronde kan? Tiga jam loh itu. Yosua tersenyum.

Masa cuma sekali, eman-eman dong. Lagian, jarang-jarang rudalku ini bisa bangun lebih dari sekali setiap harinya! sahut Fendi.

Jadi? Yosua mengejar.

Ehmmm segini! Fendi menunjukkan angka empat dengan jarinya.

Kalah lo! Gue lima! Yosua menyombong.

Pffft beneran? Fendi mendelik tak percaya.

Beneran lah, ngapain gue boong? Yosua merasa menang.

Mantap lah, kawan! Fendi menyalami sahabatnya itu.

Mereka berjabat tangan dengan begitu bersemangat, beberapa orang di sekitar mereka sampai kaget mendengar suara tangan mereka yang beradu begitu keras.

Ngomong-ngomong, habis dari sini, bisa temani gue ke mangga dua? tanya Yosua.

Untuk apa? tanya Fendi tak mengerti.

Gue ada rencana. Yosua tersenyum lebar dan mengerdipkan matanya, mengisyaratkan rencana bejat lain yang terlintas di otaknya.

***

Fendi Kamis pukul 8.49

Fendi bersikap sebiasa mungkin malam itu. Ia duduk di ujung kasur sambil mendengar suara istrinya yang sedang menggosok gigi. Anak laki-lakinya sudah tertidur lelap di kamar atas. Ia sudah melakukan perintah Yosua dengan sebaik mungkin. Sesuai harapannya, ia meletakkan kamera camcorder itu di rak paling atas lemari kamar tidurnya. Ia sudah mengecek dan beruntungnya, kamera itu menangkap semua gambar sesuai harapannya; suasana kasur di kamar tidurnya!

Mona bersikap biasa saja sepulang Fendi dari kantor, meskipun Fendi tidak ke kantor hari itu. Ia menyambut Fendi dengan ciuman di pipi dan mengambil jas kerja Fendi dengan telaten. Suasana kamar tidur juga begitu rapih, Fendi tidak pernah mengira Mona pernah bersenggama dengan Yosua selama lima ronde di atas kasur itu.

Mas, nggak gosok gigi? tanya Mona saat keluar dari kamar mandi.

Oh ya, aku hampir lupa. sahut Fendi cepat.

Mona melewatinya yang sedang setengah bengong menuju meja riasnya untuk memasang krim malam. Fendi memperhatikannya sambil menyelinap masuk ke dalam kamar mandi. Ia mulai menggosok gigi saat melihat beberapa bungkus kondom yang baru dipakai di dekat kloset. Fendi bisa melihat jelas cairan sperma di dalam kondom itu yang masih basah oleh cairan vagina Mona. Tiba-tiba, ajaibnya, alat kemaluannya berdiri untuk kelima kalinya hari itu.

Fendi mulai terangsang memandangi istrinya yang baru saja selesai memakai krim wajah dan merapihkan rambut. Wajah polos Mona yang begitu pandai menutupi perbuatan kejinya siang tadi membuat Fendi gemas, sedikit marah, tapi sangat terangsang. Selepas berkumur-kumur, Fendi beralih ke kasur dan menyalakan lampu kamar tidurnya. Mona ikut menyelinap masuk dan berbaring di sampingnya.

Mona? Fendi memanggil.

Iya, mas? Mona menjawab mesra.

Aku lagi mau nih. bisik Fendi.

Mona seperti sedikit terkejut mendengar pernyataan Fendi. Aku capek mas. wanita itu berkata.

Capek. Capek?! Jawaban Mona membuat Fendi sedikit marah. Ia mengaku capek padahal kelelahan berhubungan seksual dengan Yosua siang tadi. Ia marah Mona menolak dirinya dan beralasan capek.

Ayo dong, ma! Papa lagi mau nih! Tangan Fendi bergerak secepat kilat, menyelinap masuk ke dalam celana dalam Mona. Malam itu Mona hanya memakai daster satin yang tipis, menunjukkan branya yang berwarna putih dan celana dalam tipisnya yang berwarna sama. Fendi menekan-nekan memek Mona dengan lembut, perlahan, dan pelan-pelan untuk merangsangnya. Bulu-bulu jembut Mona yang subur ia main-mainkan dan klitorisnya yang terasa mengganjal ia tekan-tekan dengan gemas.

Ahh mas! Aku capek, mas! Beneran deh kilah Mona dengan sedikit menggeser tubuhnya.

Fendi yang tidak mau menerima alasan itu bangun dengan cepat dan membuka dengan paksa selimut yang mereka pakai. Ia menyerang memek Mona dengan penuh amarah dengan menarik celana dalam putih perempuan cantik itu itu dalam sekali sentakan.

Mas! Mas apa-apaan sih? Kok kayak gini. Mona berteriak.

Fendi memaksa Mona mengangkang dan membuka paksa kedua pahanya. Ia memandangi memek Mona yang sudah mulai basah. Ia membayangkan sperma dan precum Yosua yang sudah menari-nari di dalam liang kenikmatan itu.

Aku enggak kuat, Mon. Aku mau memuaskan kamu. Fendi melahap habis memek Mona dan menjilat sisi-sisi memeknya dengan penuh semangat.

Mas, ahhh enak banget, mas! Ehmmmm rintih Mona kegelian.

Enak kan? Ehmm… memek kamu juga ehmm, lezat banget!! balas Fendi.

Mas beda dari biasanya ahhhh emmmmhhh!! desis Mona saat lidah nakal Fendi menekan-nekan masuk ke dalam lubang kecilnya. Lidah itu memelintir ke atas dan ke kiri, sementara tangan Fendi asyik mengelus-ngelus paha mulusnya.

Mas, aaaah mas semangat banget sih! Emmmh membuat Mona makin merintih dan menggelinjang dibuatnya.

Fendi melepaskan jilatannya dan memasukkan jari telunjuknya ke dalam memek Mona. Ia menekan-nekan memek sang istri dengan penuh semangat. Membayangkan Mona masturbasi selama mencuci membuatnya sedikit malu. Sebegitu tidak jantan kah dia sampai istrinya harus masturbasi sendiri? Fendi bertekad memuaskan Mona sebisa mungkin, sama seperti perlakuannya kepada Sinta siang tadi.

Mas, ahhh… jangan cepet-cepet, mas! Emmmh Mona merintih. Fendi menjilat klitorisnya sambil terus mempercepat permainan tangannya. Ia memasukkan jari tengahnya dan memandangi wajah Mona yang keenakan tanpa melepaskan jilatan mulutnya. Tangannya semakin cepat bergerak ke depan dan ke belakang. Memek Mona semakin basah dibuatnya, Fendi bisa merasakan tubuh perempuan itu menggelinjang hebat.

Ohhhh… mas! Mas! Mas!!! Ahhhh!! Ahhh! Ahhh! Mona menggelinjang hebat dan tubuhnya berkontraksi dahsyat. Ia mengerang penuh nafsu saat cairan vaginanya berhamburan keluar melalui memeknya.

Fendi yang tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dengan ganas menjilat habis semuanya. Setia teguk yang ia telan membuatnya semakin bergairah dan bersemangat.

Ohhh mas! Enak banget, mas! desah Mona dengan mata terpejam rapat.

Kamu belum pernah digituin kan sama aku? tanya Fendi.

Mona hanya terdiam malu. Reaksi diam mendadak yang dilakukan Mona menimbulkan tensi aneh secara mendadak di antara mereka berdua. Mona menyembunyikan sesuatu, bukan hanya hubungan seksual dengan Yosua tadi, namun sesuatu yang lain. Fendi yang tidak ingin membuang-buang waktu dengan berpikir panjang, mulai bergerak ke depan untuk mencium mulut manis sang istri. Bibir mereka beradu dan terpaut begitu panas. Fendi dengan gemas melumat bibir dan lidah Mona, lalu menghisapnya dengan rakus. Hmpphhh ahhh!!

Mona yang awalnya terkesan pasrah dan ogah-ogahan tiba-tiba ikut-ikutan menjadi aktif dan menekan kepala Fendi menuju mulutnya. Tangan kanannya mengacak-ngacak rambut Fendi dengan penuh semangat sementara tangan kirinya mulai bergerak menuruni perut Fendi, berusaha mencapai batang kejantanan sang suami yang telah mendampinginya selama limabelas tahun ini. Ia merindukan seks panas seperti ini yang sudah jarang ia dapatkan dari Fendi, meskipun seks yang ia lakukan siang ini tidak kalah merangsang dan hebatnya. Tapi melihat suaminya tiba-tiba semangat seperti ini membuat Mona menjadi semakin bergairah dan penasaran.

Aku masukin sekarang ya, sayang? tanya Fendi.

Ahhh iya, cepetan, mas! Emmmh erang Mona sambil membuka kedua kakinya lebar-lebar.

Fendi segera mengarahkan penisnya yang sudah tegang mencuat secara sempurna menuju liang kemaluan sang istri. Ia mulai menekan secara perlahan-lahan diikuti desah gelisah Mona.
Ahhh emmmh… mas! Ooooh emmh!! Mona menggigiti bibirnya penuh nafsu.

Ia memandangi Fendi yang sudah bercucuran keringat karena begitu bergairahnya. Mona seakan-akan melihat Fendi sewaktu laki-laki itu masih menjadi pacarnya di SMA dulu. Setiap kali mereka berhubungan, semua begitu tabu dan menegangkan, membuatnya sangat bergairah. Mona merasakan sensasi itu lagi, entah karena apa. Seks panas yang ia damba-dambakan dengan sang suami selama delapan tahun terakhir datang kembali sudah, tepat setelah ia berselingkuh untuk pertama kalinya. Sungguh hari yang menyenangkan.

BLESS!!
AAAAAHHH!! Emmmh ooooh… sayang! Ahhh… tekan, sayang! Eemmmh… tekan yang kuat! lirih Mona.

Fendi mengabulkan permintaan wanita cantik itu, ia tekan pinggulnya kuat-kuat hingga batang kontolnya amblas seluruhnya, kemudian tanpa membuang waktu lagi mulai memainkan pinggulnya maju-mundur, menggoyangnya ke depan dan ke belakang.

Enak, say? tanya Fendi di sela-sela genjotan tubuhnya.

Enak! Eemmmh enak banget, sayangku! Eemmmh… oohhhh! desis Mona menikmati gesekan batang kelamin Fendi di liang senggamanya.

Fendi menghujamkan penisnya semakin menggila. Kamu hari ini enak banget! Emmmh… memekmu empuk, sayang! Eemmmh… ia berbisik dan mencium mesra bibir tipis Mona.

Ooohh, Fen! Ahhh… cium aku! Emmmh… oooh cium aku, Fen! pinta Mona lirih.

Fendi segera melumat bibir perempuan cantik itu tanpa mengendurkan gerakan pinggulnya yang mulai tidak teratur akibat terlalu cepat menggoyang.

Ahhhh ooh membuat Mona makin merintih keenakan dibuatnya.

Fendi berbisik di telinga Mona. Diputar ya, sayang, tubuhnya?

Tanpa melepaskan tubuh Mona, Fendi memutar tubuh sintal wanita berumur 38 tahun itu menjadi posisi menungging. Ia melanjutkan tusukan penisnya dengan gaya doggy style, sama persis seperti gaya yang Yosua berikan kepada Mona pagi ini.

Ahhhhh kamu kasar banget, Fen! Eemmmh oooh desis Mona kegelian.

Tapi mmmmh kamu suka kan? Mmmmhhhh… tanya Fendi sambil mempercepat tusukannya.

Ahhhh… Fen, aku mau sampai lagi, Fen! Mmmmh… aaaahhhh… Fen! Fen! Mona meratap.

Aku juga, sayang, ooooh! Fendi membalas tak kalah menggairahkan.

Dan tak lama, CROOOT! CROOOT! CROOOT!!! Fendi melepaskan semua pejuhnya di dalam memek Mona. Mereka mengerang lemas secara bersamaan. Fendi merebahkan tubuhnya di atas punggung Mona yang masih menungging dan menciumi leher sang istri yang basah kuyup oleh keringat.

I love you, honey bisiknya mesra.

Hah, hah, I love you too Mona menutup matanya, berusaha mencerna kenikmatan bertubi-tubi yang ia rasakan hari ini.

Fendi menoleh ke belakang, ke arah kamera camcorder yang ia sembunyikan dengan baik di dalam lemari pakaian. Ia memandangi kamera itu tepat di tengah lensanya, seakan-akan bisa melihat langsung mata Yosua yang sedang tersenyum lebar melihat aksi mereka berdua, dengan tangan penuh peju setelah berolahraga solo dengan adik kecilnya.

***

Jumat Pukul 07.27

Selamat pagi, Pak Fendi. Bagaimana cutinya kemarin? seorang resepsionis manis berambut bob bernama Alia menyapanya ramah.

Bagaimana ya… Ehm, sangat menyenangkan! jawab Fendi antusias.

Alia tersenyum centil. Entah mengapa setelah tiga tahun sekantor dengannya, Fendi baru menyadari betapa menariknya penampilan Alia sebenarnya. Kontak lensnya yang berwarna abu-abu terlihat cantik, terutama jika disandingkan dengan dada Alia yang berukuran jumbo. 36 B jika Fendi perkirakan.

Tepat waktu, kawan?

Fendi mengenali suara itu. Yosua berjalan di belakangnya dan merangkulnya tanpa ada aba-aba sama sekali. Fendi hanya tertawa kikuk dan berjalan mengikuti irama langkah Yosua.

Pertunjukkan hebat semalam, bos! kata Yosua.

Bahagia lo ya? Nonton dimana lo? tanya Fendi.

Di kamar kerja gue. Istri gue udah tidur duluan. jawab Yosua.

Hmm, jadi kapan giliran gue? Fendi bertanya lagi.

Malam ini dia ada arisan ama tetangganya. jelas Yosua.

Ah, sialan! umpat Fendi tak sabar.

Denger dulu. Lo enggak tahu kan apa yang gue denger kemarin? bisik Yosua penuh teka-teki
.

Apa? Lo denger apa? tanya Fendi penasaran.

Nanti pulang lo gue ajak ke rumah gue. Bilang ke Mona kalau lo mau gue ajak maen capsa. jelas Yosua.

Capsa? Maksudnya apaan sih? Fendi masih tidak mengerti.

Percaya ama gue! Sini hape lo. Gue yang minta ijin ama Mona. Yosua menengadahkan tangannya.

Fendi berusaha mengolah apa yang baru saja ia dengar dari Yosua. Ia yang masih bingung mengeluarkan handphonenya dari dalam kantong celana dan menyerahkannya kepada Yosua.

***

Jumat pukul 6.40

Mas Fendi, Mas Yos, aku pergi arisan dulu ya. Sinta berteriak dari ruang tamu.

Oke, silahkan, sayang. Yosua berlagak malas-malasan menjawab dan fokus terhadap tayangan sepak bola di televisi.

Fendi sempat melirik dan menangkap Sinta yang mengedipkan mata ke arahnya dengan centil. Setelah yakin Sinta telah keluar dari pagar luar rumah, Fendi dengan tidak membuang waktu lagi segera menanyakan apa maksud rencana Yosua pura-pura main capsa pagi ini.

Eh, jadi apa maksud lo ngajak gue main ke rumah lo hari ini?

Dia udah beneran pergi? Sini, ayo lo ke kamar gue. ajak Yosua.

Fendi mengikuti temannya itu dengan perlahan, mereka berjalan beriringan memasuki kamar tempat dimana Fendi dan Sinta berhubungan badan kemarin pagi.

Ada apa disini? tanya Fendi tidak mengerti.

Lo liat ya, Yosua membuka laci di samping kiri kasurnya. Di dalamnya terdapat berbagai obat-obatan dan barang-barang yang sepertinya tidak begitu penting.

Ada apaan sih? Cuma obat-obatan gitu? tanya Fendi bingung.

Sabar dulu mmmmh!! Dalam sekali gerakan, Yosua menarik lacinya kuat dengan sedikit dicondongkan ke atas. Ia menarik keluar kabinet berisi obat-obatan itu, mengekspos sedikit celah gelap yang tersembunyi di dalam lemari, lalu memasukkan tangannya dan mengeluarkan setumpuk vcd.

Vcd apa? tanya Fendi.

Bokep lah. jawab Yosua pede.

Punya lo? Fendi bertanya lagi.

Bukan, punya Sinta. sahut Yosua.

Beneran? Sejak kapan istri lo punya bokep? tanya Fendi tak percaya.

Dari arisannya. jelas Yosua.

Arisan? Fendi makin bingung sekarang.

Yosua mengangguk dan tersenyum lebar. Ia memasukkan kembali tumpukkan kaset bokep koleksi Sinta dan meletakkan kembali kabinet itu di laci samping kiri kasur.

Lalu apa tujuan lo nunjukkin ini semua ke gue? tanya Fendi tak mengerti.

Mau yang nggak kalah seru sama yang kemarin? tawar Yosua nakal. Sebelum Fendi sempat menjawab, ia mengisyaratkan sang sahabat agar mengikutinya keluar. Yosua mulai menaiki tangga menuju lantai dua, mengajak Fendi yang masih kebingungan menuju kamar anaknya.

Anak gue lagi jalan-jalan ke mall, jadi lo bisa lihat kegiatan mereka secara jelas. jelas Yosua.

Mereka? Fendi masih bingung saat Yosua mengajaknya melangkah masuk menuju balkon kamar.

Lihat apaan, Yos? tanyanya penuh rasa curiga.

Lirik ke kiri bawah lo. kata Yosua.

Fendi melirik ke bawah dan bisa melihat dengan jelas kegiatan apa yang Yosua maksudkan. Di sebuah taman yang terdapat di perkarangan tetangga Yosua, terlihat tiga orang wanita; mulai dari ibu muda hingga setengah baya, mereka tampak saling tertawa dan bergosip bersama.

Apaan, Yos? Cuma ibu-ibu lagi arisan gitu. kata Fendi.

Lo liat tivi di pojoknya kan? tanya Yosua.

Iya, liat. Emang kenapa? tanya Fendi.

Tunggu aja apa yang bakal dipasang sebentar lagi. Yosua menyahut.

Seorang wanita berambut panjang berjalan masuk, disambut oleh pekikan hangat para ibu-ibu. Fendi bisa melihat jelas bahwa wanita itu adalah Sinta, terlihat dari bentuk tubuhnya yang seperti gitar spanyol. Dari gerak-geriknya, Fendi bisa melihat Sinta mengeluarkan sesuatu dari balik pakaiannya; sebuah kaset vcd. Tidak menunggu lama, ia memasukkan video cd itu ke dalam dvd player dan menyetelnya. Kini jelaslah sudah apa yang sedang mereka tonton.

***

Sinta Jumat pukul 07.34

Ibu-ibu, aku kemarin baru dapat jatah loh. Sinta berpromosi.

Ih, Sinta mah asik banget. Suami aku mana kuat lagi berdiri? Wanita berusia paling matang di antara mereka menjawab dengan penuh antusias.

Ah, jeng Martha bisa aja. Emm, tapi bukan dari suami aku! jelas Sinta terus terang.

Semua langsung nyerocos secara bersamaan. Ama siapa, jeng? Ih, nggak cerita-cerita! kata Maria, sang pemilik rumah, berusia sepantaran dengan Sinta namun rambutnya di cat pirang mentereng.

Kamu kok beruntung banget sih bisa sering-sering, suami aku mah sibuk melayar di laut sana. cetus Ratih, yang berusia paling muda diantara mereka, baru memasuki usia kepala tiga.

Temen suami aku. jelas Sinta. Padahal dia udah kawin juga loh, tapi dia jago banget mainnya! Enak banget deh, jeng! Sinta terkikik.

Aku jadi mulai horny nih. Maria sudah mulai mengelus-ngelus selangkangannya.

Eh, tunggu dulu! Dvd yang aku pesen dari forum asik itu baru dateng kemarin. kata Sinta.

Ayo cepetan dong dipasang, jeng! Ih, kelamaan nih. Martha mulai membuka kancing dasternya.

Perlahan suara musik elektrik mulai terdengar. Di layar teve, tampak dua orang wanita bertubuh seksi memasuki ruangan ditemani empat orang laki-laki macho yang batangnya sudah tegang semua. Melihat adegan ini, semua ibu-ibu itu dengan tidak membuang waktu lagi langsung melucuti semua pakaian masing-masing hingga telanjang bulat.

Martha memiliki payudara yang paling besar meski sudah sedikit londoi, lumayan menakjubkan dengan puting coklat yang mencuat keras. Ia mulai menggesek-gesekkan tangannya ke atas memek penuh bulunya yang sudah basah. Dari kursinya, ia mulai melenguh-lenguh sambil memainkan payudaranya dengan tangan yang lain.

Jeng Martha semangat banget deh, sini aku bantu. kata tuan rumah hari itu, Maria, yang berusia sekitar 37 tahun. Suaminya terlalu sibuk berpergian ke luar negeri hingga ia menemukan bahwa dirinya juga cukup terangsang dengan bermain bersama-sama sesama wanita. Payudaranya yang lumayan besar dan memeknya yang terawat bersih dari bulu dijamin bakal membuat banyak laki-laki ngiler. Ia mulai mengelus-ngelus payudara Martha sambil menggigiti leher tetangganya itu.

Ooooh… Mar! Aku nggak pernah bosan deh kalau kamu gituin. Emmmh rintih Martha kegelian.

Maria semakin aktif dan mengajak Martha bagun dari kursinya. Ia telah menyediakan matras besar di tengah kursi-kursi yang dipasang melingkar. Dengan tangannya, Maria mengisyaratkan agar Martha merebahkan diri disana. Bertindihan, ia dengan leluasa bisa menciumi pentil coklat Martha dan menyedot-nyedot pentil yang sudah mancung karena horny berat itu. Maria menggesek-gesekkan memeknya agar clitoris mereka berdua dapat bertemu.

Ratih mau ikutan? tanya Sinta pada wanita yang tersisa.

Emmh boleh, mbak. jawab Ratih malu-malu, ia menerima ajakan Sinta dengan melumat bibir wanita itu penuh nafsu. Tangannya mulai sibuk memainkan payudara Sinta yang bundar dan mencubit-cubit putingnya. javcici.com  Mereka mengambil posisi di sebelah Maria dan Martha, keduanya tidak mau kalah sibuk, Sinta dan Ratih merubah posisi mereka menjadi 69 sekarang dan mulai menjilati memek pasangan mereka masing-masing.

Emmm… memek kamu enak banget, Rat. bisik Sinta.

Oooooh ahhhh… mbak, jangan disitu, mbak! Emmmh rintih Ratih kegelian.

Aroma jembut Ratih membuat nafsu Sinta semakin membara. Ia mengemut dan menghisap-hisap klitoris Ratih yang menyembul keluar dengan begitu semangat. Sembari melakukan itu, Sinta memasukkan tiga buah jarinya untuk mengobel-ngobel memek Ratih yang sempit dengan tidak kalah semangat.

Diserang seperti itu, cairan vagina Ratih langsung mengalir keluar dengan deras diikuti dengan dengus nafasnya yang semakin tersengal-sengal. Ahhh… mbak Sinta! Emmmh aaaaahhhhhh desah Ratih keenakan. Ia membalas dengan menghisap memek Sinta tak kalah keras.

Ah, ya… begitu! Jilat terus, mbak! Enak banget! Aku ketagihan sama jilatanmu, mbak! Emmmmh jilat terus punyaku, mbak rintih Sinta.

Ratih mengangguk cepat dan mulai kembali sibuk menghisap-hisap memek mulus Sinta. Lidahnya ia sempilkan masuk ke dalam lubang kecil nan rapat itu dan dengan leluasa ia putar-putar dan ditekan-tekannya penuh nafsu. Sambil tangan kanannya memainkan payudara Sinta yang lumayan besar, putingnya yang sudah mancung ia pilin sekeras mungkin. Sensasi nakal yang Ratih peroleh dari hubungan senggama penuh nafsu dengan Sinta memang begitu hebat, membuatnya horny setengah mati. Sementara tangannya yang lain ia turunkan ke bawah untuk mengelus-ngelus pantat Sinta yang mengkal dan halus menawan. Sesekali Ratih juga mengelus lubang anus Sinta dan menekan-nekan bagian luarnya dengan jari telunjuk, membuat Sinta menggelinjang dan memekik lirih.

Mbak, ahhh jangan teken yang itu, mbak! Emmmh rintih Sinta.

Mbak beneran nggak mau? goda Ratih.

Mbak, jangan, mbak! Emmmh ooooh lirih Sinta.

Ratih tersenyum nakal dan menyelipkan jari telunjuknya masuk. Liang anus Sinta yang sempit langsung menjepit jarinya dengan begitu kencang dan rapat. Tubuh Sinta seketika juga bergetar hebat oleh sensasi baru itu.

Ahhh mbak! Aku nggak kuat, mbak! Ohhhh… wanita itu menjerit.

Masa sih, mbak? Emmmh kok kayaknya mbak malah menikmati gitu! Ratih menusukkan jari telunjuknya dan menekannya masuk semakin dalam.

Ahhhh… mbak! Sinta kembali mengerang hebat dan membenamkan kepalanya semakin jauh ke dalam selangkangan Ratih.

Maria melepaskan gigitannya dari puting Martha dan memandangi wajah wanita yang kelelahan itu. Ia menjilat habis bibir Martha dan melumatnya penuh nafsu. Martha hanya bisa mengerang keenakan sambil tangannya semakin ganas memainkan memeknya sendiri.

Mbak mau coba mainan baru aku nggak? tanya Maria.

Emm… mainan baru apa, Mar? Aku mau dong! kata Martha antusias.

Liat nih, jeng, oke kan? Maria tersenyum nakal dan mengeluarkan sebuah dildo panjang dengan dua buah sisi.

Aku mau dong, mbak! Kayaknya, emmmh enak banget! Martha menjilat bibirnya.

Maria mulai merangkak turun dan bergeser ke selangkangan Martha. Dengan dildo panjang di tangan kanannya, ia mulai menjilati memek Martha yang sebenarnya sudah amat sangat basah itu. Martha hanya bisa menelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, keenakan. Ia melenguh panjang bagai sapi yang mau disembelih saat Maria mulai memasukkan kepala dildo yang berujung tumpul perlahan-lahan ke dalam memeknya yang sudah terbuka lebar.

Kumasukkan ya, mbak! kata Maria, tangannya terus mendorong.

Ahh Maria, emmmh enak banget! Ahhhh… dengus Martha dengan tubuh berjengit nikmat. BLESSS!!! Dildo itu dengan mudah menembus memeknya, mentok hingga ke mulut rahimnya.

Ooohhh… emmmmhh yang cepet, Maria! Eemmmmh lenguh Martha saat Maria mulai menyodok-nyodokkan dildo itu keluar masuk dengan cepat di lubang kemaluannya. Dia hanya bisa menggelinjang hebat saat menerimanya. Payudaranya yang besar bergerak naik turun seiring dengan irama kocokan dildo di tangan Maria.

Ahhhh emmmmmh ooooh Maria menghentikan gerakannya dan mulai memasukkan ujung dildo yang lain ke dalam memeknya sendiri. Dia dan Martha sama-sama tidur telentang dengan kedua pantat saling bersentuhan, sementara sebuah dildo panjang menghubungkan kedua memek mereka yang terkuak lebar.

Ahhh… mbak Martha, goyangin pinggul mbak dong! Oooh pinta Maria.

Mmmmh ahhh kamu juga dong, mbak! Emmmh emmmh sahut Martha.

Ratih dan Sinta yang berbaring tak jauh dari situ, mulai mengubah posisi mereka dengan tetap saling berpagutan mulut. Sinta menciumi Ratih penuh nafsu sambil meremas-remas kencang payudara wanita cantik itu. Ratih yang tidak mau kalah menarik rambut panjang Sinta ke belakang dan menjilati leher Sinta yang halus dan menggairahkan.

Emm… mbak Sinta, kita bantuin mereka yuk? bisik Ratih pada Sinta.

Boleh, ayo kita ikut nimbrung. angguk Sinta.

Mereka berdua tersenyum dan merangkak menuju Martha dan Maria yang sama-sama menutup mata penuh kenikmatan. Ratih menggenggam dildo tepat di bagian tengah dan mulai menggerakkannya maju-mundur, menusuk alat kelamin Martha dan Maria secara bergantian, sambil sesekali menekan dildo itu keluar masuk secara bersamaan di memek mereka berdua. Tangan kirinya ikut bekerja dengan memainkan klitoris Sinta yang semakin bergairah melihat erangan penuh nafsu dari Maria dan Martha. Sinta sendiri mendekati selangkangan Martha dan menjilati klitoris wanita setengah baya itu yang tersembul manis di balik hutan rimba miliknya. Klitoris itu ia pelintir dengan lidahnya dan sesekali ia hisap penuh nafsu.

Mbak Sinta, ahhhhh isapan mu, oooh Ratih! Emmmmh dildonya ahhhh… rintih Martha kebingungan.

Makin cepet, Rat! Ayo, emmmmh aahhhh… oooohhhh… desah Maria tak mau kalah.

Ahh segini gimana, mbak, cukup cepet nggak? tanya Ratih sambil mengocok dildo di tangannya semakin kencang.

Ahhhh… ahhhh… ahhhhh emmmh membuat Martha dan Maria menjerit berbarengan penuh kenikmatan.

Ratih mulai menyondongkan tubuhnya menuju Maria dan menjilati puting merahnya yang sudah mencuat karena horny. Keempat wanita itupun melanjutkan arisan penuh nafsu itu selama satu jam ke depan tanpa menyadari bahwa ada dua orang laki-laki yang memperhatikan kegiatan mereka dari beranda di rumah sebelah.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts