Cerita Gay – Nafsu Pramuniaga

CERITA SEX GAY,,,,,,,,,

Sore itu saya melakukan
sedikit shopping disupermarket
kecil di dekat rumahku,
AMARKET. Meski kecil,
tempatnya nyaman, dan juga
beberapa pegawai prianya
yang lumayan ganteng. Ada
satu pegawai yang sangat
menarik. Namanya Sunaryo,
tapi dipanggil Naryo.Umurnya
sekitar 20an, masih muda.
Rambutnya pendek rapi, baru
saja dicukur. Wajahnya
ganteng sekali,apalagi jika dia
sedang menyisakan sedikit sisa
cukuran kumis dan brewoknya.
Ah, gak tahan! Kulitnya
memang gelap, seperti kulit
kebanyakkan pria
Jawa.Badannya biasa saja,
tertutup oleh seragam kaos
kemeja merah AMARKET.
Namun saat dia menyilangkan
lengannya di depan dada,
nampak bahwa kedua
tangannya itu lumayan kekar.
Tiap kali berbelanja di situ,
saya sering curi-curi pandang,
berpura-pura mondar-mandir
melihat barang. Sikap Naryo
biasanya terlihat dingin, jarang
senyum, kecuali jika sedang
diajak bicara.
Entah kenapa, saat itu, ketika
saya diam-diam
memperhatikannya, Naryo
ternyata membalas pandangan
mataku. saya deg-degan sebab
pandangan matanya
terlihat kaku dan dingin, seolah
dia mencurigai saya ingin
mencuri sesuatu. Memang
tingkah lakuku terlihat agak
aneh. Tapi hal itu disebabkan
karena saya salah
tingkah memperhatikan dia,
bukan karena saya berniat
mencuri. Namun Naryo
mendekatiku dan berbisik,
“Tingkah lakumu aneh banget
dari tadi. Mau nyolong yach?”
Nampaknya Naryo mencoba
untuk tidak menimbulkan
kehebohan.
“Nggak,” jawabku, gugup. Jelas
saja aku gugup,ditanyai oleh
pria yang saya taksir. Apalagi
naryo ganteng. saya megap-
megap mencari napas, sesak.
“Ayo sini, ikut saya ke atas,”
ujar Naryo. Tanganku langsung
ditarik. Saya tak bisa melawan,
sebagian karena saya memang
ingin diajak pergi olehnya. Tak
ada pengunjung toko yang
memperhatikan kami. Namun
salah satu pegawai pria, teman
kerja Naryo, melihat kami.
Naryo membawaku ke
belakang toko. Sebuah tangga
menuju lantai atas berlokasi di
situ. Pegawai ganteng itu lalu
membawaku naik ke lantai
atas. Lantai atas
dibangun untuk kebutuhan
tempat tinggal para pegawai
toko. Saya hanya melihat
sebuah lorong pendek dengan
banyak pintu, seolah sedang
berada di dalam sebuah motel
kecil. “Sini, masuk,” kata Naryo,
membuka sebuah pintu.
Ternyata saya dibawa masuk
ke dalam gudang.
Gudang itu kecil, hanya
diterangi sebuah lampu neon
remang-remang. Tak ada
jendela satu pun; hanya ada
sebuah ventilasi. Suasana
terasa sesak dan pengap.
Berbagai kotak produk
bertumpuk di mana-mana.
Naryo menutup pintu.
Jantungku berdebar kencang,
tak tahu apa yang sedang
terjadi. “Kamu nyolong apa
tadi?”
tanyanya agak ketus.
“Nggak kok,” jawabku, agak
gemetar. Meski saya memang
tak berslah, tetap saja takut.
“Bohong kamu! Sini, saya
geledah,” balas Naryo. Dengan
kasar, kedua tangannya
meraba-raba badanku dari
leher turun sampai ke
pinggang. Saat dia sibuk
meraba-raba
celana pendekku, saya hampir
tak dapat menahan gejolak
nikmat karena tangannya
tanpa sengaja mengelus-
ngelus kontolku yang mulai
ngaceng. “Apa ini?” tanyanya,
agak
kesal.
“Hmm… anu… itu batang saya,”
jawabku, malu-malu sekaligus
takut. Kontolku tumbuh
semakin besar dan panjang,
menciptakan tonjolan besar di
dalam celana
pendekku. Tonjolan itu
semakin besar berhubung
sayatidak mengenakan celana
dalam.
“Bohong, pasti barang curian.
Ayo, buka!” gertaknya. Dan
sebelum saya sempat
membela diri, tiba-tiba Naryo
sudah menarik celanaku turun.
SRET! Kontol ngacengku
terekspos, bergoyang naik
turun, terkena celana, di depan
Naryo. Kedua bola pelerku
tergantung lemas karena suhu
ruangan yang agak panas.
Tiba-tiba saja, kemudian, Naryo
menggenggam batang
kontolku dan langsung
mengocok-ngocoknya. Tak ayal
lagi, saya
mendesah kenikmatan. Melihat
aku sangat menikmatinya,
Naryo berkata, ” Bener dugaan
gue. Loe ini homo. Pantes aja
loe sering ngeliatin gue diam-
diam. Kirain
gue gak tau?” Dengan kasar,
Naryo juga melepas kaosku.
Aku kini berdiri bertelanjang
bulat di hadapan pria yang
sering mengisi fantasi
mesumku tiap kali saya onani.
“Ini yang loe mau kan?”
tanyanya dengan nada
mencibir seraya memelorotkan
celana panjangnya. Dengan
kasarnya, Naryo memaksaku
berlutut di depannya.
“…hhohh…” desahku ketika
mataku menangkap
pemandangan yang
menakjubkan. Di depanku
terpampangcelana dalam
Naryo, briefs putih. Celana
dalam itu nampak ketat sekali,
terlalu sempit untuk ukuran
pinggang pria ganteng itu.
Benjolan besar nampak
menghiasi bagian depan briefs
itu, lengkap dengan noda
basah. Rupanya Naryo sudah
merencanakan semua itu
sehingga dia sudah terlanjur
terangsang. Kudekatkan
hidungku pada tonjolan itu dan
kuhirup dalam-dalam aroma
kelaki-lakian Naryo. Mmm…
sedap.. Aroma precum
menyengat hidungku,
merangsang nafsu birahiku.
“Jangan dihirup doank. Buka!”
perintah Naryo, menekan
kepalaku dengan kasar.
Dengan tangan gemetar
karena gugup, saya
menyelipkan jari-jariku masuk
ke dalam karet celana
dalamnya. Kulit tubuh Naryo
terasa hangat dan agak basah
dengan keringat. Lalu
kepelorotkan celana dalam itu.
Kontol Naryo mendesak keluar
dan langsung menampar
pipiku. Aku kaget dan
melepaskan celana dalam itu.
Briefs putih milik Naryo turun
dengan sendirinya sampai ke
mata kaki. Di hadapanku,
kontol ngaceng kepunyaan
Naryo terlihat begitu
menggoda.
Seperti kontol orang Jawa
kebanyakkan, kontol Naryo
bersunat. Jahitan sunatnya
sangat bagus sehingga Naryo
seolah terlahir dalam keadaan
bersunat. Kepala kontolnya
berkilauan berlumuran dengan
cairan precum. Tegang, kontol
itu berdenyut-denyut.
Bentuknya indah sekali, seperti
helm baja kemerahan.
Ukurannya pun lumayan besar.
Di pangkal batangnya
ditumbuhi jembut. Kontol
Naryo sungguh ……pun
lumayan besar. Di pangkal
batangnya ditumbuhi jembut.
Kontol Naryo sungguh kontol
terindah yang pernah
kulihat. Kulihat Naryo mendelik
padaku, memaksaku dengan
pandangan matanya untuk
segera menghisap batang
kemaluannya itu.
“Ayo, tunggu apa lagi. Isep
kontol gue. Loe doyan kontol
kan? Sekarang gue kasih
kontol gue. Cepet isep!”
perintahnya. Kontolnya
didorong paksa ke
bibirku. Noda precum melumuri
bibirku. Tanpa membantah, aku
membuka mulutku. Kontol
besar itu pun masuk. Mulutku
penuh dengan batang kelaki-
lakian Naryo. Rasa precumnya
yang asin dan licin memenuhi
syaraf perasa lidahku. Kontol
itu masuk terus sampai bulu
jembut yang tumbuh di
pangkal kontol itu menggelitik
hidungku. Aku hampir tersedak
karena kontol itu hampir
menyentuh anak tekakku.
Wajah Naryo menyunggingkan
sebuah senyum mesum. “…
hhhoohhh… mulut loe anget
dan basah… ooohh….”
Kemudian Naryo mulai
menggenjot mulutku.
Kontolnya ditarik maju-mundur
dengan irama tetap. Untung
aku sudah berpengalaman
dalam hisap-menghisap kontol
sehingga aku bisa
mengimbangi gerakan
kontolnya. Bibirku sengaja
kukecilkan agar terasa sempit.
Batang Naryo bergerak keluar-
masuk semakin lama semakin
cepat. “…mmmpphh…
mmpphh…” Hanya itu yang
bisa
kusuarakan.
Naryo semakin terangsang. “…
hhhoo… aaahhh… aaahhh….”
Dia memakai mulutku untuk
mengentot. Saya cuma berlutut
di tempat dan membuka
mulutku sementara Naryo
memuaskan libidonya. “…
hhhoosshhh…. aaahhh….”
Desahan-desahan mesum
Naryo terus terdengar.
Sementara itu, hawa pengap
dan panas dalam gudang itu
membuat tubuh kami berdua
basah berkeringat. Naryo
terpaksa melepas seragam
kaos kemeja. Mataku terbuka
dengan lebarnya, menikmati
keindahan tubuh Naryo.
Tubuh laki-laki memang
merupakan rangsangan hebat
bagiku sebab kau adalah
seorang pria homoseksual.
Naryo memang tidak seatletis
seperti yang kubayangkan.
Namun, jika dibandingkan
dengan pria biasa lainnya,
tubuh Naryo bagus sekali.
Dadanya nampak agak besar,
bercampur dengan sedikit
lemak. Kedua putingnya
melenting, mengeras. Di
sekelilingnya ditumbuhi bulu-
bulu halus. Puting Naryo yang
berwarna coklat tua nampak
kontras sekali jika
dibandingkan dengan warna
kulit tubuhnya yang sawo
terang. Sedangkan perutnya
rata tanpa otot. Keringat telah
mengilapkan sekujur
tubuhnya. Kontolku makin
ngaceng.
Mendadak Naryo mengerang-
ngerang. “..aarrgghh…
aaahhh…” Sedetik kemudian,
kontolnya ditarik keluar. Saya
terang saja kecewa. “…
hhhooo… hampir aja,” katanya
sambil terengah-engah. “Mulut
loe enak banget, sampai-
sampai gue udah mau
ngecret.” Rupanya Naryo
sengaja berhenti sebab dia
tidak mau mencapai
klimaksnya sebelum
menikmati tubuhku.
“Berbaring!” perintahnya lagi.
Seperti anjing penurut, saya
berbaring di atas tumpukan
kardus. Dalam ahti, saya
mtahu apa yang akan segera
kudapatkan. Naryo pasti ingin
mengentotku. Ooohh…. Ini
yang kutunggu-tunggu!
“Gue denger, homo doyan
dingentot. Gue mau nyobain
loe,” katanya. Dengan itu,
kedua kakiku dikangkang
lebar-lebar sampai-sampai
lubang anusku terasa seperti
ditarik. “Keliatan sempit. Pasti
enak kalo dingentot. Loe doyan
dingentot ‘kan?” Aku
mengangguk-ngangguk, penuh
antusiasme. Memang itu yang
kuharapkan, agar bisa
dingentot pria seganteng
Naryo. Naryo mengangkat
pinggulku tinggi-tinggi, kuat
sekali dia. Mula-mula, kukira
dia mau mencicipi kontolku
tapi ternyata aku salah. Naryo
cuma mau melumasi anusku
saja dengan air liurnya.
Beberapa kali dia meludahi
anusku yang berkedut-kedut.
Dapat kurasakan air liurnya
melelh menuruni belahan
pantatku. Lalu pinggulku
dilepaskan begitu saja.
Pantatku terhempas dan
mengenai kardus.
Sekali lagi, kakiku
dikangkangkan. kali ini, Naryo
akan menyodomiku dengan
kontolnya. “Gue mau loe
memohon gue buat ngentotin
loe. Ayo, mohon. Cepet!”
Apapun akan kulakukan agar
si ganteng pramuniaga
AMARKET itu sudi mengentoti
pantatku yang lapar akan
kontol itu. “Ngentotin saya,
kumohon. Saya butuh
kontol Mas Naryo. Saya mohon
agar Mas Naryo sudi
mengentoti saya,” mohonku.
Sudah lama saya tidak
dingentot, makanya saya rindu
sekali akan hajaran kontol di
dalam anusku. Saya
menekankan keinginanku
dengan meraba-raba kepala
kontolnya sambil melemparkan
pandangan memelas. “Fuck
me…”
“Loe yang minta, loh. Jangan
nyesel,” sahut Naryo,
mengocok-ngocok kontolnya.
“Buka yang lebar,” katanya,
kasar. Kakiku dipegangi dan
dibuka lebar-lebar. Tangannya
terbentang sambil menahan
kakiku. “…aaahhh…” desahnya
ketika kepala kontolnya
bergesekkan dengan anusku.
Digesek seperti itu, anusku
langsung berkedut-kedut liar,
tak sabar untuk segera
disodomi. “Terima kontol gue…
hhhoohh…” desah Naryo,
mesum. Kontolnya didorong
masuk, menekan anusku.
Pelan tapi pasti anusku
terdorong masuk dan mulai
membuka. Kepala kontol yang
penuh precum itu pun masuk
perlahan-lahan. Ooohhh….
rasanya enak banget.
Bagi mereka yang masih
perjaka, tahap ini adalah tahap
yang paling menyakitkan, tapi
saya telah terbiasa. Anusku
membuka semakin lebar
seiring dengan semain
masuknya kontol Naryo ke
dalam tubuhku. Selama proses
penetrasi itu, prmauniaga
tampan itu terus-menerus
mengerang keenakkan. “…
hhooosshh… sempit bener…
aaahhh… lebih sempit
dibanding memek pacar gue…
aaarrghh…” Ternyata Naryo
adalah pria straight dan sudah
mempunyai pacar wanita.
Paling tidak, Naryo sekarang
sedang mengentoti aku, dan
bukan mengentoti pacarnya.
“…hhhoosshh…. aahhh… dikit
lagi…. aaahhh…. ayo… buka
pantat loe… hhhoohh,,, biarkan
gue… aaahh… massuukk…
hhhoosshhh….”
Dan… PLOP! Kepala kontol itu
akhirnya masuk! Aku
mendesah, lega dan sekaligus
puas. “…aaaahhhh…. kontol
kamu besar banget…
aaahhh…. pantatku penuh,
nih…. aaahhh….” Kedua kakiku
kulilitkan pada pinggangnya.
Oh, ini adalah mimpi yang
menjadi kenyataan. Karyawan
supermarket yang kutaksir
sedang membenamkan
kontolnya di dalam pantatku.
“Rasakan kontol gue. Loe
pengen dkontolin ama kontol
gue ‘kan? Pacar gue aja gak
tahan, apalagi loe yang homo.”
Dan Naryo pun mulai
memompa pantatku. Mula-
mula kontolnya ditarik keluar
pelan-pelan. “…aaahhh…”
desahnya ketika kulit kepala
kontolnya bergesekkan dnegan
dinding duburku. Setelah
kepala kontol itu hampir
keluar, Naryo mendorong
masuk kontolnya. “…
hhhoohhh….” desahnya lagi,
matanya terpejam
rapat-rapat. Kontolnya ditarik
keluar lagi, kemudian
dibenamkan lagi, begitu
seterusnya. Tarik,
“…aaahhh…”, dorong, “…
uuugghh….”, tarik,
“….hhoosshhh…”, dorong,
“aaarrggghh…”
Bukan hanya Naryo saja yang
mengerang, aku pun turut
menyuarakan kenikmatanku.
Setiap kali kontolnya bergerak
masuk, aku ngos-ngosan.
Seolah sesuatu yang besar
sedang menembus dalam-
dalam. Saya bahkan merasa
seakan-akan batang kontol
Naryo akan keluar dari dalam
mulutku! Tapi saat kontol itu
ditarik mundur, saya merasa
kekosongan mengisi diriku.
Naryo memang tukang ngentot
yang handal. Nampaknya dia
sering ngentotin pacarnya
sehingga jurus ngentotnya
tinggi sekali. Dengan
kontolnya, Naryo sanggup
membuatku gila dengan nafsu.
“…hhhoohh… yyeeaahh…
ngentot pantatku… aaahhh….
yang keras…. aaahhh…. lagi
Mas….. aaahhh…. lebih keras…..
aaarrgghh… saya mau kontol
Mas Naryo… aaahhh….
ngentot…. ooohhh….”
“…aaahhh… gile… sempit….
aarrgghh…” erang Naryo, terus-
menerus menggenjot pantatku.
Badanku dipakai untuk
melayani hawa nafsunya.
Kontolnya dihajarkan ke dalam
pantatku tanpa ampun. Irama
ngentotnya pun semakin cepat.
Gerakannya bagaikan
piston kereta api, memompa
tanpa henti. Erangan nikmat
kami berdua bercampur dan
bergema di dalam gudang kecil
itu. Tubuh kami berbalutkan
tetes-tetes keringat, basah
sekali. Naryo mendekatkan
tubuhku padanya agar
penetrasi kontolnya menjadi
semakin
dalam. Alhasil, tubuh kami pun
saling berdempetan.
“…aaahhh… enak banget…
ooohh… gue ngentotin cowok…
aarrgghh… gile… gak nyangka…
aaahhh… bisa nikmat…
aaahhh… banget… hhoosshh…
mantap… aarrgghh… fuck you!…
aaahhh… fuck!…”
Tak kuasa menahan birahiku,
saya membiarkan tanganku
menggerayangi tubuh Naryo.
Ah, tubuhnya enak diraba-raba.
Kontur ototnya, meski kecil,
sangat terasa. Apalagi tonjolan
dadanya, nikmat untuk
diremas-remas. Dan tiap kali
saya meremas dadanya, Naryo
akan mengerang nikmat dan
malah menjadi semakin
bringas. Hajaran kontolnya
terasa semakin keras,
mengobok-ngobok isi perutku.
Tanpa ampun, kontol Naryo
menyodok sana-sini. Sesekali,
organ kelaki-lakiannya itu
mengenai prostatku sehingga
saya menggelinjang-gelinjang
karena nikmat. “…aarrgghh…
ooohhh….” Saya hanya bisa
mengerang dan membiarkan
pemuda ganteng itu memakai
tubuhku demi kepuasannya. “…
aarrgghhh… ngentoti saya,
Mas… aarrgghh…” racauku
seperti cowok murahan.
“…aarrgghh… ngentot loe!…
aarrgghhh…. fuck!… kontol gue
bikin loe terangsang kan?…
hhhoohhh…. rasain kontol gue…
aaarrgghh… gue bakal bikin loe
ngecret… aarrgghh… gue mau
loe ngecret… uuuggghh… ayo,
homo… aarrgghh… kocok
kontol
loe… aarrgghh… ngecret buat
gue… aaahhh… kasih gue liat…
uuugghhh… kalo loe doyan
dikontolin… aarrgghh… ama
kontol gue…. hhhoosshh…” Di
tengah acara ngentot, Naryo
masih sempat mendesakku
untuk ngecret. Tentu saja saya
menurut dengan senang hati.
Dengan sebelah tangan, saya
mengocok kontolku secepat
mungkin. Tapi entah kenapa,
meski saya terangsang berat,
saya tidak kunjung ngecret.
Kontolku ngaceng, tegak
berdiri, tapi pejuhku tidak mau
tersembur keluar. “Ah, sini, gue
kocokin,” kata Naryo, agak
jengkel.
Telapak tangannya yang kasar
dan kapalan terasa menggesek
batang kontolku. Dengan
genggamannya yang kuat,
pramuniaga bejat itu pun
mengocok batang kontolku,
naik-turun. “…aaahhh…
hhhoohh… aaahhh…” Mataku
merem-melek, tak kuasa
menhaan kenikmatan yang
berpadu pada kontolku. Ada
sentuhanm hangat milik Naryo
dan ada juga orgasme yang
mulai bangkit dalam kontolku.
Napasku mulai sesak, dadaku
bergerak naik-turun. Dan
kurasakan pejuhku mulai
tersedot keluar dari dalam
kantung pelerku. Cairan
pejuhku mulai bergerak naik
dan memasuki saluran uretra,
naik terus hingga ke pangkal
kontolku. Aaahhh…. saya
hampir ejakulasi dan orgasme!
“…hhhoohh… mas…. aaahhh…
mau keluar… aargrghh…”
Kocokan tangan Naryo
memang mantap!
“Keluarin aja… aaahhh…” desah
Naryo, masih asyik
menggenjot pantatku. “…
hhhoohh… muncratin pejuh
loe… aahhh… gue mau liat…
ooohhh…. kalo kontol gue….
uuugghh… bisa bikin loe…
aarrgghhh… terangsang abis…
aaahhh… cepeten… ngecret….
aaahh….” Genggaman
tangannya semakin kuat,
memeras
kontolku habis-habisan.
Kontolku tak sanggup lagi
menahan laju pejuhku. “…
AAARRGGHHH!!!!…” Saya
berteriak,
menyuarakanorgasmeku.
Spermaku menyembur keluar
dengan penuh tenaga.
CCRROOTT!!… CCRRROOTT!!!….
CCRROOOTTT!!!….
CCRRREETTTT!!!!… CCCRREETT!!!!
Kontolku menyemprotkan
cairan kenikmatanku ke mana-
mana. Pejuhku menyembur
mengenai dada bidang Naryo.
Perutnya juga turut ternoda.
Aku hanya bisa mengerang
penuh nikmat mengiringi
orgasme.
“…AAARRGGHH!!!… …,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts