Joki Jalang

 

Selamat pagi teman-teman, sebelumnya mohon maaf bila tata bahasa yang aku gunakan tidaklah semenarik cerita-cerita kiriman teman-teman yang berpengalaman.
Ini bukanlah cerita khayalan ataupun imajinasi belaka, tapi ini merupakan kisah nyata pengalaman saya dan suami.
Sebelumnya perkenalkan nama saya Nova, umur 30 tahun, tinggi 155cm, berat 45kg, bra 34B, rambut hitam sebahu. Saya wanita keturunan campuran antara suku Sunda dan Chinese.
Suami saya Edi, agak gemuk dengan tinggi 172cm, berat 90kg, keturunan jawa Solo dan Yogya. Kami tinggal di BSD, Serpong, luar selatan Jakarta.

Kali ini saya ingin menceritakan mengenai pengalaman kami hari Jum’at sore (29 Apr 2011). Beberapa hari sebelumnya kami membaca sebuah cerita yang di dapat oleh mas Edi dari internet.
Cerita tersebut mengenai kenakalan pasangan yang menggoda Joki 3-in-1 sampai ejakulasi di mobilnya. Dengan berbekal imajinasi tersebut akhirnya kami mencoba untuk melakukan eksperimen-eksperimen serupa tapi dengan kenakalan yang lebih wajar.

Sore itu kami ada janji dengan pasangan lain untuk bertemu dan berbagi cerita mengenai pengalaman-pengalaman dan pendekatan untuk pencocokan, bila memang cocok maka kita akan melakukan meeting berikut.
Diawali dari saya menjemput suami di kantornya lalu kami pergi dengan kijang innova mengarah ke Jakarta.

Sesampainya di depan kampus Mustopo, kami siap-siap untuk mencari joki 3-in-1 yang akan beruntung sore itu. Setelah berputar 1 kali di depan Plaza Senayan, dan kami tidak juga menemukan joki yang berpenampilan bersih.
Akhirnya kami memutuskan untuk berputar agak jauh ke arah TVRI, dan di depan, sebelum hotel Mulia kami menemukan ada joki dengan bercelana batik dan memakai kaus, dan kami menjatuhkan pilihan kepadanya.
Sekitar 100 meter dari tempat joki tersebut berdiri, saya diturunkan oleh mas Edi dan berdiri di pinggir jalan, berpura-pura menjadi joki 3-in-1.

Mas Edi berputar 1 kali, lalu berhenti di sampil joki tersebut, akhirnya si joki tersebut naik ke mobil dan mas Edi mengajak berkenalan, nama joki itu adalah Fajar.

Setelah mas Edi jalan, lalu aku melambai-lambaikan tangan dan berpura-pura menawarkan untuk menjadi joki, lalu mas Edi berhenti dan aku naik di bangku belakang.
Seperti aku bilang sebelumnya tadi, bahwa aku tidak pandai bercerita, jadi lebih baik aku tuliskan saja pembicaraan kami sore itu.

Aku: Selamat sore mas.
Mas Edi: Selamat sore, namanya siapa?
Aku: Saya Nova mas, kalau mas?
Mas Edi: Saya Edi, ini teman saya Fajar.
Aku: Teman kantornya ya mas?
Fajar: *terbengong-bengong*
Mas Edi: Iya, fajar teman kantor saya, tapi beda divisi.
Fajar: *masih terbengong-bengong*, iya…
Aku: Pulangnya ke mana mas?
Mas Edi: Saya pulang ke Gading, tapi mau mampir dulu ke Sabang, ada perlu.
Aku: Wah, kebetulan banget mas, aku boleh nebeng ya sampai depan hotel Cemara.
Mas Edi: Oh gitu, yah boleh aja sih asal bayarannya cocok aja, ya nggak jar?
Fajar: *senyum-senyum* iya pak..
Aku: Maksudnya apa mas? emang berapa bayarannya?
Mas Edi: Ah ya seikhlasnya aja, kan udah gede.
Aku: Bayarannya apa sih mas? *sambil senyum-senyum genit dan mulai memijat mas Edi dari belakang*
Mas Edi: Duh enak banget Nov pijitan kamu.
Aku: *sambil terus memijat*, duh mas tadi gerah banget di luar, aku boleh lepas jaket ya?
Mas Edi: Boleh nov, lepas yang lain juga boleh.
Aku: ah mas Edi genit, *lalu aku melepaskan jaketku dan di dalamnya aku menggunakan tank top, tanpa bra, sehingga pentilku terlihat jelas mengacung*
Mas Edi: Wow, kamu cantik sekali Nov, *sambil melihat dari kaca spion*
Aku: Ah mas bisa aja, terima kasih, *lalu aku meneruskan memijit-mijit pundak mas Edi*
Mas Edi: Wah kalau kamu pijitin terus bisa tegang nih aku ntar nov
Aku: Iya tuh mas, kayaknya udah ada yang tegang, mau dibantuin mas?
Mas Edi: Bantuin gimana? ntar Fajar liat dong?
Aku: Nggak apa-apa ya mas Fajar, kasihan kan kalau tegang nggak dikeluarin
Fajar: *masih terbengong-bengong*, eh.. iya mbak
Mas Edi: Sstt… terus kalau Fajar juga pingin gimana dong?
Aku: Biarin aja, emangnya Fajar ingin juga? *sambil aku meraba lengannya*
Fajar: he he he, *senyum-senyum*

Saat itu kita sudah masuk di tengah-tengah jalan Sudirman yang mulai memadat.

Mas Edi: Jar, sorry nih, lu bisa pindah ke belakang sebentar gak?
Fajar: Oh iya pak, bisa koq… *lalu dia melompat lewat tengah dan duduk bersamaku*
Aku: Aku pindah ke depan ya mas, *dan aku melangkah dengan seksi sambil perlahan-lahan supaya Fajar melihat bongkahan pantatku yang hanya ditutupi rok mini*
Mas Edi: nah gini kan lebih enak ya nggak Nov?
Aku: Iya mas, *lalu aku menciumi pipi mas Edi dan menjilatinya, dan aku yakin Fajar memandang dengan terkesima.
Mas Edi: sssttt.. enak banget Nov..

Lalu aku mulai meraba-raba kontol mas Edi dari luar celananya, sampai berasa sekali ketegangannya. Aku mulai membuka resleting mas Edi dan mengeluarkan kontolnya yang membengkak itu.
Aku mulai dengan asiknya menjilati dan mengulumnya. Mas Edi mengambil handy clean dan mencuci tangannya, lalu memberikannya kepada Fajar dan memberi kode untuk juga mencuci tangannya.
Saat aku sedang asik bermain-main dengan kontol mas Edi, dia mulai meraba-raba toketku dari luar dan perlahan menurunkan tank-top ku dari atas, dan mengeluarkan toketku sehingga terekspos dengan jelas.
Lalu mas Edi meremas-remasnya, sampai aku melenguh-lenguh keenakan.
Mas Edi memberi kode dan menarik tangan Fajar untuk juga meraba-raba toketku, dan aku membelai-belai kaki Fajar dengan tangan kanan, sedang tangan kiriku melingkar di kontol mas Edi sambil mengocok dan mengulumnya.
Tangan mas Edi membelai dan menarik rok miniku ke atas sehingga terbuka lah pussy ku dan dibelai-belai klitorisku oleh mas Edi.
Dengan semangatnya Fajar meraba dan meremas dan memilin-milin putingku, 10 menit kemudian mas Edi karena terlalu exciting dengan eksperimen itu maka dia muncrat di dalam mulutku yang lalu aku telan sampai bersih.
Lalu aku membersihkan mulutku dengan tissue dan melap bibirku. Fajar melingkarkan tangannya ke depan dari sebelah kanan dan kiri dan mempermainkan kedua toketku dengan sangat bersemangat.
Aku yang keasikan dan meminta ijin ke mas Edi untuk pindah ke belakang. Mas Edi mengijinkan tapi berpesan agar tidak bikin kotor di bangku belakang.

Lalu aku pindah ke bangku tengah bersama Fajar, dan menyodorkan toketku untuk dijilat, dikulum dan diremas oleh Fajar. Rasanya sangat nikmat sekali, dan aku lihat mas Edi memperhatikan melalui kaca spion dengan wajah yang semangat sekali melihatku.
Aku mulai membelai-belai kontol Fajar dari luar celananya dan ternyata juga sudah membengkak. Tak lama kemudian Fajar dengan inisiatif sendiri membuka resleting celananya dan menurunkannya setelah itu menampilkan kontolnya yang sudah sangat tegang.

Miliknya tak sebesar milik mas Edi, tapi bentuknya unik, agak mendongak ke atas. Tapi aroma tubuh dan kontolnya sangat tidak enak dan membuatku hampir muntah.
Dan lagi-lagi Fajar memagut toket kiriku sambil tangan kirinya mengocok kontolnya sendiri. Lalu aku mengambil kondom dari tasku dan memberikannya kepada Fajar.
Dengan cekatan dia menerimanya dan membukanya lalu berusaha menggunakannya di kontolnya. Tapi sepertinya aku lihat dia tidak bisa menggunakannya, karena beberapa kali dimasukkan tapi tidak berhasil. Lalu aku ambil kondom itu, dan jepit bagian depannya lalu aku bantu pasangkan di kontolnya.
Setelah itu dia lagi-lagi memagut toketku dengan keras, dan mengocok kontolnya sampai akhirnya dia ejakulasi di dalam kondomnya, dan saat itu posisi kita sudah di depan EX.

Lalu aku pindah lagi duduk di samping mas Edi sambil ber make-up. Dan tak lama mas Edi memberikan sejumlah uang kepada Fajar sambil berbasa-basi. Lalu Fajar turun di lampu merah dan kita melanjutkan perjalanan sambil tertawa-tawa.
Sampai besok paginya toketku masih perih karena digigit-gigit Fajar…,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts