CewekCewek Sombong Starring RedVelvet

CewekCewek Sombong Starring RedVelvet

Perkenalkan semua, ini cerita pertamaku yang akhirnya dengan berani kukirimkan pada forum tercinta ini, sekadar fantasi muluk dari buah pemikiran yang dituangkan dengan tangan amatiran, jadi mohon ma’af bila banyak kesalahan dan dengan sangat senang hati menerima kritikan dari teman-teman semua, selamat membaca

Namaku Paijo, aku adalah seorang TKI di Korea Selatan, perantauan yang berasal dari Nganjuk, Jawa Timur, aku sudah 10 tahun bekerja disini, suka-duka telah aku alami, pahit-getirnya hidup di negeri orang, namun semua itu kujalani demi membayar hutang kakek-nenekku yang berpuluh-puluh juta, aku seorang yatim piatu, sejak kecil kakek-nenekku lah yang mengurusku hingga mampu mencari nafkah sendiri, awalnya aku merantau ke Ibukota Jakarta, namun karna satu-dua hal, aku akhirnya berakhir di negeri ginseng sebagai pembersih kaca gedung-gedung di Korea.

Di negara ini aku hidup ngekos dengan biaya hidup seadanya, 5 tahun lalu kakek-nenekku telah meninggal dan akhirnya aku benar-benar sebatang kara, sebenarnya aku bisa saja pulang dan hidup di desa karna kakek mewariskan rumah gubuk reotnya padaku, namun aku lebih memilih disini karna gajinya yang lumayan walau hanya membersihkan kaca.

“Joe…,” Panggil temanku saat aku mencoba membuka kunci pintu kosanku. Ya, di Korea ini namaku menjadi sedikit lebih keren, karna saat ditanya nama kamu siapa, mereka salah menafsirkan dari Paijo menjadi Park Gi-Joe, dan aku menerimanya saja karna memang lebih keren dan akan terasa familiar di lidah mereka.

“Kamu masih punya stock mie instant? Aku pinjam dulu, tanggal tua ini.” Ternyata tetanggaku yang sama-sama miskin cuma mau ngutang, kirain ada apa.

“Ada lah, kamu ambil aja itu di rak, cari aja sendiri, sorry acak-acakkan, kalo bisa sekalian bersihin.” Gurauku yang ditowel dia dengan sikut.

“Yee, jaluk mie siji bae nggo imbalan, ra ikhlas kamu Joe, ra berkah,” Yup, tetanggaku bernama Han Do Ko, dia asli orang Korea, namun karna sudah lama bersamaku, dia malah jadi bisa sedikit bahasa Jawa. Dan itu sedikit mengobati rasa rinduku dengan kampung halaman, berasa ada orang sebangsa-setanah air di sebelah kita. Orangnya agak gemuk, mungkin bisa dibilang buncit. Berambut cepak namun berponi tipis, umurnya kisaran 40 tahunan, dan seorang duda karna ditinggal istrinya selingkuh.

Perawakanku sendiri tidaklah ganteng, dan tidak jelek juga, yah tampang khas orang miskin lah. Dengan satu tindik di telinga kiri, sisa kenakalan remaja dahulu.

Baru-baru ini aku menerima job membersihkan kaca di gedung bertajuk SM Town, bersama temanku Han Do Ko esok hari, untuk itu aku bersiap-siap dengan peralatanku di malam harinya, dilanjut dengan setrika pakaian dan mencuci piring bekas makan.

Yah hidup sendiri memang merepotkan, walau kadang mengasyikkan, aku berharap bisa punya istri yang sholehah, bisa membantu menyiapkan segala sesuatunya, merapihkan pakaian, mencuci serta memasak, kok aku jadi bingung ini mau cari istri apa pembantu.

Kubuang jauh-jauh dulu pikiran itu, aku menuju teras kosanku yang berbentuk rumah susun, tidak terlalu kumuh karna kehidupan disini memang bersih walau kami miskin tapi tetap menjunjung tinggi kebersihan, tidak seperti di tanah kelahiranku, sudah miskin buang sampah sembarangan lagi, giliran kena penyakit dan banjir yang disalahkan pemerintah.

Aku hisap dalam-dalam rokok murahanku, sambil mengusap-usap sebuah smartphone yang seminggu lalu kutemukan di pinggir jalan, masih belum terbuka kuncinya sampai sekarang, walau tentu saja bisa ku format agar kembali dari awal lagi, namun wallpaper di layar kunci yang menampilkan selfie seorang wanita cantik ini membuatku penasaran dengan isinya, walau jelek-jelek begini, aku tetap masih lelaki dengan sedikit sifat mesum di dalamnya, just little.

“Joe, durung turu kau, masih ra iso iku hape kebuka e’?” Han Do Ko menyapaku dari balik tangga sambil mengaduk segelas kopi.

“Durung Han, lagi ngadem, kamu tuh orang sini Han, gak usah sok-sokan ngomong Jawa campur aduk gitu, aneh jadi dengernya,” gurauku.

Dia cuma nyengir.

“Btw, darimana? Kau dari bawah gitu? Gangguin mbak-mbak warung bawah yah?” Basa-basiku.

“Ndak lah, aku tadi dari bawah jaluk banyu panas, kebetulan punya kopi tapi ra due gas guna masak e’, mau minta ke kamu gak enak tadi siang udah minta hehe…,” terangnya sambil sruput.

“Yee, hidupmu serba minta, nanti ku punya istri jangan-jangan kamu minta jatah lagi.” Kuhisap lagi rokokku.

“Betul itu!” Tawanya mesem-mesem.

“Rokok Han?” Abaiku.

“Yoo, masak bekas kamu toh!”

“Gapapa lah joinan,” kekehku sambil mengeluarkan bungkusan rokok di kantung celana jeansku.

“Nih! Pengennya yang baru aja, padahal yang bekas juga enak.” Sodorku.

“Bekas-bekas kalo artis sih enak wae, apalagi idol-idol K-Pop tuh yah si Irene pengen rasane ane pelintir-pelintir susune gemes,” Han Do Ko mulai menghayal, mungkin di kopinya kemasukan nyamuk yang habis ngisap darah petani ganja, emang ngaruh yah?.

“Irene siapa sih, gua gak kenal, kenalnya Juleha, TKW baru di kosan seberang, punya anak 2 suaminya ditinggal, kasian kedinginan, temenin gih sana!” Usirku.

#Irene.

“Waduh, akeh sing demen Joe, ra kuat aku duit pas-pasan gini,” rendahnya.

“Tampangmu juga pas-pasan Han Do Ko,” toyorku sambil berlalu meninggalkan sobatku ke dalam kosan.

Kulewati malam ini lagi dengan hal-hal yang gak penting, ngobrol ngalor-ngidul, membicarakan kebobrokan atau apapun itu, walau diluar sana langit malam cerah berbintang, namun tidak dengan nasibku, entah sampai kapan aku bisa bertahan hidup di negeri orang ini.

Ooh, perantauan-perantauan.

~Pagi hari dalam suasana perkotaan yang sibuk~

“Hati-hati Han, jangan gegabah,” ingatku.

“Tenang ae, kita sudah 5 tahun bekerja seperti ini, sudah Diploma lah aku seharusnya!” Konyol Han.

“Oke, semua pengaman sudah selesai dipasang dan diperiksa, waktunya naik,” jariku mengisyaratkan pada operator crane untuk menaikkan kami ke atas gedung lantai-perlantai.

Berjam-jam kami lalui dengan seksama membersihkan jamur dan lumut yang mulai mengerak disela-sela jendela. Membersihkan gedung setinggi ini mungkin butuh 3 hari lamanya, tergantung kecerahan hari juga.

“Joe, istirahat dulu yuk, udah mau jam 12 ini.” Han mengingatkan.

“Belum Han, setengah jam lagi, sabar.” Tahanku.

“Terik banget ini Joe, aku duluan saja, kamu mau titip apa biar aku yang turun duluan belikan sesuatu.” Han sudah bersiap turun.

“Boleh deh, es susu aja yang murah, sama nasi padang.”

“Mana ada! Aku belikan kimbap saja!” Han ngegas.

Ia pun mulai turun.

Selang 20 menitan, aku juga bersiap turun ketika tak sengaja kulihat dari jendela tiga orang lelaki dan seorang perempuan sedang berbicara, aku terkejut saat seorang pria yang tinggal rambut belakangnya saja tiba-tiba meremas dada si gadis itu dari depan, dan si gadis tampak enggan, ketika si gadis membuang muka ke arah jendela, aku langsung bersigap untuk merunduk dan sembunyi.

“Gila, cakep banget, do’i siapa yah, apa karyawan disini? Tingginya kayak model, body-nya juga berisi, rambutnya hitam dan tampak lebat bergelombang, garis wajahnya ya ampun mengandung sex appeal banget.” Gumamku sambil mengatur posisi sembunyi.

Aku mencoba mengintip kembali sedikit, dan kulihat adegan sudah berubah menjadi sevice blowjob untuk ketiga lelaki itu secara bersamaan di depan wajahnya.

Naluri mainstream-ku langsung bangkit, kukeluarkan handphone flip dalam saku celanaku, walau bukan berbasis android, setidaknya bisa jepret-jepret foto dan video kualitas ampas.

“Daaaamn…!”

“Ngaceng gue, gila nih cewek awalnya enggan kok malah jadi semangat menservis tuh para bajingan,” kujepret dan kurekam terus kedua orang tua yang tampak bangka serta seorang pemuda dengan rambut terklimis rapi. Tidak lupa juga ku-zoom muka si ceweknya.

“Anjir, mau berapa lama gue ngintip disini, panas cuk!” sepertinya menu makan siangku ganti menjadi santapan perbokepan di siang hari. Hilang sudah laparku untuk sejenak.

~Malam harinya~

“Kamu tuh yoo kemana aja tadi istirahat, sampek kimbapnya ku makan juga kelamaan nunggu,” kesal Han.

“Yaa bagus dong, jadi gausah ngeganti uangnya,” tawaku.

“Yoo, aku yang tekor lah Joe,” sewotnya.

“Yaa sorry, tadi bojoku nelpon jadi aku keasyikkan sampek lupa turun,” bohongku.

“Lah jomblo aja kok sok-sokan ngaku due bojo!” Kesal Han.

“Ih due lah, kamu saja tak tahu, nanti kukenalkan kalau sudah waktunya,” tawaku lagi berbohong.

Han cuma mendengus kesal.

~~~~~~~~~~~\\~~~~~~~~~~~~

Jam menunjukan pukul 11 malam, aku jua baru sempat untuk membuka kembali rekaman persetubuhan tadi siang, dikarenakan jendelanya sangat terbuka, jadi yang mengintip banyak hanya kamera hapeku saja, kepalaku hanya sedikit-sedikit nongol karna penasaran.

Sedih sekali mengingat dimana orang-orang sudah berkutat di MP4 atau MKV, aku masih setia memakai 3gp untuk menemani malam-malam kesendirianku.

“Buset memoriku jebol cuk!” Kulihat rekaman berdurasi 27 menit itu membuat hapeku kepenuhan, aku pun mencoba menontonnya.

~Isi rekaman~

Menit-menit awal langsung membawaku pada servis blowjob ketiga lelaki brengsek itu, dengan si perempuan yang tangan kanan-kirinya memegang batangan-batangan itu dengan seksama, dan juga bibir seksi tebalnya yang mengulum ganti-gantian ketiga konti itu.

“Sial baru menit awal aja udah bikin ngaceng,” dengusku.

Adegan beralih saat si tua berambut belakangnya saja itu berpisah dari kerumunan kedua orang temannya, dan berjalan menuju pantat si gadis, sambil mengusap-usap rok blouse pendeknya dari luar, kontinya ia tempel-tempelkan dalam-dalam pada rok si gadis. Si gadis tampak melihat kebelakang sambil menggigit bibir bawahnya, lalu menarik sedikit rok pendek itu hingga paha putih montoknya sedikit tersingkap. Si pria lalu menamparkan kontinya ke kanan-kiri paha si gadis montok itu.

“Bangsat, kok ceweknya mauan banget sih!” Kesalku sambil mengusap-usap kontiku dari luar boxer.

Si pria lalu menyingkap rok itu ke atas, dan kedua jarinya bermain-main di luar celana dalam si gadis yang ternyata berwarna merah, ku kira akan senada dengan warna blouse hitamnya.

Tampak ia usap-usap jari itu dengan tempo lembut dan kasar secara bergantian, si gadis tampak meringis sambil melihat lantai. Sang pria berambut klimis masih fokus dengan blowjobnya yang terlepas dan menampar-namparkan konti beruratnya di depan pipi si gadis mengisyaratkan untuk kembali dihisap lagi.  photomemek.com Si pria tua gendut satunya lagi tampak sudah kelelahan dan hanya duduk di sofa, lalu ia menyalakan cerutu dan mengambil smartphone-nya mencoba menelpon seseorang, aku tidak bisa mendengarnya atau pun mendengar suara persetubuhan itu karna ku rekam dari luar jendela, yang ada hanya suara angin bertiup lembut-kencang berirama.

Si bandot berambut belakangnya saja masih terus mengusap-usap jarinya yang kini sudah berpindah ke dalam CD-nya, aku tidak bisa melihat jelas bentuk mekinya seperti apa namun seharusnya pasti enak dan manis banget, khayalku sambil ikut-ikutan menggesekkan penisku ke guling.

Si klimis tidak mau kalah mengambil bagian dada si gadis dan meremas-remasnya, si gadis terlihat merem-melek tak kuasa menahan gempuran dari depan-belakang para bajingan itu.

Si pria gendut mulai berdiri dari sofanya dan menghampiri kembali sang gadis serta kedua temannya, ia tiba-tiba menjambak rambut indah sang gadis lalu tampak membisikkan sesuatu di telinga si gadis yang dibalas dengan anggukan, sepertinya si gendut ini bosnya para komplotan pemerkosa bin bejat itu.

Si gadis tampak berbicara kepada para pria yang sedang menjamahnya untuk melepasnya sejenak, tampak setelah itu si gadis dengan dalaman blouse, rok, dan rambutnya yang sudah acak-acakkan berjalan menuju sebuah meja kerja yang ada di ruangan itu, lalu ia tampak sedikit menaikkan roknya ke atas, memperlihatkan CD merah tebalnya, ia buka CD-nya itu, dan dengan gerakan perlahan ia menggesek-gesekkan mekinya pada ujung meja kerja berbahan kayu kecoklatan itu.

“Shit!” Gue ngecrot karna kaget melihat adegan panas itu.

Para pria tampak tertawa puas dan melecehkan serta bertepuk tangan, lalu tak lupa mereka juga seperti merekam atau memotret adegan panas yang disuguhkan si gadis cantik itu.

Si gadis masih terus menggesek-gesekkan mekinya pada ujung meja, dan kini ditambah dengan kedua tangannya yang sudah memainkan payudaranya dari luar blouse dengan irama yang menggoda.

Aku masih terus mengocok kontiku walau sudah keluar, gila nih cewek hot banget bikin cepet ngaceng lagi.

Tak sadar menit sudah menunjukkan angka 25, aku pun bergumam kesal karna kenapa punya hape kecil banget memorinya. Karna ku yakin persetubuhan itu gak akan cuma berlangsung 30 menitan, minimal 1 jam lah, huh nasib-nasib.

“Wait, what?” Si cewek tampak menangis sambil tetap menggesek-gesekkan mekinya pada ujung meja, dengan wajah merah meronanya yang tampak horny, wanita ini terlihat menangis sambil tetap meremas payudaranya.

Sebenarnya apa yang terjadi pada wanita ini? Apakah ia dipaksa? Atau diancam? Karna orang-orang berkuasa yang tampak seperti ketiga pria tersebut bisa saja melakukan segalanya dengan kekuasaan mereka, walau aku tidak tahu juga sih mereka siapa dan jabatannya apa. Pikirku menerka-nerka.

~~~~\\~~~~

Angin dingin seakan menunjukkan pukul larut malam, aku menyudahi kegiatan bodohku sambil berjalan lemas membersihkan cipratan-cipratannya, karna bahaya bila ketahuan si Han Do Ko, bisa dikira susu untuk ditambahkan ke kopinya nanti.

Aku pun bertanya-tanya tentang siapa gadis siang tadi itu, kini sudah 2 gadis yang membuatku bertanya-tanya dalam waktu berdekatan, mungkinkah ini sebuah keberuntungan atau hanya kebetulan saja, yang jelas dalam smartphone yang kutemukan ini pun aku yakin akan banyak file-file pribadi pemiliknya, naluri setanku bangkit, masih ada 2 hari lagi pekerjaanku di gedung itu, mungkin aku harus memanfaatkan kesempatan ini untuk bertemu si gadis siang hari itu, melakukan blackmail ala penjahat kelamin, berharap berhasil dan memang harus berhasil, aku harus mengancamnya sedemikian rupa, karna kapan lagi seorang miskin sepertiku bisa menyetubuhi gadis bak model seperti itu, aku merasa tanduk-tanduk setan seakan mulai muncul di dahiku, aku tertawa sambil berkhayal akan mimpi-mimpi konyol itu, mungkin di detik inilah nasibku akan mulai berubah.,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts