Cerita Sex | Polisi Kehujanan

 

Cerita Sex | Polisi Kehujanan – Terlepas dari anda para pembaca, percaya atau tidak. Di usiaku yang 38 tahun saat ini, wajar saja orang menaruh kasihan terhadapku. Gak ada pekerjaan, karna sudah setahun aku tidak bekerja setelah di PHK dari satu perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia. Disamping itu diriku juga belum menikah. Masyarakat kita, yang selalu “perduli” dengan orang lain, barangkali mereka pusing kenapa aku tidak menikah. Setidaknya saudar2ku dan orang tuaku terkena imbasnya. Itulah alasanku mengasingkan diri menjadi petani di suatu daerah di pinggiran kota.Setelah PHK tahun kemarin, aku membeli lahan seluas 1 hektare. Itulah yang kuolah dengan berbagai tanaman dan kini aku sudah menikmati hasilnya. Uang pesangonku sendiri, tergolong lumayan besar. Karena disamping membeli lahan, aku masih mampu mendirikan rumah buatku di lahan tersebut dan juga sebagai modal untuk mengolah lahanku.

Rumah yang kudirikan cukup bagus untuk daerah pertanian. Berada di pinggir jalan besar antar kota. Namun sangat terpencil untuk ukuran populasi. Memang dari luar orang akan mengira rumah tersebut hanya sekedar rumah seorang petani. Karena jaraknya dengan rumah berikutnya ada lebih kurang 500 m. Perawajahannya dari luar kuset sedemikian rupa agar terlihat sederhana. Untuk penerangan listrik lengkap karena berada di laluan tiang listrik ke desa lain. Namun setelah masuk ke dalam hhhhhmmm aku tak tahu apa yang akan diucapkannya. Ada ruang keluarga lengkap dengan perapian, ada kamar mandi. Karena aku tinggal sendiri aku menempatkan tempat tidurku dekat perapian. Tempat tidurku adalah springbed queen size yang baru bisa kubeli 5 bulan lalu, setelah menjual hasil tanamanku terkumpul.

Aku sangat senang. Kehidupan sex, hmm selama itu aku hanya mengandalkan tanganku. Walau tergolong primitif, yah aku sangat menyenangi genggaman tanganku apalagi saat-saat mau crot. Sangat nikmat sekali. Pancarannya akan kulap kemudian. Aku sangat menyukai saat tembakan mengambang diudara dan mendarat di lantai.Namun perubahan terjadi, aku tidak mutlak mengandalkan tanganku lagi saat ini, setelah aku berjumpa dengan seorang polisi yang berusia 41 tahun.

Segalanya berawal dari 3 bulan lalu. Malam itu…….Saat ini jam 19.30, aku melihat jam di dinding. Hujan mengguyur bumi sejak jam 17 tadi. Setelah makan malam, aku menghabiskan waktu dengan membaca buku di atas tempat tidurku. Perapian masih menyala. Sehingga aku tidak merasa kedinginan walaupun hujan semakin deras padahal aku hanya bercelana pendek dan berkaus oblong. Di saat aku menikmati bacaanku, tiba2 aku dikejutkan oleh ketokan di pintu depan. Aku tidak pernah bertamu di jam seperti ini. Ini tidak biasa. Dengan perasaan dag dig dug aku mengambil sebuah tongkat kayu yang ujungnya agak membesar layaknya pemukul baseball dan mendekati pintu. Ketukannya agak menguat tetapi masih tergolong bersahabat. Aku membuka sedikit, pemukul baseballku di tangan kiri. “Siapa?” aku bertanya. Tetapi mataku sudah menangkap seorang polisi yang celananya basah dari paha sambai bawah. “Selamat malam pak! Maaf saya kehujanan kalo boleh saya berlindung di teras rumah bapak sampai hujan reda” katanya sambil giginya gemeratakan menahan dingin. Aku membuka pintu dan aku keluar sambil memegang pemukul baseballku.

Kulihat sepeda motornya sudah di teras. Lampu terasku sendiri hanya lampu kecil 5 watt. “Boleh saya tahu nama anda?” aku bertanya. “Saya Johan!” katanya sambil merogoh kantong celana bagian belakang. Dan mengeluarkan dompetnya dan menglurkan sebuah kartu pengenal kepadaku. “ Polisi yang sangat bersahabat” pikirku dalam hati. Jarang polisi seperti ini. Aku melihat wajah yang kedinginan. Kulihat air mengalir dari kakinya. “Silakan masuk. Masukkan saja sepeda motornya pak” kataku sambul melangkah masuk karena akupun sudah mulai merasa dinginnya udara luar.

Aku mengunci pintu setelah dia memasukkan motornya. “Namaku Alex. Saya tinggal sendirian di sini. Jadi, sorry tentang pemukul ini” sambil menunjukkan pemukul yang ditangan kiriku. “Oh, tidak apa-apa, itu biasa kok”, katanya sambil memeras kaki celananya. Mataku melihat selangkangan yang padat. Paha yang berisi. Pikiranku mulai kotor. “Kalo masih basah buka aja, nanti malah jadi masuk angin lagi! Kita kedalam aja biar dinginnya hilang” aku melangkah masuk ke ruangan perapian. Dia mengikutiku. Di langsung lari mendekat perapian. “ohh terima kasih enak banget ada perapian” katanya sambil berdiri mulai membuka kancing bajunya. “Oh gak apa-apa” kataku sambil diam-diam mataku tetap melihat tonjolan celananya. “Bapak mau kopi atau barangkali belum makan?” aku menawarkan sebagai tuan rumah yang baik. “Kopi ajalah, kayaknya nikmat banget” Aku melangkah menuju sudut ruangan untuk membuat kopi.

Setelah selesai aku membawa 2 gelas kopi. Dan dibahuku tersampir sarung untuk dia kenakan nantinya. Aku melihat dia masih mamakai celananya, padahal aku ingin sekali melihat bongkahan selangkangannya dalam bungkusan ceana dalam. Akan sangat menggairahkan walau hanya sebentar. Sekalipun dia memakai kaus oblong kas polisinya, namun itu tak cukup menutup tonjolannnya nantinya. “Loh kok gak dibuka sih celananya, kan basah bener itu. Ini sarung bisa dipake” aku meletakkan satu gelas di kursi dan sarung itu kuletakkan di sandaran kursinya. Gelasku kucoba kuhirup. Sambil tersenyum-senyum ia melorotkan celananya. Dan akupun melihat tonjolan itu. Uih begitu mantap dan menggoda. Kurasakan selangkanganku mulai padat. Tetapi dengan cepat dia memakai sarung tadi.

Setelah itu kami ngobrol panjang lebar, yang tak tentu tunjrungannya. Dari perihal kerja sampai urusannya sehingga dia terguyur hujan. Tak luput juga mengapa aku hidup menyendiri dan dianya seorang suami yang jauh dari istri. Tak terasa waktu menunjukkan jam 22.30, aku mulai ngantuk tetapi dia masih nampak segar. Hujan belum juga berhenti. Di tengah obrolan tadi dia masih ingin melanjutkan perjalanan seandainya hujan berhenti, walau kutawarkan juga untuk bermalam.“Aku dah ngantuk nih, aku tidur duluan yah. Kalo nanti hujannya dah reda masih mau jalan bangunkan aja aku. Kalo mau makan ada tuh, jangan sungkan-sungkan anggap rumah sendiri” kataku sambil meluruskan badan. “Oke tenang aja. Istirahat aja duluan” dia masih meringkuk dekat perapian. Akupun melebarkan selimutku.

Tak ada keraguanku sedikitpun kalo dia akan berbuat seperti seorang penjahat nantinya bahkan membunuh. Berawal dari cara dia sebagai seorang yang bersahabat. Akupun tertidur lelap. Sampai tak jadi berangkat dan naik tidur sisampingku, aku tidak tahu, hingga jam 5 pagi aku tebangun karena sesak pipis. Jam 5 pagi aku terbangun karena merasa sesak hendak kencing alias pipis. Kulihat dia tidur lelap menyamping menghadap aku. Selimut yang kami pakai agak melorot sampai sebatas lutut. Sarung yang dia kenakan juga melorot sedikit lebih dalam. Saat aku duduk, aku memperhatikan wajahnya yang lelap dalam dengkurannya. Karena masih mendengkur, aku menyempatkan melotot selangkangannya.

Ternyata dia ngaceng, dengan posisi menyamping, searah ban celana dalamnya. Besar juga ukurannya. Tetapi masih seimbang dengan badannya yang mulai gendut, walau gak gendut-gendut amat. Ada sampai 4 menit aku menikmati pemandangan itu. Namun karena air burungku sudah amat sesak akupun turun dan melangkah ke kamar mandi sambil memperbaiki posisi celana pendekku, dan juga kontolku yang ngaceng melihat pemandangan tadi. Sehabis pipis, sebelum naik tidur kembali, aku menambahkan kayu ke perapian yang masih sedikit membara. Kutuang sedikit minyak agar langsung menyala. Di samping api yang sudah menyala kujerangkan ceret tempat air tehku yang terbuat dari stainless steel.

Hanya sekedar memanaskan karena itu adalah air minum yang sudah dingin.Aku kembali menuju tempat tidur. Yang pertama sekali kuperhatikan tetap selangkangannya. Namun aku heran posisi kontolnya yang mengarah sesuai ban celana dalamnya tadi, sekarang suadah tegak lurus mengarah ke pusarnya. Kepala kontolnya yang tak bersunat, menyembul keluar melewati lingkar kepala jamurnya. Dan posisi tidurnyapun sudah terlentang, namun selimutnya masih sebatas lutut. Karena dia tidak mendengkur lagi, aku cepat-cepat mengalihkan pandanganku dan perhatianku. Aku kembali merebahkan badan dan kutarik selimut dan memperbaiki selimut buat dia. Tanganku kuletakkan di atas perut. Mungkin karena pengaruh kuselimuti tadi, diapun bergerak kembali menyamping mengarah ke badanku.

Aku diam saja. Aku mulai memejamkan mata kembali walau aku tau pasti aku takkan bisa tidur lagi. Dalam pikiranku aku teringat adegan film Brokeback Mountain. Dalam hati juga aku tersenyum sendiri andainya itu terjadi oleh kami. Belum habis aku memengahayalkan film tersebut, tangannya bergerak menangkap setengah jari telunjukku. Dalam hati aku berpikir apa sih maksudnya? Sekejap itu juga aku ada ide. Kudorong jari telunjukku ke arah genggamannya. Dan dia semakin mempererat genggamannya. Kutarik sedikit dia melepas. Kudorong kembali dia kembali menggenggam erat. Kuyakini itu adalah sebuah kode atau sinyal atau lampu hijau. Serta merta kuputar badanku mengarah kepadanya. Dia kupeluk erat dan ternyata diabalasnya dengan pelukan erat pula.

Lalu aku tak segan-segan menempelkan mulutku ke mulutnya yang dibalasnya dengan kuat. Aku menghindari spasi antara mulutnya dengan mulutku agar tidak terlalu jauh. Agar aroma nafas naga tidak tercium. Dia malah lebih melumat lidahku. Dan lidah serta bibirku saling bergantian lumat melumat.Tanpa bicara apa-apa, dia menarik badanku dengan pelukannya ke atasnya. Kini aku telah berada di atas perut dia, tanganku mulai menjelajah dalam kaus polisinya. Dan tangan kananku kerhasil menangkap putting susunya dan langsung kupilin dengan lembut. Sementara tangan kiriku menjelajah dengan susah payah di bagian punggungnya. Kedua tangannya dalam pelukannya yang makin erat, mengelus dan menggosok punggungku dalam kausku. Sangat nikmat sekali. Pantatku kutekan sambil kugesek-gesekkan. Terasa sekali kedua kontol kami sudah maksimal kerasnya. Oleh pilinan jariku di putting susunya, dia bergerak hebat dan melenguh dalam permainan mulut kami. Napas mualai memburu di antara kami.

Tangan kirikupun bergerak lebih leluasa mempererat pelukannku. Setelah puas kedua putingnya kupermainkan, tangan kananku mulai menjalar ke bagian bawah meraba ke dalam celana dalamnya. Wow kugenggam kontolnya yang sudah mengeras seperti pentungan. Lumayan besar untuk genggamanku. Ukurannya sama dengan punyaku.Tangannyapun tak kalah. Dia memasukkan kedam celanaku, bagian belakang. Dia meremas bongkahan pantatku. Aku merasa nikmat. Jari tangan kananku menjepit ban celana dalamnya dan kudorong ke bawah. Diapun tau dan mengangkat pantatnya sehingga celana dalamnya terbebas dari pantatnya. Diapun bertindak yang sama ke celanaku. Celana pendekku dan celana dalamku di dorongnya sekaligus. Namun aku melepaskan mulutku dari mulutnya.

Dan melorot dalam pelukannya. Mulutku menjelajahi jakunnya. Dia mengangkat dagunya tinggi-tinggi, sehingga aku bebas menjilatinya. Namun karena hasratku akan kontolnya, aku segera menarik kausnya ke atas agar mulutku mendarat di putingnya.“Ahhhhhh…. Hmmmmpph…..hmphhhh” dia melenguh dan mengangkat badannya seakan menggeliat, saat aku menggigit kedua putingnya bergantian. Tangannya di kepalaku. Aku kemudian melorotkan badanku lagi. Dan kukecup bagian atas jembutnya. Dan tangan kiriku menggengam kontolnya dan kupilin-pilin ke pipiku dengan telapak tanganku. Tangan kananku masih memilin putting susunya. Dan sesekali kuusap dada dan perutnya saat jariku hendak berpindah ke putting yang lain.

Aku melorotkan celananya lagi hingg lepas dari kakinya. Aku meremas-remas pahanya. Kemudian aku memasukkan kontolnya ke dalam mulutku. Kupaksa sebisa mungkin untuk mengulumnya.“Ahhh…ahhhhh sshshshshsh….. ahhhhh” dia merasakan enaknya kulumanku. Kulihat dia menggigit bibir bawahnya menahan nikmat yang kuberikan. Aku sediri sambil berjongkok melepaskan kedua celanaku karena mersa olah gerakku terganggu. Setelah puas mengulum kontolnya, aku kembali merayap mengejar mulutnya, yang disambutnya dengan lahap. Dan kembali kami berpelukan sangat erat.

Dalam pelukan erat itu, dia meutar badan kami sehingga aku berada di bawah. Setelah bebarapa saat, dia melorot seperti yang kulakukan tadi. Tapi kali ini aku menarik kausnya ke atas dan diapun merentangkan tanggannya keatas. Terbebaslah kausnya. Kini dia sudah telanjang bulat. aku semakin gairah melihat dia bugil begitu.

Selama permainan ini kami tidak pernah kontak mata. Sekalipun aku beberapa kali melihat wajahnya. Tetapi dia selalu menutup mata. Yang ada hanya bibir yang komat kamit menikmat. Dia menarik kausku kini yang kuimbangi dengan mengangkat badanku. Dia melepaskan kausku dan mencampakkanya ke pinggir tempat tidur. Dia langsung menuju kontolku dan mengulumnya. Memaju mundurkan kepalanya. Aku imbangi dengan mengangkat pantatku. Oh betapa nikmatnya kulumannya.

Beberapa saat kemudian aku menarik wajahnya menuju wajahku dan berciuman. Kembali permainan mulut dan lidah kami mainkan. Sambil berciuman, kontol dengan kontol juga selalu gesek menggesek, tekan menekan. Kemudian kuputar badan kami agar aku kembali di atas. Selama itu pula mulut tak pernah lepas. Kemudian dia melingkarkan kakinya di pahaku bagian belakang. Dia semakin mempererat pelukannya. Dan gesekan yang dia berikan di kontolnya semakin intens. Aku tau dia sudah dekat. Aku mengimbanginya dengan lumatan dan gesekan yang makin kuperketat.

Kemudian dia mengangkat pantatnya setinggi mungkin dan gesekan ku perkuat. Seiring dengan lenguhannya di mulutku, aku merasakan lahar panas membasahi pusar dan kontolku. CROT…..CROT…..CROT.CROOTTTTTTTTT. Dan terkahir dia menurunkan pantatnya. Dan kuluman bibirnyapun melemah. Namun aku masih kuat mengesekkan kontolku ke kontolnya. Aku melepaskan kulumanku dari mulutnya dan kubenamkan wajahku ke telinganya. Aku merasakan getaran yang dalam di tubuhku. Aku tahu aku sudah dekat, kubenamkan wajahku sedalm mungkin dan pelukanku kupererat. Seakn dia tahu, diapun mengimbanginya. Dan kemudian menyemburlah laharku diatas perutnya. CROT………CROT……..CROT.CROT…CROTTTTTTTT…

Aku berhenti sejenak di atas tubuhnya. Pelukan kami sudah melemah. Kemudian aku medaratkan mulutku kemulunya dan disambutnya. Kemudian aku mengangkat wajahku barulah dia membuka matanya. Dia tersenyum, akupun tersenyum. Kembali kulumat bibirnya sebentar dan kutarik kembali. Dia masih tersenyum“Terima kasih ya! “ katanya, yang langsung kusambut dengan menempel jari telunjukku ke bibirnya. Kemudian aku menjatuhkan badan dan mengambil kausku tadi. Kemudian aku melap sperma yang sudah meluas di perut kami.Setelah itu aku turun dan mengambil celanaku dan langsung kukenakan. Kubiarkan dia asih di tempat tidur. Aku menoleh ke dia dan aku tersenyum, diapun tersenyum. Aku melangkah ke perapian, mengambil ceret dan membawanya untuk membuatkan kopi.

Ku lihat jam menunjukkan 05.30 Sambil membuatkan kopi dua gelas, aku merasa geli sendiri mengingat kejadian tadi. Ketika aku menginginkan pelukan seperti di film Brokeback Mountain, eeehh pucuk dicinta ulam pun tiba. Bedanya dengan film tersebut, kalau di film tersebut, adegannya adalah adanya penolakan dari kawannya, sedangkan yang baru terjadi, justru malah lebih suka.

Aku membawakan kopi yang kubuat ke dekat tempat tidur. Di tempat tidur dia masih berbaring sambil melihatku dengan senyumnya yang menawan. Kedua tangannya dibawah kepalanya, sehingga nampaklah bulu keteknya yang menghitam. Uihhh darahku berdesir ingin membenamkan wajahku disana. Kontolnya yang tak dia selimuti terlihat sedikit lemas. Dengan kantung telornya yang menghitam. Jembutnya lebat diikuti garis mengarah ke pusarnya menghitam. Ohh seksi sekali. Rambutnya khas polisi, dan jenggot serta kumisnya, dari kejauhan nampak menggelap dari kulit wajahnya. Sedikit agak kasar, namun sangat merangsang sekali apalagi tari pada saat aku menjilati leher serta jakunnya, kekasaran jenggotnta menggaruk hidungku dan sesekali kena ke bibir atasku. Sangat merangsang sekali.

Dua gelas tadi kuletakkan di atas kursi yang kudekatkan ke kaki tempat tidur. Aku duduk di ujung tempat tidur dekat kaki kanannya.tepat di arah posisi tidurku tadi. Dengan tangan kananku kuusap kaki kanannya yang penuh bulu.“Kopi nih, nanti keburu dingin” kunaikkan usapan tanganku kearah pahanya, tapi hanya sedikit ke atas lutut.“Iya” jawabnya pendek dan membiarkan tanganku. Namun kuhentikan sejenak.Kuputar badanku kea rah dia. Aku mencari sesuatu. Dapat. Diujung tempat tidur sebelah kanannya. Celana dalamnya kuambil. Berwarna putih. Kulihat sebelah dalamnya tepat di daerah kontolnya terbungkus, warnanya menguning. Aku suka melihatnya apalagi baunya. Di depan dia aku menempelkan celana dalamnya ke hidungku. Kutarik nafas dalam-dalam. Ohh nikmatnya. Baunya menusuk hidungku dan sangat kusuka. Kudengar dia bergerak. Dan mendekat ke arahku. Dia menurunkan kakinya, dia duduk disampingku. Tanpa bergeming akan kehadiran dia, aku terus menikmati bau celana dalamnya.“ Dua setengah hari tak diganti. Dan aku juga suka membaui cdku sendiri” bisiknya ke telingaku. Nafasnya sangat merangsang di bulu tengkukku. Kemudian dia menggigit lembut telingaku. Tangan kananku meraba pahanya.

Semakin ke atas mendekati telornya. Gigitanya berganti jadi jilatan. Lidahnya seakan hendak mengentot telingaku. Aku membiarkannya. Tangan kirinya melingkar dan memegang pinggangku. Mengelus dan meraba. Kontolku dalam celana pendekku, membentuk tenda kemah yang menonjol, karena aku tidak memakai celana dalam. Sedang kontolnya sudah berdiri, mengarah ke atas. Aku mengelus telornya. Dia merenggankan kakinya agar tanganku bebas bergerak. Aku melihat kea rah kontolnya, sehingga kepalaku sedikit tertunduk. Dia menggarukkan bulu jenggotnya yang kasar ke tengkukku. Aku menggeliat. Aku mulai terbakar lagi. Apalagi kontolnya mengarah ke atas, ingin rasanya mengulum kembali. Aku melingkarkan tangan kananku ke pinggangnya. Dan aku sambil memjamkan mata menempelkan pipiku ke pipinya. Kugesekkan pipiku, agar aku mersakan kekasaran bulu di wajahnya.“Minum kopi yuk, nanti keburu dingin”, kubisikkan ke telinganya sambil merenggangkan spasi antar kami. Aku mengambil gelas untuk dia dan dia menerimanya. Dan kuambil gelasku, dan mencoba meminum sedikit. Kemudian aku berdiri dan melangkah dekat perapian. Ku ambil celana panjangnya dan mencoba menggenggam bagian bawahnya.“Sudah kering.” Kataku menghadap dia.“Hmmm, kamu ingin aku cepat pergi” katanya sambil melangkah ke arahku namun matanya tak lepas dari kontolku yang tampak jelas masih tegang, dari tonjolan celana pendekku yang tak ber CD.“ Bukan!” aku jadi serba salah, “serba salah ngomongnya” lanjutku sambul senyum.

Dia menempelkan badannya ke tangan kiriku. Sehingga tangan kiriku menyentuh kontolnya yang sudah mengeras tapi belum tegak sempurna. Kontolnya langsung kupegang. Tangan kanannya memegang pinggang kananku. Ku kocok-kocok kontolnya sebentar lalu kuusap telornya.“Aku tak akan pulang sebelum kamu mengisi aku” bisiknya ke telingaku.“Mengisi?” tanyaku pura-pura tak tahu.“iya kentoti aku. Aku suka dikentot. Aku suka buritku digenjot”“Apa gak sakit nantinya,” kataku sambil memutar badan dan melingkarkan kedua tanganku ke pinggangnya. Dia merapatkan diri dan melingkarkan kedua tangannya ke pinggangku juga. Sangat sangat intim sekali.“Malah lebih nikmat” katanya memeprkuat dekapannya.Kulumat mulutnya dengan rakus. Kumasukkan lidahku dan kitarik krmbali. Lidahnya pun demikian. Kepalaku bergerak sedikit kebawah mengarah ke putingnya. Kepalanya menengadah ke atas.

Bibirkupun dan lidahkupun mempermainkan putingnya yang kiri dan kana. Dia merasa nikmat yang luar biasa. Dia bergumam entah apa. Tangannya mengusap-usap punggungku. Kadang dia mempererat pelukannya sehingga wajahku menempel habis di teteknya berakibat aku susah bernapas. Namun seakan tahu dia melonggarkannya. Aku melanjutkan seranganku semakin ke bawah. Aku memutar-mutar wajahku ketika tongkat saktinya berada tepat di hidungku sampai dahiku. Setelah beberapa kali, aku mengulum sampai kepangkalnya. Dia bergetar seakan hilang keseimbangan. Aku menkankan tanganku dengan kuat seakan menarik pantatnya sampai ia berjinjit mengimbangi gerakanku. Tongkat saktinya sudah tegak maksimum.

Tangan kananku bergerak mengocok kontolku sendiri agar semakin tegak. Bila saatnya tiba dia meminta langsung bisa menikam.Tanpa pelumas jari telunjuk tangan kiriku mulai menusuk dam mempermainkan lobang buangannya. Dia merilekskan lingkar anusnya. Malahan dia memperlebar kakinya agar akses jariku lebih leluasa. Saat jari telunjukku mulai masuk setengah, dia mulai gusar. “Ah, shhhh ahhhhhh” Aku tahu jariku terlalu kasar masuk ke anusnya. Karena terlalu kupaksa tanpa pelumas. Aku menariknya. Kontolnya kulepas dari mulutku. Seakan menyapu hidung dan wajahku, kontolnya terayun ke atas. Telornya aku jilat kemudian. Dia menekukkan kakinya. Lidahkupun menjalar ke pangkal telornya kea rah duburnya. Kemudian aku berdiri. Dengan berbisik kuajak dia ke tempat tidur. Sambil bibir kami saling menepel, dia mundur pelan-pelan ke tempat tidur. Di saat betisnya menyentuh tempat tidur, dia langsung duduk sambil menarikku. Dan akupun mendorong dia.

Aku melanjutkan serangan ke arah bawah. Dia mengangakt kedua kakinya. Dan lidahkupun menjulur kea rah anusnya. Hmmm tak ada bau sedikitpun. Semakin lama lidahku semakin rileks masuk. Maka akupun mengganti lidahku dengan jariku. Kuusap-usap dada dan perutnya. Agar dia tetap merasa hot. Setelah puas dengan lidahku akupun berdiri. Tanpa dimintanya lagi aku mengarahkan rudalku ke arah lubangnya. Dia mencoba melihat dengan mengangkat badanya. Kakinya semakin dia perlebar. Dia menutup paksa matanya dan mulutnya menganga saat rudalku mulai menerobos masuk. Dia sedikit berteriak saat kepala kontolku mulai dijepit duburnya. Aku tahu dia mulai merasakan masuknya. Aku mengulum mulutnya yang disambutnya dengan rakus. Kontolku aku tarik sedikit. Kemudian masuk. Dan semakin masuk, dalam kulumanku, dia menggumam kuat.“Sakit?” aku bertanya setelah kulepas mulutnya. “Sedikit! Tapi lanjut aja! Memang begitu rasanya tapi enak” jawabnya Mendengar jawabannya begitu, aku menekan kuat kontolku, sampai-sampai aku merasa kontolku seakan mau patah berlipat. Kulihat wajahnya meringis. Sambil pantatku tetap menekan, kujilat lehernya, kubasahi lehernya dengan liurku. Sampai akhirnya kontolku amblas bersarang di anusnya. Setelah bersarang aku tegak berdiri. Kudiamkan sebentar tanpa bergerak. Kutarik kembali kontolku. Aku melihat lobangnya melingkar bagai liang, setelah kontolku lepas. Sebelum liangnya mulai menutup. Aku mendorong kontolku kembali.Wajahnya tidak seperti meringis lagi. Sepertinya dia tidak merasa sakit lagi. Aku mulai mengejotnya. Kutarik pinggulku dandorong kembali. Kuraih kontolnya. Kukocok perlahan seirama genjotanku. Namun dia melarangnya. “Jangan, nanti langsung nembak” katanya. Akupun melepasnya.

Keringatku mulai kurasakan mengalir di dahiku. Sambil kugenjot, aku mengulum mulutnya. Dan kulengketkan perutku sebisa mungkin ke perutnya yang sedikit buncit. Dapat kurasakan perkakas jantannya menggesek perutku. Dalam hati aku berpikir kalau dia memang bottom sejati. Karena walaupun duburnya sedang digenjot, kontolnya tetap terhunus sempurna. Padahal aku sudah pernah merasakan anusku digenjot begini, tapi kontolku tak bisa tegang seperti dia. Stelah beberapa kali tarik dorong, dia memeluk aku dengan kuat. Aku tahu, telah tiba waktunya buat dia. “Aku mau nembak” katanya lirih. “keluarkan sayang, ohh sayang! Tembakkan saja” kataku.

Kemudian aku memasukkan lidahku ke mulutnya yang dia layani dengan sedotan kuat. Seakan mau mermukkan badanku dia memlukku sekuat tenaganya. Dan kurasakn panasnya laharnya membasahi perut kami berdua. Dan genjotanku semakin kuperkcepat. Bebrapa kali semburan dapat kurasakan. Pelukannyapun mulai melemah. Aku berhenti menggenjot. Dan kurasakan manisnya lidahnya dalam mulutku. Dia mengusap wajah dan rambutku. Setelah dua menit kurang lebih berciuman, aku kembali menggenjot duburnya. Diapun mengusap usap badan aku seakan mau memelukku. Namun pada akhirnya pertahannanku jebol juga. Setelah beberapa menit setelah dia menembakkan, laharnya akupun mulai merasakan hal serupa. Sumsum di tulangku mulai kurasakan bergerak dari kakiku. Ohhh nikmatnya mulai terasa akan meledak. “Ahhhhh, bang akuuuuu mau nembak!” kataku lirih “Tembakkan didalam, ohhh sayang. Lepaskan didalam” katanya memberi semangat. Aku menancapkan kontolku sedalam mungkin yang diimbanginya dengan dorongan pantatnya. Seiring dengan itu, menyemburlah laharku ke dalam ususnya.
Ohhhhh nikmat sekali. Kutarik sedikit dan kutancapkan kembali sedalam mungkin.

Setelah beberapa semburan, akupun merasa lemas seiring dengan tembakan terakhir. “Jangan langsung lepaskan sayang! Biarkan sampai lemas didalam agar spermamu gak langsung keluar. Aku ingin dia didalam” katanya padaku. Akupun memutar kakinya dari perutku, sehingga tanpa melepas kontolku dari duburnya aku bisa merebahkan tubuhku di belakangnya.

Dengan perlahan aku merebahkan badanku dibelakangnya. Aku menyelipkan tanganku diantara ketiaknya. Dia memluk tanganku itu dengan mesranya. Kujilat keringat di leher belakangnya. Setelah kontolku lemas, kontolku lepas sendiri dari anusnya. “Sudah lepas” bisikku di telinganya. Dia pun memutar badannya. Sambil memeluk aku dia membisikkan. “Sudah waktunya, aku pulang dulu yah. Tapi bolehkah aku datang lagi?” tanyanya. Dengan tersenyum aku menjawab, “sebebas yang abang mau”. Kami pun berciuman dengan memainkan lidah dalam sesaat. Kemudian dia bangkit dan meraih celana dalamnya. Dalam posisi duduk dia memakai celana dalamnya. Akupun duduk di pinggir tempat tidur. Dia bangkit dan berpakaian. Saat dia berpakaian, aku tidak melihat adanya noda di celana dalamnya saat dia membelakangi aku. Aku jadi berpikir apakah spermaku memang sedikit saja yang keluar. Tapi melihat besarnya belahan pantatnya, spermaku takkan bbisa keluar dengan cepat pikirku. Setelah selesai perpakaian, aku berdiri masih tanpa sehelai benang di tubuhku. Dia memeluk dan menciumi aku di bibir. Akupun mengimbangi dia dengan pelukannku. Seakan tak rela saling melepas. “Sudah kapan-kapan bisa kita lanjuti, nanti terlambat” kataku pada akhirnya. “Iya, aku masih ingin merasakanya, tapi aku harus pergi dulu” katanya sambil melepas pelukan. Dia tersenyum melihat wajahku, akupun tersenyum. Lantas tangannya mendarat memegang telorku dan kontolku. Aku diam saja. Dia berjongkok, dan langsung mengulum kontolku sekalian telorku. Aku merasa keenakan bercampur geli. “jangan berjongkok, nanti meleleh. Ntar celana abang nampak aneh lagi” aku memperingatkan dia. Dia pun seakan tersadar langsung berdiri dan tertawa.

Diapun mempersiapkan motornya. Aku mengambil sarung yang dia pakai untuk kupakai sekedar menutupi ketelanjanganku pada saat pintu terbuka. Kubukakan pintu. Sejenak sebelum pintu terbuka lebar, dia kembali menempelkan mulutnya kemulutku. Aku menerimanya. Selepas itu tangan krinya mencengkeram bagian kontolku dan dia berkata: “Aku sangat senang sekali mampir disini. Aku pasti dating kembali. Masi ingin mengisapnya” katanya dengan senyum yang menunjukkan dia memang betul-betul merasa senang. “Sepertii yang kubilang tadi, kapan abang mau, dia selalu siap, percayalah” jawabku.

Kemudian dia keluar dan aku berdiri di pintu. Dengan melambai dia melaju dengan perlahan dari rumahku. Setelah dia tak nampak lagi baru aku menutup pintu. Dengan tersenyum aku melepaskan sarungku dan di dekat tempat tidur, aku memandangi kontolku yang telah lemas setelah dua ronde menembakkan peluru cairnya. Aku bergegas mandi. Sambil mandi dan bernyanyi kecil. Aku kembali mengingat kejadiannya semua. Begitu indah dan sangat nikmat…,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts