BBS EKSEKUTIF MUDA

BBS EKSEKUTIF MUDA

CERITA SEX GAY,,,,,,

“Beeeppppppp…………..,”
“Beeeppppppp…………..,”
“Beeeppppppp…………..,”
Suara ponsel yang diset getar berulang-ulang berbunyi diatas meja. Tak ada yang menjawab. Suara erangan memenuhi ruangan kamar hotel yang tidak terlalu luas itu. Dua pria muda sedang sibuk memacu birahi diatas ranjang empuk yang berderak-deraj.
“Oh… oh.. oh.. oh.. oh.. yeshh.. yesshh… oh… oh..,”
“Hoh..hoshh..hohh.. hohh..hosshh..orghh…,”
“Beeeppppppp…………..,”
“Beeeppppppp…………..,”
Suara ponsel terus berbunyi. Tapi dua pria muda itu tak juga menghentikan kegiatannya. Mereka sedang terbius birahi.
“Beeeppppppp…………..,”
“Beeeppppppp…………..,”
Suara ponsel tak kunjung berhenti juga. Suara itu dirasakan mulai mengganggu oleh salah seorang dari kedua pria itu.
“Oh..Tonhh… jawab dulu tuh… ohh..ohh..,” katanya. Matanya yang tadi terpejam-pejam menikmati sodokan kontol pasangannya dalam lobang pantatnya, dibukanya. Ia tak bisa menikmati lagi entotan pria muda bertubuh kekar yang sedang menindihnya itu. Ia memandangi wajah ganteng penuh keringat, milik pria pengentotnya itu. Tapi yang diajak bicara tak menghiraukan. Sang pengentot masih asik terus menghentak-hentakkan pantatnya dengan keras.
“Hosshh.. hosshh.. hosshh..ohh.. ohh..,” deru nafas sang pengentot yang memburu terus berlanjut.
“Ton.. Tonyhh.. hh..ah..ahh..jawab dulu..hh..,” kata sang pria yang sedang dientot lagi. Telapak tangannya mendorong dada bidang pria yang mengentotnya ke atas. Memintanya untuk menghentikan aksinya. Nama pengentot itu Tony, rupanya. Suara ponsel masih berbunyi.
“Beeeppppppp…………..,”
“Beeeppppppp…………..,”
“Shitt.. ganggu aja nih.. siapa sih?” kata Tony kesal. Ia bangkit dari telungkup menindih cowok yang sedang dientotnya itu. Kemudian tubuh kekarnya yang bersimbah keringat bangkit dan turun dari atas ranjang, menuju meja tempat ponsel yang berbunyi itu. Di atas meja yang terletak tak terlalu jauh dari ranjang tempat dua Tony dan cowok pasangannya ngentot itu tergelatak dua buah ponsel. Namun dari suara getar yang terus berbunyi tadi bisa dipastikan itu memang ponsel Tony. Sebab ponsel satu lagi milik cowok yang tadi dientot oleh Tony tidak seperti itu bunyinya.
“Beeeppppppp…………..,”
“Paling juga dari istri elo. Ahh…. Gue lurusin kaki dulu deh..,” sang cowok yang tadi dientot berkomentar. Kakinya yang tadi harus mengangkang lebar-lebar karena melayani Tony diluruskannya. Jemarinya menyisir rambut hitamnya yang basah dan acak-acakan.
“Beeeppppppp…………..,”
“Beeeppppppp…………..,”
“Bentar Den, nanti lanjut lagi,” kata Tony sambil menekan tombol penjawab.
“Yoi,” sahut Tony. Ia tersenyum pada Tony. Wajah gantengnya yang dihiasi kumis tipis jadi semakin ganteng karena senyumannya itu.
“Ya, halo. Iya sayang, love you too. Ini barusan makan siang bareng Tony. Sedang ngerokok-ngerokok nih. Setengah jam lagi kita berdua balik ke kantor dong. Sayang udah makan juga kan? Pake ayam goreng. Mmmm.. sedap deh. Sisain Mas ya sayang, buat entar malem. Iya, iya. Paling lama jam tujuh udah nyampe rumah kok. I love you forever. Mmuaahh… Tit,” Pembicaraan melalui ponsel usai. Tony meletakkan kembali ponselnya diatas meja.
“Dasar penganten baru. Banyak gombalnya,” kata cowok ganteng yang sedang berbaring telentang diatas ranjang pada Tony.
“Hehe. Kayak elo gak gombal aja. Ahh..,” jawab Tony. Tubuhnya yang telanjang bulat dan bersimbah keringat melompat ke atas ranjang. Kemudian berbaring telentang disamping cowok yang ngomong padanya tadi. Sama seperti Tony, tubuh bugil cowok itu, juga basah bersimbah keringat. Kontol keduanya mengacung tegak. Mengkilap karena basah oleh keringat dan juga ludah. Bak terong ungu saja layaknya.
“Sedang ngerokok-ngerokok?” tanya cowok itu pada Tony dengan tatapan menggoda.
“Iya kan. Ngerokok kontol elo. Slurppp… slurppp..mmmhh… Denis kok kontol elo bisa gede banget kayak gini sih? Slurrpp..Bikin gue nafsu aja..,” jawab Tony. Tubuhnya yang kekar melengkung ke arah selangkangan cowok yang bernama Dennis itu. Mulutnya menyedot batang kontol Denis dengan penuh semangat.
“Hahaha..ahhh…,” Dennis sempat tertawa mendengar jawaban Tony, sebelum kemudian gelagapan menghadapi serbuan mulut Tony di kontolnya. “Gak sabar amat sih,” katanya sambil meremas rambut ikal Tony yang basah.
“Sluruppp…sruppp…mmmmm….. gimana mo sabar men. Entar kita bisa telat ngantor dong,” sahut Tony, sejenak dilepaskannya kontol Dennis dari mulutnya. Ia berbicara sambil memandang wajah ganteng Dennis. Kemudian tatapannya beralih ke Seiko Kinetik yang melingkar di lengannya yang berotot dan berbulu-bulu halus. “Dua puluh menit lagi men,” katanya.
Dennis jadi ikut-ikutan melirik jam tangannya, Rolex yang melingkar di lengannya. Mencocokkan waktu dengan Tony. Memastikan perkiraan waktu Tony tidak salah. “Bener Ton. harus buru-buru nih,” katanya.
“Makanya.. srupp…srupp..mmmpp.. Ngangkang lagi deh Den,” kata Tony pada Dennis. Ia rupanya pengen ngelanjutin menyodomi Dennis yang tadi terhenti karena gangguan telepon istrinya tadi. Dennis mengikuti kemauan Tony. Namun posisi mengangkangnya diubahnya. Ia tidak telentang lagi seperti tadi. Kali ini ia menelungkup. Bantal disusupkannya dibawah selangkangannya. Buah pantatnya yang putih sedikit menungging jadinya ke atas. Kakinya sedikit menekuk. Mengangkang lebar memamerkan celah pantatnya yang ditumbuhi bulu-bulu halus lembut.
Tony memandangi kemolekan buah pantat rekan kerjanya itu. Birahinya menggelegak. Ia mengambil posisi menelungkup di atas tubuh Dennis. Ditindihnya tubuh Dennis yang kekar. Tangan kirinya mengocok-ngocok kontolnya sebelum kemudian menyusupkannya ke lobang pantat Dennis yang sangat disukainya itu. Dennis mengerang. Meski berkali-kali kontol Tony, dan hanya kontol Tony saja, sudah memasuki lobang pantatnya, namun tetap saja prosesi penetrasi Tony menimbulkan sensasi yang luar biasa buatnya.
Begitu juga Tony. Setiap kali ia melakukan penetrasi di lobang pantat Dennis, dan hanya Dennis saja satu-satunya pria yang dientotnya, ia merasakan kenikmatan yang luar biasa. Sangat berbeda dibandingkan ia ngentoti memek Widya, istrinya, atau perempuan-perempuan lain yang pernah dientotnya.
“Ohhhhh………..ahhhhhh…,” kedua pria muda ganteng itu mengerang menikmati penetrasi yang sedang mereka lakukan. Setelah kontol Tony terbenam seluruhnya, saat mereka nikmati sensasi penetrasi itu. Bongkahan pantat mereka bergerak-gerak dengan lembut. Mulut mereka saling berciuman dengan penuh kemesraan. Rasanya begitu nikmat. Waktu yang sempit membuat keduanya tak bisa berlama-lama seperti itu. Sesaat kemudian gerakan pantat keduanya menjadi liar. Keras dan menghentak-hentak. Berbalasan. Mendaki puncak birahi.
Sprey penutup ranjang tempat mereka memacu birahi, berantakan. Bantal yang disumpalkan Dennis dibawah selangkangannya sudah basah oleh keringat dan cairan precum dari lobang kencingnya. Tapi dua pria muda itu tak peduli. Mereka terus mereguk kenikmatan, berpacu keperkasaan dan kejantanan masing-masing.
“Hohhh.. hohhh.. hohhh… hohh.. godhhh..hhh.. hohh.. hoohhh….,” dengus Tony.
“Erghhh…engghhhh…ahhh…ahhh…ahhh…enghhh…enghhh..ahhh..,” erang Dennis.
Akhirnya pendakian cinta Tony berakhir juga. Dengan tubuh mengejang dan pantat menekan kuat ke buah pantat Dennis, Tony akhirnya meraih puncak kenikmatan. Pria muda itu menggeram, mendengus. Kulitnya yang putih bersih merah padam. Otot-ototnya mengencang. Semburan sperma dari lobang kencingnya membasahi rongga lobang pantat Dennis, membuat pria muda yang sedang dientotnya itu kelojotan. Dennis merasakan kenikmatan yang luar biasa. Saking nikmatnya, ia tak sanggup lagi untuk menahan orgasmenya.
“Ton, gue mau nyampe juga nih,” katanya. Tony segera merespon. Ia mencabut kontolnya dari lobang pantat Dennis. Kontolnya mengkilap berlumuran spermanya sendiri. Kemudian ia membalikkan tubuh Dennis. Setelah rekan kerjanya itu telentang ia langsung mengangkangkan paha putih mulus Dennis lebar-lebar. Tanpa sungkan, mulutnya melahap kontol Dennis. Tangannya mengocok-ngocok batang kontol Dennis yang gemuk dan panjang.
Dennis mengerang. Ia merasakan spermanya sudah bergerak memaksa untuk keluar. “Uhh.. uhh.. uhh.. uhhh.. uhh.. Tonyhhh… I’m cumming.. hhh….ahhh…,” erangnya. Tubuh kekarnya kelojotan. Tony sendiri tak menghiraukan peringatan Dennis itu. Ia terus asik menghisap kepala kontol Dennis sambil mengocok batang kontol yang berkedut-kedut itu. “Ohhh… ohhh… ohhh…..ohhhhhhh….” Crot. Crottt… crottt…. Crott… crot.
Sperma Dennis tumpah ruah dalam rongga mulut Tony. Tak ada sperma yang tumpah keluar dari mulut itu, karena Tony mengatupkan mulutnya rapat. Ia seperti tak rela satu tetes sperma Dennis tumpah keluar mulutnya.
Dennis terkulai lemas. Jemarinya membelai lembut rambut ikal Tony. Sementara Tony terus menunggu semburan sperma Dennis tuntas. Mulutnya masih mengatup rapat di batang kontol rekan kerjanya itu.
“Oh Tony…. Nikmat banget men..,” desah Dennis pelan. Matanya terpejam. Ia menikmati orgasmenya. Tony menyudahi katupan mulutnya di batang kontol Dennis. Dirasakannya tak ada lagi sperma yang menyembur. Wajahnya bergerak naik keatas dengan perlahan. Mulutnya dibukanya sedikit. Sperma kental Dennis berampur ludah menetes dari mulutnya. Dilumurinya sperma itu ke tubuh Dennis yang berkeringat. Mulai perut sampai dada bidang Dennis yang ditumbuhi bulu-bulu halus nan lebat. Pada putting susu Dennis, mulut Tony berputar-putar. Sperma Dennis dilumurinya secara merata di putting susu itu. Dennis menikmati perbuatan Tonny. Ia mendesah-desah.
Sebagian sperma Dennis masih menempel di mulut Tony. Putih dan kental. Mulut Tony bergerak ke atas. Menciumi leher Dennis hingga dagu dan pipi. Akhirnya tiba di bibir tipis Dennis yang dihiasi kumis tipis diatasnya. Mulut Tony langsung mengulum bibir itu. Dennis membalas. Kedua pria muda itu berbagi sperma dalam mulut mereka. Tak merasa jijik dan sungkan. Keduanya saling beradu lidah dan menghisap isi mulut masing-masing dengan tubuh Tony menindih tubuh Dennis. Mmm…
“Ahhh..,” desah Tony. Tindihannya pada tubuh Dennis dilepaskannya. Ia menggapai bungkus rokok yang tergeletak di lantai dekat ranjang. Kemudian dinyalakannya sebatang rokok. Setengah berbaring, bersandar pada tepi ranjang Tony menghisap rokoknya dengan nikmat. Asap rokok mengepul dari celah bibir dan lubang hidungnya. Dennis yang berbaring rapat disisinya memandangi rekan kerjanya yang ganteng itu. Tangannya membelai-belai dada bidang Tony yang berkeringat. “Lima menit lagi Ton,” katanya pelan. Tony mengangguk. Tersenyum manis pada pria muda yang tadi dientotnya itu.
“Kita bakalan telat Ton,” kata Dennis lagi.
“Gak papa. Telat dikit juga,” sahut Tony.
“Hehe. Lagian udah sering telat ya Ton,” kata Dennis. Tony tertawa juga. Dijawilnya hidung mancung Dennis dengan jarinya.
“Gak ngerokok Den?” tanya Tony.
“Boleh. Minta satu,” jawab Dennis. Ia bangkit dari telentangnya. Seperti Tony, iapun duduk setengah berbaring disamping rekan kerjanya itu. Setelah menyalakan rokok, iapun asik mengepulkan asap seperti Tony.
“Jangan buang abu rokok sembarangan,” kata Dennis mengingatkan Tony. Ia melihat rekan kerjanya itu dengan santai membuang abu rokok ke lantai.
“Hehe. Cuek. Entar malah gak ada kerjaan pegawai hotel sini kalo kamarnya gak dibikin kotor,” sahut Tony tertawa.
“Kesian lagi. Jangan ditambahin dong kerjanya. Dia juga udah repot kan ganti sprey yang udah kita buat basah dan kusut,” kata Dennis.
“Iya. Iya,” jawab Tony. Diambilnya asbak rokok yang juga tergeletak di lantai. Kemudian diletakkannya di atas ranjang. Abu rokokpun dibuangnya kesitu. Keduanya berpandangan. Dengan jahil mereka saling menghembuskan asap rokok ke wajah masing-masing, sembari tertawa-tawa seperti anak kecil.
“Udah ah. Mandi yok,” ajak Tony.
“Ayok,” jawab Dennis.
Tubuh telanjang keduanya berlarian ke kamar mandi. Berebutan untuk duluan mencapai shower yang cuma sebuah didalam kamar mandi itu. Keduanya membersihkan seluruh tubuh mereka dengan guyuran air dari shower. Saling menyabuni satu sama lain. Tony membantu Dennis membersihkan lobang pantatnya yang berlumuran sperma milik Tony. Jari telunjuk tangan kiri Tony merojok-rojok lobang pantat Dennis yang dipenuhi bulu-bulu halus nan lebat itu.
Usai mandi dan mengeringkan badan dengan handuk, keduanya segera berpakaian. Sama-sama menggenakan setelan kemeja lengan panjang dan celana panjang plus dasi yang melingkar di leher. Keduanya memang eksekutif muda yang mapan. Bekerja pada perusahaan swasta asing yang berkantor di jantung bisnis ibukota.
Setelah berpakaian rapi, Dennis merapikan juga sprey yang berantakan. Dibandingkan Tony, pria muda ini memang lebih peduli hal-hal yang menyangkut kebersihan dan kerapian seperti ini. Sedangkan Tony lebih cuek. Setelah Dennis beres, merapikan sprey dan mengembalikan bantal ke posisi semula, keduanya bersiap-siap meninggalkan kamar hotel tempat mereka memacu birahi tadi. Acara BBS alias Bobok Bobok Siang mereka sudah selesai. Dan sekarang harus bersegera kembali ke kantor. Melanjutkan rutinitas pekerjaan seperti biasa.
“Den, plastik yang tadi elo bawa mana?” tanya Tony pada rekan kerjanya itu saat mereka berjalan di lorong hotel meninggalkan kamar.
“Astaga! Iya gue lupa. Bentar Ton, gue ambil dulu,” sahut Dennis. Ia segera kembali ke kamar hotel. Tak lama ia sudah kembali dengan menenteng plastik kecil di tangannya.
“Udah beres? Gak ada yang ketinggalan lagi?” tanya Tony memastikan.
“Beres. Untung elo ingatin gue Ton. Kalo tadi kelupaan terpaksa deh kita ke supermarket lagi untuk membelinya,”
“Makanya, jadi orang jangan suka lupa,”
“Hehe. Makasih men. Ini barang penting memang. Kalo sempat gue gak bawa pulang si Nina bisa bakalan ngambek deh sama gue. Gak dapat jatah deh gue entar malem,” kata Dennis nyengir.
“Masih mau ngambil jatah lagi? Gak capek emang?” ledek Tony.
“Emang elo gak ngambil jatah?” balas Dennis ngeledek.
“Ngambil sih. Hehehe,” jawab Tony nyengir.
“Lagian juga tadikan elo yang ngambil jatah ke gue. Kan gue gak sempat. Makanya entar malem harus dibales. Ngambil jatah ke istri sendiri. Hehehe,”
“Hehehe. Hati-hati lo. Jangan terlalu keras. Entar kandungan istri elo bakal ambrol deh kena hajar elo,” kata Tony mengingatkan.
“Beres bos. Lagian kan ada elo. Kalo untuk yang keras-keras, kan gue bisa lampiasin ke elo,”
“Dasar maniak,”
“Samma,”
“Hehehe. Kandungan istri elo sehat?” tanya Tony saat mereka memasuki lift.
“Mudah-mudahan. Makanya dia selalu minta gue beliin susu kandungan kayak gini,” kata Dennis menunjukkan plastik kecil yang dibawanya. “Katanya supaya kandungannya sehat,” sambung Dennis.
“Jalan berapa bulan sih?” tanya Tony.
“Jalan lima,”
“Bentar lagi jadi Bapak dong elo,”
“Yoi men. Istri elo gimana?”
“Belum juga,”
“Sabarlah. Baru dua bulan kan elo kawin. Mudah-mudahan gak lama lagi, jadi deh. Gue doain,” kata Dennis.
“Thanks men,”
Lift yang bergerak turun akhirnya tiba di lobby hotel. Tony dan Dennis keluar dari lift bersama beberapa orang yang juga ada dalam lift tadi. Setelah menyerahkan kunci dan membayar sewa hotel, keduanya menuju lapangan parkir, tempat mobil Tony. Setelah itu mobil yang dikemudikan Tony itu, melaju meninggalkan hotel menuju kantor mereka kembali.
Tamat
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts