CERITA SEX GAY; Kenangan masa kecil

CERITA SEX GAY; Kenangan masa kecil

Kisah ini merupakan kisah sejati buat aku di bulan April 2004. Kisahnya berawal dari seorang yang kukenal via chating dan setelah bertemu dua kali dan saling mengenal satu sama lain, Ia pun secara mengejutkan aku mengatakan bahwa dia suka sama aku. Tak tahan melihat aku di sampingnya di sebuah warnet di Makassar, Ia pun nekad melakukan oral seks setelah terangsang oleh situs porno yang dilihatnya. Berikut kisah selengkapnya. *****
Sebut saja namanya adalah Andy, 25 tahun, tinggal di Makassar. Kami kenalan lewat chating. Setelah akrab di dunia internet, dia tak sabar untuk melihat aku langsung. Maka, janji untuk bertemu pun disepakati. Pertemuan pertama berlangsung seperti biasa-biasa saja. Kami ngobrol-ngobrol dan saling mengenal diri masing-masing. Pertemuan kedua pun berlangsung beberapa hari dari pertemuan pertama.
Dia mengajakku untuk makan siang di sebuah rumah makan di Jl. Perintis Kemerdekaan.
“Geo, aku tahu kalau kamu juga mempunyai perasaan yang sama dengan aku. Kamu kayaknya tertarik sama cowok juga!” katanya. “Oh ya?” Aku kaget karena aku merahasiakan hal ini sama Andy.
“Dari mana kakak mengambil kesimpulan itu?” lanjutku.
Sambil tersenyum menatap kedua bola mataku, ia berkata,”Aku bisa kok menebak perasaan kamu dari pandangan kedua mata kamu!,”
“Oh ya?, kamu seorang paranormal ya?,”
“Tidak, tapi aku telah menyelidiki kasus tentang gay dan seluk beluknya setahun lalu,” jawabnya.
Aku hanya diam tertunduk, ternyata apa yang aku rahasiakan sejak mulai chating itu akhirnya terungkap juga olehnya.
“Ya, kak. Aku memang memiliki perasaan itu. Tapi aku selalu menekannya dan tidak mau jadi gay,” jawabku.
“Siapa sih yang mau jadi gay? Tapi apa boleh buat keadaan membuat kita menjadi seperti itu,” lanjutnya.
“Tapi, aku nggak tahu dengan aku sendiri. Aku kok penasaran banget ingin tahu banyak tentang dunia gay,”
“Ya. Karena kamu memiliki perasaan itu. Ya kan?”
Aku hanya diam dan mengangguk-angguk. photomemek.com Aku kembali mengisap juice alpokat di depanku dan dia melanjutkan makan siangnya.
Ternyata pertemuan ketiga berlangsung secara tidak sengaja. Akhirnya, dia mengajak aku untuk bersama dengan dia menonton permainan sepak bola di kompleks Unhas tepatnya di pinggir danau unhas dibawah pohon. Kita duduk bernaung di bawah pohon di tengah-tengah teriknya matahari jam 14.30 sambil berbincang-bincang tukar pikiran dan berbagi pengalaman menghadapi suasana tenangnya permukaan air danau itu sembari dihembus angin sepoi-sepoi.
“Geo, Kamu pernah tidak mempunyai pacar cowok?” tanyanya.
Aku tertawa, “Nggak lah. Emang aku gila? masa cowok punya pacar cowok? itukan sudah gila namanya!,”
“Geo.. Geo. Dalam dunia gay itu ada kok,”
“Oh ya? Aku tidak habis pikir!” sahutku.
“Geo, tapi benar kan kamu mempunyai perasaan suka juga sama cowok?”
Pertanyaan itu kembali menyudutkan aku. Aku tak bisa mengatakan apa-apa. Aku hanya diam memandangi gelombang riak air danau terhembus angin.
“Ayolah Geo, aku yakin kamu mempunyai perasaan itu juga!” lanjut Andi.
Aku lalu menjawab, “Perasaan gue mengatakan demikian”.
Andy hanya tersenyum. Lalu Andi pun bercerita banyak tentang dirinya dan pengalamannya jatuh ke dalam dunia gay, hingga bercerita tentang boyfriend-nya. Aku hanya diam mendengarkan dan sesekali memandang matanya saat menuturkan pengalamannya. Tak terasa hari sudah petang, cahaya lampu kompelks Unhas mulai menerangi tepi danau menambah romantisnya pertemuan kami.
“Andy, kayaknya sudah malam nih. Kita balik yuk?” ajakku.
“Kok cepat amat? entarlah.. Aku masih ingin ngobrol dengan kamu” jawabnya.
Tutur kata demi tutur katanya kian berlanjut seiring bergulirnya jarum jam hingga menunjukkan 19.50. Akhirnya, kami berdiri dfan berjalan melalui jalan masuk Unhas ke luar mendekati jalan umum.
“Geo, sebenarnya aku pingin cium kamu tadi, tapi kayaknya kamu masih dingin deh!,” Aku hanya tertawa kecil.
“Andy, jujur saja, aku anti boyfriend apalagi making love sama cowok! Itu berbeda dengan apa yang aku yakini!” jelasku.
Akhirnya kami berpisah di depan Pintu Gerbang Unhas tanpa perjanjian kapan mau bertemu lagi. Seminggu kemudian, kami bertemu kembali setelah janjian lewat email. Dia lalu mengajakku ke warnet untuk inline sama-sama di salah satu warnet di Makassar.
Sesampainya di warnet x, Andy langsung membuka emailnya, chating dan secara terang-terangan membuka situs porno gay yang sedang melakukan aksi yang sangat merangsang. Aku hanya diam saja melihat dan memandangi tampilan situs itu.
“Geo, mau enggak kita melakukan seperti ini. Enak banget lho! Mau ya?” katanya sambil berbisik menoleh ke arahku.
“Nggak, kak. Aku nggak bisa. Maaf ya!” jawabku sambil mengalihkan pandanganku.
Namun Andy tak tahan melihat aku di sampingnya, ia pun mulai berbalik ke arahku sehingga aku berhadapan dengan dia.
“Geo, aku enggak tahan nih, aku ingin cium kamu!”
Aku belum sempat menjawab, ia pun menutup mulutku dengan ciuman basah dari bibirnya. Bibirku pun dikulum dan diisap. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, sepertinya dia sudah berpengalaman banyak tentang ciuman. Dan aku sama sekali belum pernah merasakan yang namanya dicium basah seperti ini, tapi aku menikmati dan turut merasakan setiap isapan dan gerakan lidahnya. Andy mengisap dan mengulum bibir bawahku dan kemudian bibir atasku juga. Ia lalu mempermainkan perasaanku dengan menggelitik langit-langit mulutku dengan ujung lidahnya.
“Akh.. Akh.. ” hanya itu yang terdengat dari mulutnya dan desahan-desahan nafasnya.
Sesekali ia melepaskan ciuman itu sambil memandangi wajahku penuh nafsu. Lalu ia melanjutkan ciuman di bagian leher. Diisapnya kedua sisi leherku. Aku hanya bisa mendongak ke atas sehingga ia dengan leluasa menciumi daerah leherku sambil sesekali menjilatinya.
Sambil menikmati kulitku lewat hujan ciumannya di bagian leher dan wajahku, kedua tangannya mulai nakal dan menerobos masuk ke balik baju kaos yang kukenakan dan meremas-remas serta mengelus-elus dadaku. Aku hanya diam merasakan rangsangan demi rangsangan darinya.
Karena dorongan nafsunya yang begitu kuat hingga dengan berani membuka celananya dan menuntun tanganku untuk mengocok penisnya yang sudah tegang. Dengan terpaksa, aku mulai mengocok penisnya yang sudah memerah. Secara tak kuduga, tangannya juga mulai membuka ikat pinggangku dan melorotkan celana jeans yang aku pakai. Aku tidak tahu sepertinya semuanya berlangsung di luar kesadaranku. Sehingga aku menuruti saja apa yang dia mau. Ia lalu membaringkan aku di bawah karena ruang kotak komputernya cukup lumayan untuk bergerak di dalamnnya.
Kemudian kami melakukan posisi 69 dengan aku dibawah dan dia menindihku sambil mengoral penisku yang sudah tegang juga. Aku secara spontan juga memasukkan penis yang ada di atas mukaku ke dalam rongga mulutku. Aku lalu mengisapnya dengan lahap juga, Aku tidak tahu mengapa aku begitu liar juga melakukannya. Aku hanya melihat aksi itu di depan komputerku, tapi sekarang, semuanya sudah nampak di depan mataku secara nyata.
Terus saja kuisap dan kukulum penis Andy itu dengan penuh nafsu. Aku dengan sengaja sesekali menghentikan isapanku dengan penis Andy tetap di dalam mulutku untuk merasakan apa yang Andy lakukan dengan penisku. Andy dengan penuh nafsunya mengisap, menjilati dan mengulum penisku hingga ke daerah yang bisa dijagnkau oleh lidahnya. Tak luput buat pelirku pun dijilatinya dan dimasukkannya ke dalam mulutnya. Terus terang, aku sangat menikmatinya.
Akhirnya tak lama kemudian aku mau keluar dan
“Croott.. Croott.. Croott”
“Ough.. Augh.. Akh.. Ahahh” desahku.
Aku mengeluarkan tembakanku ke dalam mulut Andy dan Andy langsung menelannya. Aku menghentikan aksiku karena aku mengerang sehingga penis Andy keluar dari mulutku. Tak lama kemudian Andy menghentikan kulumannya dan kembali berdiri. Dia lalu membuatku duduk dan kembali mengisap penisnya.
Tapi satu hal yang aku tidak sangka adalah aku mulai mual-mual dan rasanya mau muntah setengah mati setelah aku merasakan bahwa dalam mulutku sudah terdapat sebagian sperma Andy, namun Andy belum saja mencapai orgasme. Aku lalu menghentikan aksiku. Aku kembali mual-mual dan serasa isi perutku mau keluar semua. Maklum saja, baru kali ini aku melakukan hal demikian. Melihat aku sambil mual-mual, Andy lalu mengambil celana dalamnya dam meletakkannya di bawah mulutku.
Akhirnya aku coba untuk menelannya dan tidak mengeluarkannya.
“Akh..”
Akhirnya aku bisa menelannya namun sesaat kemudian aku mual-mual kembali, Andy lalu kembali meletakkan celana dalamnya di bawah mulutku, Tapi tidak jadi, Andy lalu memelukku erat. Karena Andy belum mencapai orgasmenya, ia mengajakku untuk anal seks.
“Geo, hanya anal yang bisa membuatku keluar,” bisiknya penuh nafsu.
“Maaf, kak. Aku tidak bisa” jawabku.
Setelah melongok situs anal seks itu, dia berbisik, “Tuh.. Enaknya Geo, aku kepingin nih”.
Namun sekali lagi aku berusaha untuk menolaknya. Mungkin Andy merasa sangat bersalah atas tindakannya kepadaku yang telah membuat aku jatuh dalam dunia sex gay, dimana aku belum pernah mengenalnya sebelumnya. Andy mendekapku dengan erat penuh kasih sayang.
“Geo, aku sayang kamu, aku cinta kamu, kamu suka kan sama kakak?” bisiknya di telingaku.
“Ya.. Kak, maafkan aku,” balasku berbisik di telinganya.
Setelah memelukku erat Andy kembali menngulum bibirku dengan basah tapi aku hanya diam saja menikmati isapan bibirnya. Ia lalu melepaskan aku dan Andy mulai kembali mengangkat naik celana jeans-nya dan mengenakannya kembali. Aku tahu bahwa Andy sangat kecewa karena dia tidak sempat mencapai orgasme hingga ia kembali mengenakan celananya. Tapi apa boleh buat, aku tidak bisa menahan rasa mualku, aku tidak tahan karena aku tidak pernah melakukannya.
Kami lalu bangkit sambil kembali menengok layar komputer. Terlihat banyak pesan chating yang tak terjawab. Andy lalu men-shut-down komputernya. Lalu sekali lagi ia melumat bibirku sekitar dua menit lalu mendekapku tubuhku dengan erat sambil berbisik.
“Aku sayang kamu Geo!”
Aku hanya bisa tersenyum dan dengan berani aku menciumi keningnya dan kedua pipinya lalu memeluk tubuhnya. Kami lalu berbenah diri membersihkan diri dan merapikan pakaian kembali sebelum membuka pintu boks itu. Akhirnya kami keluar dari warnet itu.
“Kak, maafin aku ya kak, aku nggak bisa seperti yang kakak harapkan” kataku.
“Sudahlah Geo, lupakanlah. Yang penting kamu masih mau kan menganggap aku sebagai kakak kamu?,”
“Yup”.
“Geo, kapan kita serius melakukannya?”
Aku hanya diam tidak menjawab pertanyaannya. Akhirnya kami pulang dan kini kejadian itu sangat mengganggu batinku. Aku telah merasa berdosa sekali sama Tuhan, aku telah melakukan yang dilarangnya. Aku lalu memaki diriku sendiri.
“Geo, loe tuh cowok hina, enggak tahu berterima kasih, dasar cowok najis” itu kata makian hatiku sendiri.
Aku hanya bisa bersedih dalam hati sambil berseru, “Ampunilah aku ya Tuhan!”
Tamat

KENANGAN MASA KECIL

Ini adalah kisah NYATA homoseksualku yang belum pernah aku ceritakan kepada orang lain. Well kecuali kepada kalian para pembaca yang mungkin juga memiliki pengalaman yang serupa denganku, dan tidak direkayasa atau ditambahkan apapun. Aku adalah anak pertama dari tiga orang bersaudara dan berdarah oriental.
Kedua adikku perempuan dan saudara tidak seayah. Sedangkan ayahku sudah memiliki keluarga lain. Aku adalah anak yang dibesarkan tanpa kasih sayang dari seorang ayah. Ayah tiriku sendiri saat itu telah memiliki wanita lain disamping ibuku. Kami sebagai anak-anaknya sering kali melihat mereka saling ber’perang’ atau melihat benda-benda yang melayang karena dilempar. Kehidupan keluargaku juga merupakan sebuah cerita yang jika disinetronkan akan jadi sebuah telenovela yang sangat panjang. Namun hal itu tidak akan kubahas di sini.
Bermula saat aku masih duduk di bangku kelas lima sekolah dasar di daerah Mangga Besar di Jakarta. Saat itu aku baru pindah dari daerah Mangga Dua ke daerah Kebon Kelapa (sekarang kedua daerah tersebut tinggal kenangan karena sudah banyak berubah). Aku berkenalan dengan dua orang anak dari tetangga sebelahku. Mereka, Andrew dan Darwin (kedua nama telah disamarkan) adalah Kakak beradik. Andrew lebih tua dua tahun dariku sedangkan Darwin lebih muda satu tahun dariku.
Ukuran tubuhku saat itu tidak terlalu kurus dan juga tidak terlalu gemuk. Kami selalu bermain ketempat-tempat yang jauh, cari-cari ikan diselokan atau bersepeda. Kadang suka menonton video, main game bersama atau main layangan. Aku juga sering datang kerumah mereka. Pada suatu sore saat aku berkunjung ke rumahnya, aku diajak bermain di atas loteng. Dari depan lotengnya, kami bisa melihat orang melewati rumah kami. .
“Gun, liat gue nih. Gue akan kencing dari atas ke bawah”, ujar Andrew.
“Gila luh, kena kepala orang tau!” seruku sambil melihatnya mengeluarkan penisnya yang belum disunat.
“Ah, nggak apa-apa. Udah biasa tau” katanya.
Lalu dia benar-benar kencing seperti air mancur yang turun dari gunung yang tinggi. Aku segera melongok kebawah kalau-kalau ada orang yang kena.
“Untung gak ada orang”, pikirku sambil kulirik ‘burung’nya. Wah, menurutku ‘burung’nya itu cukup besar untuk anak seukurannya.
Ia tersenyum saat aku meliriknya dan berkata, “Mau liat yang lain gak? Lebih seru nih..!”
“Boleh, apaan sih?” aku balik bertanya.
Kedua kakak beradik ini kemudian saling berhadapan satu dengan yang lain lalu saling melepaskan celananya, sehingga yang nampak adalah kedua penis mereka yang besar dan panjang. Mereka kemudian duduk saling berhadapan satu dengan yang lain, lalu saling menempelkan penis. Saat aku tertegun melihat tingkah polah mereka, Darwin menarikku untuk juga menunjukkan kejantananku. Darwin berbalik kepadaku dan melepaskan celanaku. Aku bingung bercampur malu saat itu karena tidak pernah ‘burung’ kesayanganku itu dilihat oleh orang lain kecuali orang tuaku tentunya. Apalagi saat itu aku tidak pakai CD. Andrew kemudian memegang penisku yang tertidur lalu digosok-gosokkan dan disentuhkan ke penisnya.
“Wah, burung loe lucu banget. Belum disunat ya”, kata Andrew. Aku tertawa kecil.
“Ah, loe juga” jawabku.
Saat itu kulup kepala penisku dibuka. Aku hanya meringis saja. Kepala penis Darwin dimasukkan kedalam kulup kepala penisku. Jadilah kedua penis kami bersatu dan nampak menempel. Andrew tertawa saat menyaksikan hal tersebut. Darwin kemudian mempermainkan penisku sehingga agak tegang. Aku hanya diam mengikuti gerak alur mereka. Saat itu tangan Andrew juga ikut memegang penisku sehingga seakan-akan menjadi mainan baru mereka. Aku hanya mengeliat geli karena perlakuan mereka.
“Wah, ntar diliat orang nih?” kataku sambil melirik ke arah tangga.
“Nggak, lagian gak ada orang di rumah!” kata Darwin tegas.
“Ngaceng nih” seruku lagi.
“Biarin” katanya lagi, kemudian penisku diurut-urut dan digoyang-goyangkan. Karena sentuhan dan rangsangan mereka akhirnya penisku menjadi tegang berdiri. Kemudian mereka mengocok-ngocoknya.
“Aduh, sakit nih” seruku lagi.
Mereka hanya tertawa namun tetap melakukannya. Saat itu aku merasakan sesuatu yang belum pernah aku dapatkan sebelumnya. . Sambil terus mempermainakan penisku, merekapun bercerita jika Ayah Ibu mereka sering melakukan hal ini di malam hari. Setelah itu mereka mengajakku kekamar. Aku kaget saat yang terjadi berikutnya adalah mereka menunjukkan kepadaku apa yang mereka lihat jika kedua orang tua mereka sedang bercinta. Mereka seperti sedang melakukann hubungan seks layaknya suami istri. Saat itu aku masih sangat polos sehingga hanya terbengong-bengong saja menyaksikan tingkah mereka.
Yang terjadi berikutnya adalah mereka menyuruhku untuk merebahkan diri. Ditaruhnya aku di atas kasur. Tanpa sepatah katapun, Andrew tiba-tiba menindih diriku. Aku kaget dan berusaha untuk menghindar. Apalagi badannya lebih besar dari aku. Tapi karena tangannya terus merangsang penisku dan mulutnya menciumku akhirnya aku malah menikmatinya. Sementara Darwin hanya menyaksikan perbuatan itu dengan tertawa.
Walaupun aku cukup risih untuk pertama kalinya tapi karena rangsangan demi rangsangan yang mereka berikan membuat aku menyukainya. Saat itu aku hanya mempunyai pikiran bahwa apa yang sedang kami lakukan ini sungguh nikmat dan belum pernah aku merasakan hasrat seperti ini. Yang kupikirkan adalah bahwa mereka teman-temanku dan aku tidak mau mengecewakan mereka. Wah, kecil-kecil mereka ternyata cabe rawit loh!
Hari demi hari terus kami lalui. Aku sangat senang bermain dengan mereka karena aku adalah seseorang yang memang kurang kasih sayang dari orang tua. Dan aku merasa mendapatkan kasih sayang dari teman-teman tetanggaku itu. Aku tidak tahu kalau ternyata ‘permainan’ yang sering kami mainkan membawaku lebih jauh dalam dunia yang aku tidak kenal sebelumnya. Setiap ada kesempatan, kami selalu melakukan hal yang demikian. Saat itu aku merasa adalah wajar-wajar saja jika beberapa teman cowok saling menunjukkkan penis mereka dan saling memegang, mengelusnya atau mengocoknya. Ah, sebuah pemikiran yang akhirnya membawaku menjadi seperti ini.
Sekitar setahun setelah kejadian itu, aku pindah rumah kontrakkan. Rumah baruku tidak jauh dari rumah kontrakkan sebelumnya sehingga teman-temanku sering datang. Kini giliran aku yang agresif. Setiap ada kesempatan, aku suka ajak mereka kerumahku. Tapi yang paling sering adalah Darwin. Aku senang padanya karena dia cakep dan putih banget. Aku suka sekali mengajaknya kekamarku, bercerita tentang hal-hal porno dan tentang tingkah laku Ayah dan Ibu kami masing-masing, atau tingkah laku orang yang sedang pacaran lalu tidur bareng sambil saling mengocok penis, walau saat itu aku dan dia belum akil balig, sehingga tidak ada sperma yang keluar.
Dia tidak pernah menolak saat kuajak untuk berhubungan badan (saat itu aku belum mengetahui anal maupun oral sex) atau saat aku mencium dirinya. Kami sering sekali memainkan kepala penis lawan main sambil membuka kulit kulum kepala penis. Kadang kedua penis kami sering kami gesek-gesekkan satu dengan yang lain atau kami satukan kedua penis kami dengan cara saling berhadapan lalu dikocok bersamaan dan itu menimbulkan kenikmatan tersendiri. Saat itu aku merasakan kepuasan jika bisa ‘bermain’ dengannya. Selama ini kami tidak pernah dilihat oleh orang lain sehingga merasa aman-aman saja. Kamar tidurku memang jarang dikunci karena aku suka lupa untuk menguncinya.
“Gun, lagi ngapain? Si Darwin juga.. Ngapain berdua aja?” seru pembantuku saat menyaksikan adegan kami.
“Lagi nggak ngapa-ngapain kok!” tangkisku sambil cepat-cepat meresleting kembali celanaku yang sedang terbuka sambil membelakangi Darwin yang tidak sempat meresleting celanannya karena penisnya sedang tegang.
“Untung aja baru membuka reselting” pikirku.
Kucoba untuk menutupi badan Darwin dengan badanku. Saat itu kulihat muka Darwin pucat pasi seperti melihat hantu. Entah apa yang ada dipikirannya, sepertinya kami akan siap-siap diomeli bahkan dipukuli jika ketahuan sama orangtua kami..
“Darwin dicariin tuh sama Mamanya”, kata pembantuku yang kemudian keluar dari kamarku. Nampak di wajah pembantuku ada keingintahuan.
“Gun, gue balik ya. Gak enak nih diliat pembantu loe” kata Darwin pelan sambil menarik resletingnya.
“Iya deh. Sorry banget nih, dasar tuh pembantu, masuk nyelonong aja” gerutuku.
“Nanti main-main lagi ya ke sini”, pintaku padanya. Dia hanya mengangguk, kemudian keluar rumahku dengan cepatnya.
Beberapa hari kemudian Darwin kembali main ke tempatku. Seperti biasa kami melakukan hal serupa. Tapi kali ini aku sangat terkejut karena tiba-tiba pembantuku kembali nyelonong saat aku dan Darwin tengah ‘bermain pedang’.
“Wah, mati aku!” pikirku.
Aku dan Darwin sama-sama membisu, tidak tahu harus berkata apa. Pembantuku segera keluar kamar dan aku berharap agar ia tidak memberitahukan hal ini kepada mama. Darwin bergegas pulang. Aku hanya menunggu jika Ibuku akan memanggil. Ternyata.., Pembantuku tidak mau ambil pusing. Ia tidak memberitahukannya. Aku bernafas lega.
Sungguh itu adalah hari terakhir aku dapat bertemu dengan Kakak beradik itu. Saat itu aku sangat merindukan mereka, Namun apa dayaku, kami harus pindah rumah lagi karena jangka waktu kontrak rumahku sudah habis. Aku sangat sedih sekali saat itu karena harus berpisah dengan teman-teman ‘sepermainanku’.
Sesungguhnya itulah permulaan dimana aku masuk kedunia yang belum kukenal. Seorang anak polos yang hanya menginginkan kasih sayang dari orang lain. Sampai saat pindahpun aku tidak tahu apa istilah dari gay itu. Untuk kalian berdua yang mungkin membaca cerita ini, aku sangat senang bermain dengan kalian. Terimakasih sudah menjadi teman-teman mainku dikala kecil.
Selamat tinggal Andrew. Selamat tinggal Darwin, aku sangat merindukan kalian! Aku hanya berharap kalian semua menjadi orang baik-baik.
GUNAWAN
Catatan Penulis
Aku ingin berterimakasih kepada salah seorang penulis 17Tahun “Raffel” yang walaupun aku belum pernah mengenalnya baik secara langsung maupun melalui email, tapi tulisannya menggerakkan hatiku untuk bercerita tentang siapa diriku sebenarnya. Perjuanganmu sama seperti perjuanganku! filmbokepjepang.com Get the best for u. Sedangkan seluruh tulisan ini adalah buku harianku selama ini yang saat menuliskannya kembali seperti mengenang masa-masa indah, masa-masa menyesakkan dan tertekan, dan kadang sedih atau menangis saat membacanya kembali.
Tunggu ceritaku saat aku bersama orang-orang lain yang kusayangi dan juga kubenci. Mereka membentuk diriku seperti ini sehingga aku menjadi seseorang yang jika dilihat dari penampilan fisik, adalah seorang laki-laki yang lumayan ganteng (karena banyak cewek yang naksir) dan tidak sissy (maaf) namun di dalam hati ini tersimpan perasaan lain kepada laki-laki. Sungguh suatu kenangan di masa kecil yang tak akan terlupakan..
Penulis mohon maaf jika ada nama yang sama dalam kisahku ini. Jika teman ingin menanyakan sesuatu kepadaku, silahkan hubungi emailku.
Tamat ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts