Prahara Segoro Bening

Konon tersebutlah sebuah Kerajaan didaerah Jawa, yang bernama Kerajaan Segoro Bening, yang begitu termasyur akan kebesaran dan keluasan wilayahnya. Kerajaan itu di Rajai oleh seorang Bangsawan Kraton asli dari keluarga dalem Kerajaan Segoro Bening, Yang Mulya Gusti Prabu Mangkusegoro (YMGP. Mangkusegoro). Sang raja yang terkenal doyan wadon dan main perempuan itu, memiliki Seorang Permaisuri yang sangat ayu dan cantik yakni, Gusti Raden Ayu Suciwati (GRA. Suciwati), dan dua orang Selirnya Raden Ayu Sekarwati (RA. Sekarwati), dan Raden Ayu Susilowati (RA. Susilowati) yang sangatlah cantik dan begitu Seksi. Yang Mulya Gusti Prabu Mangkusegoro belum dikarunia keturunan dari permaisurinya maupun dari kedua selirnya.

YMGP. Mangkusegoro adalah seorang raja yang sangat kejam, dan kurang disukai oleh seluruh abdi dalem keraton, mulai dari Gusti Patih Pejohlumer (GP. Pejohlumer) sampai para Tumenggung serta punggawa punggawa kerajaan. YMGP. Mangkusegoro yang doyan wadon itu, tidak peduli dengan status wanita yang diinginkannya, seringkali pula menaksir istri dari para Tumenggung ataupun punggawanya sendiri. Dan hal ini membuat seluruh abdi dalem keratonnya dengan sangat terpaksa harus merelakan istrinya untuk ditiduri oleh YMGP. Mangkusegoro rajanya itu, dan tidak berani menolak keinginan rajanya, karena taruhannya adalah nyawanya sendiri.

Abdi dalem keraton yang sudah merasa begitu tertindas oleh kesewenangan rajanya itu, mulai diam diam menyusun rencana kudeta untuk melengserkan raja YMGP. Mangkusegoro. Dipimpin oleh Patih Pejohlumer yang merupakan tangan kanan dari raja YMGP. Mangkusegoro, kekuatan terus digalang hingga kepada segenap prajurit keraton Segoro Bening.

Sementara itu didalam Kaputren tempat tinggal permaisuri beserta dua selir raja YMGP. Mangkusegoro, tepatnya didalam kamar permaisuri Gusti Raden Ayu Suciwati yang memiliki hubungan gelap dengan Gusti Patih Pejohlumer tengah bermesraan diatas ranjangnya. Gusti Raden Ayu Suciwati sengaja mendekati dan merayu Patih Pejohlumer, karena keinginannya untuk segera memiliki anak, yang nantinya kelak akan menggantikan kedudukkan raja YMGP. Mangkusegoro.

Malam itu YMGP. Mangkusegoro yang sedang dilayani oleh kedua selirnya dikamar lain, memberi kesempatan untuk mengajak Patih Pejohlumer kedalam kamarnya. Dan setiap ada kesempatan mereka tidak akan menyia nyiakan kesempatan untuk saling memberi dan menerima, seperti malam itu, ketika Patih Pejohlumer menindih tubuh seksi Gusti Raden Ayu Suciwati. Lumatan lumatan bibir keduanya semakin melelapkan gairah birahi keduanya, Patih Pejohlumer mulai menjilati leher jenjang Gusti Ayu Suciwati dan kemudian dengan tangannya membuka ikatan kain kemben didada Gusti Ayu Suciwati, setelah itu terlihat buah dadanya yang sangat montok dengan puting susunya yang kemerahan.

Patih Pejohlumer langsung mencaplok buah dada montok itu, dan mengenyoti puting susunya dengan penuh nafsu, dibarengi tangannya yang menjamah seluruh lekukkan ditubuh permaisuri rajanya itu. Kini mulai lagi tangannya menyingkap kain kemben Gusti Ayu Suciwati hingga kepangkal pahanya, dan segera ia tubleskan batang penisnya yang besar dan panjang itu dengan perlahan.

Gusti Ayu Suciwati mendesis menerima sodokkan batang penis Patih Pejohlumer diliang vaginanya, “…ssshhh…aaahhh…ooohhh…”
Patih Pejohlumer semakin berpacu, dengan nafsunya yang kemudian dengan mulai menggenjot liang vagina ndoro gustinya itu dengan kasar hingga mencapai puncak klimaksnya “…Den Ayu…aku keluarrrhhh…ssshhh…aaahh…crot…crot…crot. ..!”

Hingga fajar Patih Pejohlumer baru keluar dari dalam kamar Gusti Ayu Suciwati, dan hal itu rupanya dilihat oleh seorang tumenggung, yang kebetulan lewat didepan Kaputren, lalu diam diam menyelinap masuk kedalam Kaputren. Kemudian dengan perlahan mulai membuka pintu kamar permaisuri Gusti Ayu Suciwati, dan Gusti Ayu Suciwati yang masih tertidur diatas ranjangnya, itupun sangat kaget ketika ada yang tiba tiba menindih dan membekap mulutnya.

“…jangan berteriak Gusti Ayu, kalau rahasia Gusti Ayu mau aman…saya tahu Gusti Ayu baru ditiduri oleh Gusti Patih…!” bisik Raden Lambesuwing si Tumenggung tersebut.

Dengan tidak menunggu jawaban Gusti Ayu Suciwati kemudian Raden Lambesuwing mulai melumat bibir tipis ndoro gustinya itu, lalu dengan kasar membuka ikatan kain kemben didada Gusti Ayu Suciwati, dan lagi dengan kasarnya mencaplok serta menjilati kedua buah dada montoknya yang begitu menggiurkan.

Gusti Ayu Suciwati tidak kuasa menolaknya dan mulai menitikkan air matanya, mengiringi kepedihan hatinya harus melayani, nafsu birahi seorang abdinya yang dengan kasar telah merusak dan merenggut kehormatannya sebagai permaisuri seorang raja. Raden Lambesuwing si Tumenggung tersebut mulai menggagahi tubuh permaisuri rajanya itu, dan dengan kasar menghujamkan batang penisnya dengan hentakkan hentakkan kasar, dan tidak berperasaan lalu dengan tangannya meremas remas kasar buah dada montok Gusti Ayu Suciwati.

Hingga puncaknya Raden Lambesuwing menyemburkan spermanya dirahim, Gusti Ayu Suciwati.

“…aaahh…Gusti Ayu…crot…crot…crot…!” erangan Raden Lambesuwing, seraya membisik ditelinga Gusti Ayu Suciwati.“…lainkali saya nambah ya Gusti Ayu…?!”

Setelah itu pergi keluar kamar Gusti Ayu Suciwati dengan perasaan puas tidak kepalang, karena baru kali ini bisa mencicipi kehangatan tubuh mulus dan seksi Gusti Permaisurinya itu. Sementara Gusti Ayu Suciwati masih menagis diatas ranjangnya, dan merasa begitu direndahkan oleh abdinya itu.

Akhirnya kudeta yang sudah direncanakan oleh seluruh abdi dalem Kerajaan Segoro Bening pun dimulai pada hari itu, dimana kemudian dengan mudah melumpuhkan raja yang dzolim itu, setelah sebelumya menaklukkan para algojo dan para pengikut setianya. Kemudian pasukan Patih Pejohlumer menyeret Yang Mulya Gusti Prabu Mangkusegoro dari singgasananya dan kemudian mengikatnya ditengah alun alun keraton.

Keadaan di keraton menjadi begitu mencekam dengan sisa sisa pertempuran dari pasukan Patih Pejohlumer yang bertempur melawan pasukan yang masih setia kapada Prabu Mangku Segoro, segenap tumenggung dan para punggawa yang sudah sekian lama menyimpan dendam itu kemudian bergerak menyerbu masuk kedalam Kaputren yang ditinggali Gusti Permaisuri beserta kedua selirnya itu.

Permaisuri Gusti Ayu Suciwati beserta kedua selir raja Den Ayu Sekarwati dan Den Ayu Susilowati yang sedang bersembunyi didalam kamarnya, dengan mudah dilumpuhkan oleh para tumenggung dan punggawa yang berbondong bondong menyerbu kedalam Kaputren, dan dengan segera dapat menemukan ketiganya.

Gusti Permaisuri dan kedua selir raja yang selama ini mereka hormati dan junjung, kini tidak lagi ada rasa hormat dari para abdinya, mulailah segala bentuk pelecehan terhadap ketiganya dari para tumenggung dan punggawa kerajaan.

Tangan-tangan kasar itu mulai menggerayangi tubuh Gusti Permaisuri, dan kedua selir raja yang cantik cantik dan seksi itu. Raden Lambesuwing juga mulai merayapi lekuk tubuh Den Ayu Sekarwati sambil menyingkap kain kebayanya, paha mulus itu dia raba-raba, tangannya makin merayap ke atas hingga menyentuh selangkangan Den Ayu Sekarwati yang masih tertutup kain batik kebayanya itu.

“…dibuka bajunya ya, Den Ayu…?!” kata Raden Lambesuwing disela aksi pelecehannya terhadap Den Ayu Sekarwati.

Mulai jeritan dari ketiga wanita bangsawan itupun terdengar begitu menyayat, memohon untuk tidak diperlakukan seenaknya oleh para abdinya itu,

“…jangaaann…aku gustimu…jangan…aaahhh…tolooong…!”

Raden Cangkemombo mulai membuka kancing kancing baju kebayanya Den Ayu Sekarwati yang tidak memakai bra karena baju kebaya itu mempunyai cup dada didalamnya, sehingga begitu melorot buah dadanya yang montok dengan puting kemerahan itu langsung teronggok menggantung dengan indahnya. Raden Cangkemombo dan Raden Pakudipan mencaplok masing-masing kiri dan kanan buah dada Den Ayu Sekarwati.

Raden Lambesuwing kini berjongkok sedang menyingkap kain jariknya dan mengagumi keindahan paha Den Ayu Sekarwati yang jenjang dan mulus itu, tangannya tak henti-hentinya mengelusi paha itu.

“Den Ayu Sekar ini, pahanya mulus banget…putih lagi” puji Raden Lambesuwing sambil menjilatinya.

Yang tak kalah menarik tentu bagian pangkalnya dan kini tangan Raden Lambesuwing telah sampai kesitu membelai kemaluannya dari luar, jari-jarinya lalu menyusup lewat tepi celana dalam Den Ayu Sekarwati. Raden Pakudipan mengenyot payudara kanannya. Den Ayu Sekarwati menengadah dengan mata sembab terpejam, mulutnya megap-megap mengeluarkan rintihan yang memilukan.

Den Ayu Sekarwati, tubuhnya menggelinjang saat Raden Lambesuwing menggosok vaginanya dengan jari-jarinya sampai terlihat bercak cairan vaginanya di tengah celana dalam sutranya.

Mereka pun menggiring dan merebahkan tubuh Den Ayu Sekarwati di kasur empuk itu, lalu pakaian bagian atasnya dilucuti hingga yang tersisa hanya kain jarik batik saja di tubuhnya. filmbpokepjepang.com Tampaklah tubuh mulus Den Ayu Sekarwati yang dengan buah dadanya yang montok dan kencang, berperut rata, dan kemaluannya yang masih rapat ditumbuhi bulu-bulu yang tidak terlalu lebat dan tercukur rapi.

Setelah menelanjanginya, mereka juga membuka baju masing-masing. Tiga batang kemaluan mengarah padanya bak meriam yang siap menembak, Den Ayu Sekarwati sampai terpana menatap ketiga senjata yang akan segera ‘membantainya’ itu.

Ketiganya kembali mengerubungi Den Ayu Sekarwati yang terlihat ketakutan dengan menutupi kemaluan dan buah dadanya dengan tangan.

“…Hehehe…Den Ayu malu-malu gini bikin saya tambah nafsu aja ah…!” kata
Raden Lambesuwing mengangkat tangan kiri Den Ayu Sekarwati yang menutup buah dadanya.

“…Wah ternyata tubuhnya bagus banget ya…!” kata Raden Pakudipan yang tangannya mulai menjelajahi tubuh mulus itu.

Raden Lambe Ombo menciumi buah dada kanannya sambil tangannya meraba-raba kemaluannya. Dijilatinya seluruh gunung itu sampai basah lalu dengan ujung lidahnya dia main-mainkan putingnya. Jantung Den Ayu Sekarwati berdebar-debar dan matanya melotot diperlakukan seperti itu, ditambah lagi disaksikannya di hadapannya dimana tubuh telanjang Den Ayu Susilowati sedang dijilati dan digerayangi oleh abdi dalem lainnya.

Raden Lambesuwing mencium dan menjilat leher jenjang Den Ayu Sekarwati sambil mengusap-usap buah dada satunya, lalu ciumannya bergerak ke atas menggelitik kupingnya menyebabkan Den Ayu Sekarwati menggeliat dan mendesah tidak kuasa menahan rangsangan yang mulai menjalari tubuhnya. Dari telinga mulut Raden Lambesuwing memagut bibir Den Ayu Sekarwati, mulut lebar dengan bibir tebal itu seolah mau menelan bibir Den Ayu Sekarwati yang mungil lagi tipis.

Sekonyong-konyong terdengar kecipak ludah dari lidah mereka yang beradu. Den Ayu Sekarwati nampak sudah tidak merasa risih lagi, yang dirasakannya sekarang adalah birahi yang menggebu-gebu akan perlakuan ketiga abdinya itu, terlihat dari matanya yang terpejam menghayati perkosaan ini. Sikapnya yang semula histeris kemudian pasif mulai berubah dengan meraih penis Raden Lambesuwing dalam genggamannya.

Raden Pakudipan sedang berlutut diantara kedua paha Den Ayu Sekarwati, tapi dia belum juga mencobloskan batang penisnya. Agaknya dia masih belum puas bermain-main dengan tubuh mulus itu. Sekarang dia sedang membelai-belai tubuh bagian bawahnya, terutama pantat dan kemaluannya. Dia mengangkat paha kiri itu, lalu menciumi mulai dekat pangkalnya, terus turun ke betis, pergelangan, dan akhirnya dia emut jari kaki yang lentik itu.

kini Den Ayu Sekarwati dipaksa menyepong dan menjilati secara bergantian penis Raden Lambe Ombo dan Raden Lambesuwing yang berlutut di sebelah kiri dan kanan kepalanya. Sementara itu Raden Pakudipan menjilat serta menusuk-nusukkan lidahnya ke dalam vagina Den Ayu Sekarwati, rangsangan itu membuatnya sering mengapitkan kedua paha mulusnya ke kepala Raden Pakudipan.

Kini Den Ayu Sekarwati membuka mulut dan mendekatkan kepalanya pada penis Raden Lambe Ombo, setelah masuk ke mulutnya, dia mulai mengulum benda itu dengan nikmatnya sambil tangan kanannya mengocok pelan penis Raden Lambesuwing. Tak lama kemudian Raden Pakudipan menghentikan jilatannya dan merentangkan paha Den Ayu Sekarwati lebih lebar, dia bersiap memasukkan penisnya.

Den Ayu Sekarwati juga menghentikan sejenak oral seksnya, menatap penis yang makin mendekati bibir vaginanya dengan deg-degan.

“…Pelan-pelan Raden, saya takut sakit abis kontol Raden gede gitu…!” ucap Den Ayu Sekarwati memperingatkan

“…Tenang aja Den Ayu, saya ga bakal kasar kok…!” hiburnya sambil mengarahkan senjatanya ke liang senggamanya.

Nampaknya Raden PeliJaran kesulitan memasukkan penisnya ke dalam vagina Den Ayu Sekarwati karena ukurannya itu, maka dia lakukan itu dengan gerakan tarik-dorong.

“…Aakkhh…nggghhh…sakit…!” rintih Den Ayu Sekarwati menahan rasa nyeri, padahal penis itu belum juga masuk seluruhnya

“…Masa pelan gitu aja sakit sih Den ayu…?” kata Raden Cangkemombo yang memegangi tangannya sambil membelai payudaranya
“…Mungkin Den Ayu aja yang memeknya kekecilan kali…!” sahut Raden Lambesuwing cengengesan.
“…Aaaaahhh…” jeritnya saat Raden Pelijaran menghentakkan pinggulnya ke depan hingga penisnya terbenam seluruhnya ke dalam liang itu.

Selanjutnya, tanpa ampun dia menggenjotnya dengan buas tanpa menghiraukan perbandingan ukurannya dengan vagina Den Ayu Sekarwati. Sementara di kiri dan kanannya kedua orang itu tak pernah berhenti menggerayangi tubuhnya. Raden Lambesuwing dengan mulutnya yang lebar menelan seluruh susu kanannya yang disedot dan dikulum dengan rakus.

Raden Cangkemombo menelusuri tubuh itu dengan lidahnya, bagian-bagian sensitif tubuh Den Ayu Sekarwati tidak luput dari jilatannya. Den Ayu Sekarwati mendesah-desah tak karuan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, tubuhnya menggelinjang hebat.

Sebentar saja Den Ayu Sekarwati sudah mencapai klimaks, badannya menegang dan menekuk ke atas, desahannya makin hebat. Namun Raden Pelijaran masih belum keluar, dia menaikkan kedua betis Den Ayu Sekarwati ke bahunya dan memacu tubuhnya makin cepat sampai menimbulkan bunyi kecipak dari dalam liang vaginanya. Akhirnya dia menggeram dan menyemprotkan spermanya di dalam vagina Den Ayu Sekarwati, cairan itu nampak menetes dari daerah itu bercampur dengan cairan kewanitaannya.

Den Ayu Sekarwati hanya sempat beristirahat kurang dari lima menit sebelum giliran Raden Cangkemombo mencicipi vaginanya. Mula-mula dia meminta Den Ayu Sekarwati membasahi penisnya dulu, setelah dikulum sebentar, dia menindih Den Ayu Sekarwati sambil memasukkan penisnya, pinggulnya mulai bergerak naik-turun diatas tubuhnya, Den Ayu Sekarwati yang gairahnya mulai pulih juga ikut menyeimbangkan irama goyangannya. Raden Cangkemombo melumat bibir mungil Den Ayu Sekarwati yang megap-megap itu meredam desahannya.

Raden Cangkemombo tiba-tiba menggulingkan tubuhnya sehingga Den Ayu Sekarwati kini diatasnya. Dia lalu menegakkan badan sambil terus menaik-turunkan pinggulnya diatas penis yang mengacung bagai pasak itu. Terkadang dia memutar-mutar pinggulnya sehingga penis itu mengaduk-aduk vaginanya. Matanya merem-melek dan mulutnya mengeluarkan desahan nikmat. Keringat telah membasahi tubuhnya, menempel di dadanya seperti embun, juga menetes-netes dari mukanya.
Raden Raiwedus berdiri di sebelahnya lalu mendekatkan penisnya yang masih keras ke mulutnya. Den Ayu Sekarwati mulai menjilatinya dimulai dari kepalanya yang disunat hingga seluruh permukaan batang itu, buah zakarnya yang besar dia emut beberapa saat.

“…Uuuhh…ayo Neng, enak gitu…mmm…!” desah Raden Raiwedus Semakin hanyut dalam lautan birahi, Den Ayu Sekarwati tidak malu-malu lagi mengemut
penis itu sambil mengocoknya dengan satu tangan. Buah dadanya bergoyang-goyang naik-turun seirama gerak tubuhnya, dengan gemas Raden Cangkemombo menjulurkan kedua tangannya mencaplok gunung kembar itu serta meremasnya.

Saat itu Raden Pelijaran baru saja selesai dengan Den Ayu Sekarwati, setelah menyemprot perut Den Ayu Sekarwati dengan spermanya dia minum dulu dan langsung menuju Den Ayu Susilowati, sementara itu Raden Pelijaran mulai mencicipi Den Ayu Susilowati. Raden Keleksengir duduk di sebelah kanannya dan meminta ijin Raden Cangkemombo yang sedang menguasai kedua payudaranya untuk memberinya jatah satu saja. Sepertinya dia menggigit putingnya karena badan Den Ayu Sekarwati mengejang dan mendesah tertahan di tengah aktivitasnya mengoral Raden Raiwedus, dia mengenyot dan kadang menarik-narik puting itu dengan mulutnya.

“…Ooohh…isep Den Ayu…iseepp…!!” tiba-tiba Raden Raiwedus mendesah panjang dan makin menekan kepala Den Ayu Sekarwati ke selangkangannya.

Spermanya menyembur di dalam mulut Den Ayu Sekarwati, mungkin karena badannya berguncang-guncang hisapan Den Ayu Sekarwati tidak sempurna, cairan itu meleleh sebagian di pinggir mulutnya. photomemek.com Raden Raiwedus beranjak pergi meninggalkan Den Ayu Sekarwati setelah di lamoti kontolnya, lalu diambilnya segelas temu lawak dari meja untuk diminum.

Tiba-tiba goyangan Den Ayu Sekarwati makin gencar lalu berhenti dengan tubuh mengejang, kepalanya menengadah sambil mendesah panjang, kedua tangannya memegang erat lengan Raden Cangkemombo. Dia telah mencapai klimaks, tapi Raden Cangkemombo belum, dia terus menghentakkan pinggulnya ke atas menusuk liang vagina Den Ayu Sekarwati.

Tubuh Den Ayu Sekarwati melemas kembali dan ambruk ke depan menindihnya. Saat itu Raden Keleksengir sudah pindah ke belakangnya, dia meremas pantat yang sekal itu sambil mengorek duburnya. Kemudian dia menindihnya dari belakang, tangannya menuntun penisnya memasuki liang dubur itu diiringi rintihan Den Ayu Sekarwati.

Tubuh Den Ayu Sekarwati kini dihimpit kedua abdinya itu, kedua penis itu menghujam-hujam kedua lubangnya dengan ganas.

“…Ooohh….oooh…aakkhh !” gairah Den Ayu Sekarwati mulai bangkit lagi, vaginanya berdenyut-denyut memijat penis Raden Cangkemombo yang sudah di ambang klimaks.Raden Cangkemombo lalu melenguh panjang menyemburkan maninya di dalam vagina Den Ayu Sekarwati akhirnya dia terbaring lemas di kolong tubuh Den Ayu Sekarwati dengan nafas terengah-engah.

Setelah ditinggalkan Raden Cangkemombo, Den Ayu Sekarwati cuma melayani Raden Keleksengir saja, namun punggawa ini lumayan brutal mengerjainya sehingga dia menjerit-jerit. Duburnya disodok-sodok sementara payudaranya yang menggantung di remas dengan kasar. Hal ini berlangsung sekitar sepuluh menit lamanya sampai keduanya klimaks, sperma Raden Keleksengir tertumpah di pantatnya sebelum keduanya ambruk tumpang tindih.

Keadaan Den Ayu Sekarwati sudah babak-belur, tubuhnya bersimbah peluh, bekas-bekas cupangan masih terlihat pada kulitnya yang mulus, sperma bercampur cairan kewanitaan meleleh dari selangkangannya. Patih Pejohlumer kasihan melihatnya, maka menghampirinya dengan membawa air. Diangkat tubuhnya dan disandarkan pada lengannya, dengan tangannya diseka keringat di dahinya, minuman yang diberikan langsung diminumnya, sehabis diperkosa massal para abdi dalemnya itu.

Den Ayu Susilowati, Raden Keleksengir dan Raden Raiwedus duduk mengapit Den Ayu Susilowati masing-masing di kanan dan kirinya. Den Ayu Susilowati terlihat tegang sekali beberapa kali dia memanggil-manggil Den Ayu Sekarwati.

“…Kenapa Den Ayu, kok sekarang tegang gitu…!” kata Raden Keleksengir

“…Oh, jadi Den Ayu takut sama kita yah !” kata Raden Raiwedus

“…saya mohon jangan perkosa saya Raden…” jawabnya dengan takut takut.

“…sekarang giliran Den Ayu puasin saya ya…?” kata Raden Keleksengir

Den Ayu Susilowati cuma menggeleng tanpa menjawabnya.
“…Udah ah lu, kalau ga mau dijawab jangan maksa !” kata Raden Cangkemombo pada temannya

“…Eh, Den Ayu dulu Gusti Prabu pernah ngentot kaya gini ga ?” tanya Raden Keleksengir cengengesan

Rona merah jelas sekali pada wajah Den Ayu Susilowati yang putih mulus, dia hanya mengangguk pelan sebagai jawabnya sambil tersenyum yang dipaksakan.

“…Kalo gitu pernah diginiin dong Den Ayu he…he…he…!” Raden Cangkemombo tertawa-tawa sambil tangannya meremas buah dada Den Ayu Susilowati.

“…Diginiin juga pernah Den Ayu…!” Raden Keleksengir meraih selangkangannya dan meremasnya dari luar.

Den Ayu Susilowati menjerit sambil terhina sekali karena kejahilan tangan mereka. Raden Cangkamombo makin gemas memijati payudaranya, Raden Cangkemombo sengaja meniupkan udara ke kupingnya untuk memambangkitkan birahinya perlahan-lahan sambil tangannya membantu Raden Cangkemombo meremas payudara yang satunya.

Den Ayu Susilowati hanya diam diperlakukan seperti itu dengan mata terpejam. Keduanya mulai menyingkap ikatan kain kemben didadanya, Den Ayu Susilowati sepertinya menurut saja, dan diam saja menerima perlakuan tersebut. Dia tinggal memakai kain kembennya yang panjang selututnya.

“…kain kembennya diturunkan aja ya Den Ayu…” pinta Raden Keleksengir
Den Ayu Susilowati hanya diam, maka Raden Keleksengir pun dengan cekatan menurunkan kain kembennya sehingga dia telanjang dada. Raden Keleksengir langsung melumat yang kanan dengan rakus.

“…Pentil susu Den Ayu bagus, kecil, merah lagi…” komentar Raden Raden Keleksengir sambil memilin-milin putingnya.

Raden Raden Keleksengir menjulurkan lidahnya, lalu menyapukannya telak pada leher jenjang Den Ayu Susilowati membuatnya merinding dan mendesis. Dia meneruskan rangsangannya dengan mengecup lehernya membuat tanda kemerahan disitu, rambut Den Ayu Susilowati yang terikat konde dibelakang kepalanya memudahkannya menyerang daerah itu.
Tangannya pun tak tinggal diam, terus bergerilya di dada kirinya dan pelosok tubuh lainnya. Mendadak Raden Raden Keleksengir menghentikan kegiatannya dan memanggil Raden Cangkemombo yang lagi asyik nyusu dengan mencolek kepalanya.

“…Eh, Kang, kita taruhan yuk, yang menang boleh ngentot si Den Ayu duluan…!” tantangnya

“…Taruhan apaan Raden, saya sih ayo aja…!”

“…Coba tebak, si Den Ayu ini jembutnya lebat ga…?” tanyanya dengan nyengir lebar

Muka Den Ayu Susilowati jadi tambah memerah malu karena kenakalan mereka ini, yang juga jadi terangsang dibuatnya. Suatu sensasi tersendiri menonton mantan ndoro gustinya ini dikerjai abdi dalemnya.

“…Hmmm…lebat ga Den Ayu…?” tanya Raden Keleksengir sambil menatapi selangkangan Den Ayu Susilowati

“…Eee…nanya lagi, orang disuruh tebak…!” omel Raden Cangkamombo menyentil kepalanya.

“…udah ah yuk kita pake aja Den Ayu ini…!” kata Raden Keleksengir

“…Yuk kita tes, bener ga…!” kata Raden Cangkamombo dengan menyusupkan tangannya ke balik kain kemben Den Ayu Susilowati

“…Eemmhhh…” desis Den Ayu Susilowati saat merasakan tangan Raden Cangkemombo merabai kemaluannya

“…Weleh…sialan, bener juga lu Kang…!” gerutunya karena ternyata kemaluan Den Ayu Susilowati berbulu, lebat sekali.

Raden Cangkemombo tersenyum penuh kemenangan karena dapat giliran pertama merasakan tubuh Den Ayu Susilowati. Merekapun kembali menggerayangi tubuhnya. Tangan Raden Cangkemombo tetap dibalik kain kemben mengobok-obok kemaluannya sejak mengetes tadi. Raden Cangkemombo mulai menyingkap kain kemben yang dikenakan Den Ayu Susilowati dan menurunkanya, sebelumnya dia menyuruh Raden Keleksengir menyingkirkan tangannya dulu.
Cairan vagina membasahi jari-jarinya begitu dia mengeluarkan tangannya dari sana. Raden Cangkemombo turun dari kursi dan jongkok di lantai beralas permadani itu untuk menyingkap kain kemben Den Ayu Susilowati. Tampaklah kemaluan Den Ayu Susilowati dengan bulu-bulu yang tebal dari balik kain kembennya. Sesaat kemudian kain kemben di tubuhnya itu dilepaskannya pula. Jadilah Den Ayu Susilowati telanjang bulat terduduk separuh berbaring di sofa.

Keduanya tertegun melihat tubuh putih mulus dan terawat di hadapan mereka. Sedangkan Raden Brutulancip masih berjongkok di depan Den Ayu Susilowati, tentu dia bisa melihat jelas selangkangan berambut lebat yang tampak menggunung dalam posisi demikian.

“…Duh, cantik banget sih Den Ayu ini, bikin saya ga tahan aja…!” kata Raden Raden Cangkemombo sambil mendekap tubuhnya.

Bibirnya mencium pipi Den Ayu Susilowati, lalu lidahnya keluar menjilati pipi dan hidungnya, menikmati betapa licin dan mulusnya wajah mantan ndoro gustinya itu, kemudian bibirnya dilumat dengan ganas. Sementara kedua tangannya tidak tinggal diam, selalu berpindah-pindah mengelusi punggungnya atau meremas payudaranya.

Wajah Raden Raden Cangkemombo makin mendekati vagina Den Ayu Susilowati sambil kedua tangannya mengelusi paha mulus itu. Tubuh Den Ayu Susilowati bergetar ketika jemari Raden Cangkemombo mulai menyentuh bibir kemaluannya, pasti dia bisa merasakan nafas Raden Cangkemombo menghembus bagian itu. Perlahan-lahan Raden Cangkemombo membuka kedua bibir bawah itu dengan jarinya.

Erangan tertahan terdengar dari mulut Den Ayu Susilowati yang sedang dilumat Raden angkemombo, keringatnya mulai bercucuran.

“…Wah…asyik, saya belum pernah liat memeknya Den Ayu Susilowati, dalemnya merah muda, seger banget…!” komentar Raden Brutulancip mengamati vagina itu.

“…Raden Untureges, mau liat ga nih, bagus banget loh !” sahut Raden Cangkemombo padanya

“…Hmmm…iya bagus ya, kamu aja dulu Kang, saya mau netek dulu !” kata
Raden Raden Untureges sambil mencucukkan sejenak jari tengah dan telunjuk ke vaginanya Den Ayu Sekarwati, waktu dia keluarkan cairan lendirnya menempel dijari itu.

Raden Raden Untureges yang baru kebagian menikmati tubuh Den Ayu Sekarwati, mulai menjilati payudaranya mulai dari pangkal bawah lalu naik menuju putingnya, dia jilat puting itu lalu dihisapnya kuat-kuat, sementara tangannya memilin-milin putingnya yang lain.

“…Hhhnngghh…Raden, oohh…!” Den Ayu Sekarwati mendesah menggigit bibir sambil memeluk erat kepala Raden Raden Untureges.

Den Ayu Sekarwati makin menggelinjang saat wajah Raden Untureges makin mendekati selangkangannya dan “…Aaaahh…!” desahnya lebih panjang, tubuhnya menggelinjang hebat, kedua pahanya mengapit kepala Raden Untureges.

Punggawa itu telah menyapu bibir vaginanya, lalu lidah itu terus menyeruak masuk menjilati segenap penjuru bagian dalam vaginanya, klitorisnya tak luput dari lidah itu, sehingga tak heran kalau desahannya makin tak karuan saling bersahut-sahutan dengan desahan Den Ayu Sekarwati yang saat itu baru ditusuk Raden PeliJaran.

“…Oi, kalian berdua kok belum buka baju sih, kasih liat dong kontolnya ke Den Ayu Susilowati pasti dah ga sabar dia…!” kata Raden Brutulancip Raden.

Raden Untureges nyengir lalu dia membuka baju berkerah dan celana dalamnya hingga bugil, dia menggenggam penisnya yang tebal dan hitam itu memamerkannya pada Den Ayu Susilowati

“…Nih, Den Ayu kontolku gede ya, sama punya Gusti Prabu gede mana…?” tanyanya sambil menaruh tangan Den Ayu Susilowati pada benda itu

“…Gede yah gedean punya Raden…keras…” jawab Den Ayu Susilowati yang tangannya sudah mulai mengocoknya

Den Ayu Susilowati yang tadinya malu-malu hilang rasa malunya saking terangsangnya, sepertinya dia sudah tidak peduli keadaan sekitar, yang dipikirkannya hanya menyelesaikan gairah yang sudah membakar dan menjalari tubuhnya.

Hampir sepuluh menit berlalu, tapi Raden Brutulancip masih seperti kelaparan, belum berhenti menjilati vaginanya sementara Den Ayu Susilowati sudah mengapir dan menggesek-gesekkan pahanya pada kepala Raden Brutulancip menahan birahinya yang meninggi.

“…Cepetan dong, kan kamu harusnya nusuk duluan, kalo ngga mau saya tusuk juga nih…!” kata Raden Raden Untureges yang tidak sabar ingin segera menyetubuhi Den Ayu Susilowati.

“…Iya sabar sedikit Raden, ini udah mau nih…” kata Raden Brutulancip yang mulai menanggalkan Radenaiannya

“…Yuk Den Ayu, basahin dulu nih…isep !” dia sodorkan penisnya ke mulut Den Ayu Susilowati sambil memegangi kondenya.

Den Ayu Susilowati agak ragu memasukkan penis Raden Brutulancip, mungkin agak jijik kali belum pernah merasakan yang sehitam itu. Namun Raden Brutulancip terus mendesaknya, apalagi dengan kepala dipegangi seperti itu, akhirnya dengan terpaksa Den Ayu Susilowati membuka mulutnya membiarkan penis itu masuk.

Sebentar kemudian Raden Brutulancip mengeluarkan penisnya, diangkatnya kaki Den Ayu Susilowati ke kursi panjang sehingga dia kini terbaring di kursi dengan kepala bersandar pada perut tambun Raden Untureges.
Raden Brutulancip memegang miliknya dan mengarahkannya ke vagina Den Ayu Susilowati. Pelan-pelan mulai memasukinya, tubuh Den Ayu Susilowati menekuk ke atas.

“…Aaakkhh…!” demikian keluar dari mulutnya hingga penis Raden Brutulancip mentok ke dalam vaginanya.

Raden Brutulancip pun mulai menggoyangkan pinggulnya perlahan kemudian makin lama makin cepat. Raden Brutulancip melakukannya dalam posisi satu kaki naik kekursi dan kaki lainnya berdiri menginjak lantai, kedua tangannya memegangi betis Den Ayu Susilowati.

“…Ah-ah-ah….uuhh…!!” desah Den Ayu Susilowati dengan mata terpejam.

“…Enak ya Den Ayu…?” kata Raden Raden Untureges dekat telinganya.

Sejak Raden Brutulancip menggenjot Den Ayu Susilowati, Raden Raden Untureges terus saja menyangga tubuhnya sambil menghujani leher, telinga, dan payudaranya dengan ciuman dan jilatan. Kini dia sedang mengulum daun telinga Den Ayu Susilowati dan tangannya meremas kedua buah dadanya. Tentu puting Den Ayu Susilowati sudah sangat keras karena dari tadi dimain-mainkan.

Den Ayu Susilowati sendiri tangannya menggenggam penis Raden Untureges, dia mengocok-ngocok penis itu karena dipaksa Raden Brutulancip. Kedua kakinya menjepit pinggang Raden Brutulancip, seolah minta disodok lebih dalam lagi. Tanpa mencabut penisnya, Raden Brutulancip memiringkan tubuh Den Ayu Susilowati sehingga
posisinya berbaring menyamping, satu kakinya dinaikkan ke bahunya.

Wow…seru sekali melihat paha Raden Brutulancip bergesekan dengan paha mulus Den Ayu Susilowati dan penisnya keluar masuk dari samping. Raden Raden Untureges menempelkan penisnya ke wajah dan bibir Den Ayu Susilowati, memintanya melakukan oral seks. Den Ayu Susilowati masih sangat risih memasukkan benda itu dalam mulutnya, hanya berani mengocoknya dengan tangan, sepertinya dia masih merasa tidak nyaman dengan penis Raden Brutulancip di mulutnya tadi. Dia memang tidak terbiasa dengan penis hitam dan berbau tidak enak seperti itu, dan dia juga tidak suka dengan cara mereka yang suka maksa tidak tau diri, makannya dia tidak pernah mau ngeseks dengan orang-orang seperti itu, cukup kali ini saja, pertama dan terakhir demikian tegasnya.

“…Jilatin dong Den Ayu, jangan cuma main tangan aja…!” pinta Raden Untureges tidak sabar merasakan mulutnya

“…Ndak mau Raden…jijik…ga mau..ahh !” gelengnya dengan sedikit mendesah.
“…Lho, gimana sih si Den Ayu ini, tadi kan dia dikasih, masa saya ngga…?”

“…Ayo dong Den Ayu, sebentar aja kok…!” Raden Raden Untureges terus mendesak dengan menekan kepalanya dengan tangan kanannya ke penis yang dipegang dengan tangan kirinya. Penis itu pun akhirnya memasuki mulut Den Ayu Susilowati, karena mulutnya megap-megap mendesah, kesempatan itulah yang dipakai Raden Untureges menjejalkan penisnya. Sesudah penisnya dimulut, Raden Raden Untureges memaju-mundurkan kepalanya dengan menjambak rambutnya.

“…Emmhh..eehmm…Raden…saya…mmm …!” Den Ayu Susilowati berusaha menolak tapi malah tersedak-sedak karena terus dijejali penis.

“…Mmmm…gitu dong Den Ayu baru namanya anak manis, udah lama ga diginiin uuh…!” Raden Untureges melenguh dan merem-melek keenakan dioral Den Ayu Susilowati.

Waktu itu Den Ayu Sekarwati juga sedang dipakai main kuda-kudaan diatas penis Raden Cangkemombo sambil mengoral penis Raden Raiwedus.

Akhirnya Den Ayu Susilowati orgasme duluan, badannya berkelejotan dan mulutnya terdengar erangan tertahan. Raden Untureges rupanya cukup pengertian, dia melepaskan dulu penisnya membiarkan Den Ayu Susilowati menikmati orgasmenya secara utuh. Badannya menegang beberapa saat lamanya, Raden Untureges menambah rangsangannya dengan meremasi payudaranya.

Raden Brutulancip pun menyusul sekitar tiga menit kemudian, sodokannya makin dahsyat sampai akhirnya dia melepaskan penisnya dan menumpahkan cairan putih di perut yang rata itu. Sambil orgasme dia memegang erat-erat lengan kokoh Raden Untureges yang mendekapnya hingga tubuhnya lemas dan terbaring dalam dekapan punggawa tambun itu.

Si Raden Brutulancip cuma duduk sebentar, minum dan menyeka keringat, lalu dia langsung beralih ke Den Ayu Sekarwati masih seperti yang tadi, posisinya segera digantikan Raden Pelijaran yang baru terangsang lagi setelah istirahat. Raden Untureges memberikan minum pada Den Ayu Susilowati mengelap keringatnya.

“…huh…si Raden Brutulancip tuh gimana sih, buang peju sembarangan aja !” gerutu Raden Pelijaran yang baru tiba melihat ceceran sperma di perut Den Ayu Susilowati. Raden Untureges sambil tertawa meneteskan sedikit air dan mengelap ceceran sperma itu sampai bersih, Den Ayu Susilowati juga ikut tertawa kecil.

“…Udah, gampang Raden, dibersihin aja kan beres !” hiburRaden Untureges padanya.

Raden Pelijaran langsung mencumbui payudara Den Ayu Susilowati yang masih didekap Raden Untureges, mulutnya berpindah-pindah antara payudara kiri dan kanan.
“…Ooohh…oohhh…!!” desahnya ketika merasakan putingnya digigit dan ditarik-tarik dengan mulut oleh Raden Peli Jaran.

Tangan satunya di bawah sedang meremasi bongkahan pantatnya yang kenyal,
diremasnya berulang kali sekaligus mengelusi paha mulusnya. Dari pantat tangannya merayap ke kemaluan, tubuh Den Ayu Susilowati bergetar merasakan kenakalan jari Raden Pelijaran yang mengusap-usap klitoris dan bibir kemaluannya. Di belakangnya, Raden Raden Untureges sangat getol mencupangi leher, tenguk dan bahunya.

“…Hehehe…liat nih udah basah gini !” sahut Raden Pelijaran mengeluarkan jarinya dari vagina Den Ayu Susilowati

“Emm…enak banget cairan bangsawan keratin ini…!” dijilatinya cairan yang blepotan di jari itu

Kemudian Raden Raden Untureges menarik pinggang Den Ayu Susilowati, mendudukkannya di pangkuannya dengan membelakanginya, satu tangannya meraih vaginanya dan membuka bibirnya

“…Masukin Den Ayu, pelan-pelan…!” suruhnya
Den Ayu Susilowati dengan terpaksa memegang penis itu dan mengarahkan ke vaginanya, lalu dia menekan badannya ke bawah sehingga penis itu terbenam dalam vaginanya. Namun kerena besar penis itu baru masuk kepalanya saja, itu
sudah membuat Den Ayu Susilowati merintih-rintih dan meringis menahan nyeri.

“…Duh…sakit Raden, udah ya…!” rintihnya

“…Wah, kagok dong Den Ayu kalo gini, ayo dong dikit-dikit pasti bisa kok…!” kata Raden Untureges memaksa
“…Nanti juga enak kok Den Ayu, sakitnya bentar aja…!” timpal Raden Peli Jaran.

Beberapa kali Raden Raden Untureges menekan tubuh Den Ayu Susilowati juga menghentakkan pinggulnya, akhirnya masuk juga penis itu ke vaginanya, mata Den Ayu Susilowati sampai berair menahan sakit. Raden Untureges mulai menggoyangkan tubuhnya

“…Arrgghh…uuhhh…sempit amat…enak !” gumam Raden Raden Untureges di tengah kenikmatan penisnya dipijat vagina Den Ayu Susilowati.

Sementara Raden Pelijaran meraih kepala Den Ayu Susilowati, wajahnya mendekat dan hup…mulut mereka bertemu, lidahnya menerobos masuk mempermainkan lidah Den Ayu Susilowati, dia hanya pasrah saja menerimanya, dengan mata terpejam dia coba menahan lidahnya, entah secara sadar atau tidak turut beradu dengan lidah lawannya.

Limabelas menit lamanya batang Raden Raden Untureges yang perkasa menembus vagina Den Ayu Susilowati, runtuhlah pertahanan Den Ayu Susilowati, sekali lagi badannya mengejang dan mengeluarkan cairan kewanitaan membasahi penis Raden Untureges dan Den Ayu Susilowati memebang kepala Raden Pelijaran yang sedang mengenyot buah dadanya.

Sekonyong-konyong terlihat cairan putih meleleh dari selangkangan Den Ayu Susilowati, rupanya Raden Untureges juga telah orgasme. Desahan mereka mulai reda, keduanya melemas kembali. Nampak ketika Raden Raden Untureges melepas penisnya, dari vagina Den Ayu Susilowati menetes cairan sperma yang telah bercampur cairan cintanya.

Waktu beristirahat baginya cuma sebentar karena Raden Pelijaran langsung menyambar tubuhnya, menindihnya, dan mengarahkan senjatanya ke liang kenikmatan Den Ayu Susilowati. Segera saja tubuhnya memacu naik-turun diatasnya. Den Ayu Susilowati menggelinjang setiap kali dia menghentakkan tubuhnya.

Dari kursi itu, Raden Pelijaran menurunkan Den Ayu Susilowati ke karpet, dia berlutut di antara paha Den Ayu Susilowati dan terus menyodoknya. Raden Raiwedus membungkuk agar bisa mengemut payudara yang menggiurkan itu. Raden Cangkemombo berlutut di samping kepalanya dan menjejalkan penisnya ke mulutnya, sambil diemut dia memegangi buah dada Den Ayu Susilowati.

Raden Brutulancip dan Raden Untureges yang nganggur kembali mendatanginya, merekapun ikut bergabung mengerjai Den Ayu Susilowati. Tangan-tangan hitam kasar menggerayangi tubuh mulus itu, ada yang mengelus pahanya, ada yang meremas buah dadanya, ada yang memelintir putingnya, beberapa diantaranya memaksa dikocok penisnya oleh Den Ayu Susilowati.

Ikat kondenya sudah terbuka sehingga rambutnya yang dikonde tergerai sebahu. Lebih dari tiga jam Den Ayu Susilowati menjadi objek seks kelima punggawa itu. Sperma mereka muncrat di tubuhnya, ada yang nyemprot di dada, perut, dan mukanya. Tanpa belas kasihan ketika mereka memaksanya membersihkan penis-penis mereka dengan mulutnya, beberapa bahkan menjejalkan paksa ke dalam mulutnya, air matanya mulai menetes lagi.

Sejak tiga jam yang lalu tidak satupun yang berani menyentuh tubuh Gusti Permaisuri Suciwati, yang sedari tadi pula ketakutan dan mengkeret dipojok ruangan kelima punggawa itu tahu kalau ia adalah selingkuhannya Gusti Patih Pejohlumer, maka mereka tidak berani mengusiknya.

Kemudian tiba tiba seorang prajurit membuka pintu kamar itu, dan memberi tahu bahwa Gusti Patih Pejohlumer sudah tewas, ditebas lehernya dari belakang oleh prajurit tersebut. Rupanya kelima punggawa itu sudah berencana menghabisinya, dan menyuruh seorang prajurit untuk membunuhnya dari belakang.

Setelah mendapat kabar kematian Patih Pejohlumer, serenta kelimanya lalu menghampiri Gusti Permaisuri Suciwati…

“…hentikaan…hentikaan saya mohon Raden hentikaaan…aaahhh…!” jeritan Gusti Permaisuri Suciwati, ditarik kelima punggawa yang ingin memperkosanya.

Gusti Permaisuri Suciwati orangnya sangat cantik dan seksi, rambutnya yang panjang digelung konde, tinggi kurang lebih 160cm, dadanya tegak membusung 34B, lebih montok dan lebih menggiurkan daripada Den Ayu Susilowati dan Den Ayu Sekarwati.

Hari itu Gusti Permaisuri Suciwati memakai baju kebaya putih lengan panjang dengan dada rendah dan balutan kain batik dari bahan yang sangat halus. Kini awut awutan diperkosa dan digilir kelima abdi dalemnya itu.

Den Ayu Suciwati meronta-ronta, tapi dia tidak bisa menghindar karena kedua kaki dan tangannya dipegangi mereka, malah itu hanya menambah nafsu mereka.
Mereka tertawa-tawa sambil mengeluarkan komentar jorok bagaikan gerombolan serigala melolong-lolong sebelum menyantap Radensanya.

Raden Untureges meremasi buah dadanya yang masih terbungkus pakaian kebayanya, “…Waw…teteknya gede nih, asyik…!” komentarnya

Raden Pelijaran dan Raden Cangkemombo yang memegangi kakinya juga tak mau kalah, mereka menyingkap kain kebayanya sehingga terlihatlah celana dalamnya yang warna hitam dan pahanya yang putih mulus, tangan-tangan mereka segera mengelus-elus pahanya dan terus naik ke pangkal pahanya, bukan cuma itu, jari-jari itu juga mulai menyelinap lewat pinggir celana dalam itu menggerayangi kemaluannya.
Raden Raiwedus menyusupkan tangannya lewat bawah baju kebayanya sehingga dada kirinya menggelembung dan ada yang bergerak-gerak. Raden Brutulancip meraih tangan Den Ayu Suciwati dan menggenggamkannya pada penisnya.

“…Kocok Gusti Ayu, kocokin kontol saya…!” suruhnya dengan membentak.

“…ampuuuun…mhhpphh…jangaaan…aku ora sudiii…mmm…!” desahnya di tengah cecaran bibir Raden Untureges yang akhirnya melumat bibirnya.

Rontaan Den Ayu Suciwati semakin lemah, dia sudah pasrah bahkan hanyut menikmati ulah mereka. Dalam isak tangisannya dia sudah mulai tenggelam dalam hasrat seksualnya, hasrat birahi dalam dirinya, dia mulai menikmati pagutan bibir Raden Raiwedus tanpa ada paksaan, mengocok penis Raden Brutulancip dengan sukarela, juga ketika Raden Untureges menempelkan penisnya ke mulutnya, tanpa diminta dia sudah menjilat dan mencium penis itu.

“…Telanjangin ndoro kita yang cantik ini, biar kita bisa ngeliat bodinya…!” kata salah seorang dari mereka

“…Iya bugilin, bugilin, ewe…ewe…!!” timpal yang lain

Mereka bersorak-sorak dan mulai melucuti baju Den Ayu Suciwati, pakaiannya beterbangan kesana-kemari hingga akhirnya tak satupun tersisa di tubuhnya yang indah selain kalung, cincin, dan gelang kakinya. Kelimanya terpana melihat tubuh telanjang Gusti Permaisuri Suciwati tanpa berkedip.

“…Amboy, kulitnya mulus banget, cantik lagi…!” komentar seseorang

“…Wih, teteknya…jadi ga tahan pengen netek eemmm…!” sahut Raden Raiwedus yang langsung melahap buah dada kanannya

“…Sebelah sini juga bagus…” sahut Raden Cangkemombo membuka lebar kedua belah pahanya.

Bersama Raden Pelijaran dia melihat daerah kemaluan Den Ayu Suciwati yang berbulu lebat dengan tengahnya yang memerah. Keduanya menjilati vaginanya yang mulai becek. Tubuhnya menggelinjang hebat merasakan dua lidah menggelikitik vaginanya.

Raden Brutulancip menciumi leher, bahu dan sekitar ketiak, sambil jarinya memilin-milin putingnya. Raden Untureges menjilati bagian pinggir tubuhnya sambil tangannya menelusuri punggung dan pantatnya. Gusti Ayu Suciwati hanya bisa menggeliat-geliat dikerubuti oleh kelima punggawa kasar itu, mulutnya mengeluarkan suara desahan.

Perkosaan Seorang Permaisuri, dan dua Selir oleh kelima Punggawa itu sungguh pemandangan yang membangkitkan nafsu tapi juga memilukan, tiga orang wanita ningrat keturunan bangsawan, yang sangat cantik, putih, sexy, dan tinggi derajatnya sedang digumuli dan digilir oleh punggawa punggawa yang kasar, hitam, beda derajat dan beda status sosial sungguh pemandangan yang sangat kontras.

Mereka berhenti sebentar agar Raden Untureges bisa memasukkan penisnya ke pantat Gusti Permaisuri Suciwati, didorong tubuhnya ke depan hingga agak menelungkup. Raden Untureges meringis ketika memasukkan penisnya ke dubur Gusti Ayu Suciwati karena sempit sehingga rasanya sedikit ngilu, hal yang sama pun dirasakan oleh Gusti Permaisuri Suciwati.

Gusti Permaisuri Suciwati menjerit jerit merasakan dua penis yang memompa dua lubangnya. Jeritannya bertambah memilukan karena Raden Brutulancip menjilati buah dadanya, yang menggantung itu dijilati Raden Brutulancip dari bawah, sedangkan konde rambutnya dijambak seperti mengendarai kuda. Tangannya yang satu lagi tidak tinggal diam, kadang meremas buah dadanya, kadang mengelus punggung dan pantatnya, serta sesekali ditampar pantatnya hingga dia menjerit.

Detik-detik terakhir menjelang orgasme, gerakan dan sodokkan kontolnya diliang dubur Gusti Ayu Suciwati semakin liar saja, sodokannya pun dipercepat. Akhirnya ditengah sodokan mereka yang belum menunjukkan tanda-tanda berhenti dia orgasme yang ke sekian kalinya. keduanya terus menggenjotnya tanpa mempedulikan Gusti Permaisuri Suciwati yang sudah kecapean.

Pada akhirnya Raden Untureges dan Raden Brutulancip menyiram tubuhnya dengan sperma mereka, Raden Brutulancip menyiram dada dan perutnya, sedangkan Raden Untureges menyiram mukanya sampai rambut kondenya juga terkena pucratan sperma.

Saat itu Den Ayu Susilowati,dan Den Ayu Sekarwati tadi keduanya hanya menyaksikan Gusti Permaisuri yang sedang diperkosa beramai ramai.
Bekas cupangan memerah masih nampak pada kulit buah dada dan leher putih, Den Ayu Sekarwati dan Den Ayu Susilowati,

Bukan cuma menjilat, Raden Pelijaran juga memasukkan jarinya ke liang vagina Den Ayu Suciwati, diputar-putar seperti mengaduknya sementara lidahnya terus menjilati bibir vaginanya. Setelah puas menjilat, Raden Pelijaran menyuruh Raden Cangkemombo menyingkir, dia angkat sedikit pinggul Den Ayu Suciwati dan menekankan penisnya pada belahan kemaluan itu, dia melenguh ketika kepala penisnya sudah mulai masuk, lalu ditekan lagi dan lagi. Den Ayu Suciwati menahan nafas dan menggigit bibir merasakan benda sebesar itu menyeruak ke vaginanya.

“…Aaakkhh…!” erangan panjang keluar dari mulut Gusti Ayu Suciwati saat penis Raden Pelijaran masuk seluruhnya dengan satu hentakan kuat.

Penis itu keluar-masuk dengan cepatnya, suara desahan Gusti Ayu Suciwati seirama dengan ayunan pinggul Raden Peli Jaran. Desahan itu sesekali teredam bila ada yang mencium atau memasukkan penis ke mulutnya.

“…Hehehe…liat tuh teteknya goyang-goyang, lucu ya…!” sahut Raden Untureges memperhatikan buah dada yang ikut tergoncang karena tubuhnya terhentak-hentak

“…Mulutnya enak, hangat, terus Gusti Ayu, mainin lidahnya…!” kata Raden Brutulancip yang lagi keenakan penisnya diemut Den Ayu Suciwati.

“…Uuuhh…uuhh…iyahh !” jerit klimaks Raden Peli Jaran, penisnya dihujamkan dalam-dalam dan menyemprotkan spermanya di dalam liang kenikmatan ndoronya.

Posisi Raden Pelijaran segera digantikan oleh Raden Lambe Ombo, dia melakukannya dalam posisi sama dengan rekannya tadi sambil tangannya menggerayangi pahanya dengan liar. Sementara Raden Brutulancip mengerang lebih panjang, wajahnya mendongak ke atas dan meringis. Rupanya dia telah orgasme dan spermanya ditumpahkan ke mulut Gusti Ayu Suciwati, dia dipaksa menyedotnya, namun sebagian meleleh keluar bibirnya, dikeluarkannya sebentar untuk dikocok dan diperas, maka sperma itu pun nyiprat ke wajahnya.

Kemudian dijilatnya lagi penis Raden Brutulancip yang mulai menyusut membersihkannya dari sisa-sisa sperma. Tugas Gusti Ayu Suciwati menjadi sedikit lebih ringan setelah dua orang yang telah dibuatnya orgasme menyingkir, keduanya kini terduduk di pinggirnya, memulihkan tenaga sambil sesekali megang-megang tubuhnya. Tubuh Gusti Ayu Suciwati menggelinjang merasakan sensasi yang selama ini belum dia rasakan, tangannya yang menggenggam penis Raden Untureges namRaden semakin gencar mengocoknya sehingga pemiliknya melenguh keenakan.

“…Aahhh…emm…gitu Gusti Ayu, enak…oohhh !” sambil tangannya meremasi buah dadanya.

Raden Raiwedus yang tadi menyusu sekarang mulai menciumi perut Gusti Ayu Suciwati yang rata, tangan kirinya memainkan putingnya, tangan kanannya mengelus pantatnya. Gusti Ayu permaisuri Suciwati yang digangbang, oleh kelima abdi dalemnya itu sudah mulai kepayahan.

Gusti Ayu Suciwati kembali orgasme oleh genjotan Raden Peli Jaran, badannya lemas bercucuran keringat, namun mereka terus menggumulinya. Gerakan Raden Pelijaran semakin cepat dan menggumam-gumam tak jelas, tapi sebelum spermanya keluar, dia mencabut penisnya dan langsung menaiki dadanya.

“…permisi, minggir dulu dong, tanggung nih, pengen ngentot pake teteknya sebelum ngecret…!” kata Raden Pelijaran tergesa.

Segera dia jepitkan penisnya diantara dua gunung kembar itu lalu digesek-gesekkannya penisnya disana dengan lancar karena sudah licin oleh cairan cinta. Tak sampai tiga menit spermanya sudah muncrat, cipratannya berceceran di dada, leher, wajah dan sebagian rambut Gusti Ayu Suciwati. Setelahnya dia menyuruh Gusti Ayu Suciwati menjilati penisnya hingga bersih mengkilat.

Dua orang lagi yang masih menggumulinya, Raden Raiwedus dan Raden Untureges, mengangkat tubuhnya dan membaringkannya ke ranjang tempat Den Ayu Sekarwati digarap. Raden Raiwedus membalikkan tubuh Den Ayu Suciwati hingga telungkup, pantatnya diangkat hingga menungging, dengan posisi ini dia memasukkan penisnya ke vagina Gusti Ayu Suciwati dari belakang. Disodokkannya benda itu berkali-kali dengan keras, sehingga Den Ayu Suciwati mengerang makin histeris.

“…aaawww…sakiiit…!”

Raden Untureges tidak meneruskan aktivitasnya dengan Gusti Ayu Suciwati, dia meninggalkannya berduaan dengan Raden Raiwedus. Sementara dia sendiri menghampiri selir tadi dan kedua tangan gemuknya melingkari perut Den Ayu Sekarwati dari belakang, agaknya dia masih penasaran karena belum sempat menikmati Den Ayu Sekarwati.

Telapak tangannya bergerak ke atas membelai buah dada Den Ayu Sekarwati, sedangkan yang satunya ke bawah membelai kemaluannya, mulutnya mencupangi bahunya. Den Ayu Sekarwati memejamkan mata menghayati setiap elusan tangan kasar itu pada bagian-bagian sensitifnya, desahan pelan keluar dari mulutnya.

Tangannya lalu menarik wajah Den Ayu Sekarwati ke belakang, begitu dia menoleh bibirnya langsung dipagut. Keduanya terlibat percumbuan yang panas, sedotan-sedotan kuat dan permainan lidah terlibat di dalamnya. Dengan terus berciuman tangan kanannya beraksi di kemaluan Den Ayu Sekarwati, jari-jari itu menggosok-gosok belahan kemaluannya, kadang juga masuk dan berputar-putar di dalamnya.

Permainan jari Raden Untureges yang lihai membuat tubuh Den Ayu Sekarwati bergetar dan vaginanya melelehkan cairan. Sedangkan tangan kirinya meraba-raba bagian tubuh lainnya, lengan, dada, perut, paha, pantat, dll. Setelah mencumbunya selama beberapa menit, lidah Raden Untureges kini menjilati lehernya dan menggelikitik telinganya.

Di lain pihak, Den Ayu Susilowati menaik-turunkan tubuhnya dengan lebih kencang, diantara desahannya terdengar kata-kata tak jelas, tangannya juga
diremaskan ke buah dadanya, gelagat ini menunjukkan dia sudah di ambang
orgasme.

Di ranjang sana, Raden Raiwedus menyetubuhi Gusti Ayu Suciwati dengan ganasnya dengan doggie style. Mata Gusti Ayu Suciwati merem-melek dan mendesah tak karuan akibat sodokan-sodokan yang diberikan Raden Raiwedus. Raden Pelijaran menghampiri mereka lalu duduk mekangkang di depan Den Ayu Suciwati.

Tangannya menjenggut rambut Den Ayu Suciwati dan menjejalkan penisnya ke dalam mulutnya, tentu saja benda sebesar dan berdiameter selebar itu tidak muat di mulut Den Ayu Suciwati yang mungil. Susah payah Den Ayu Suciwati berusaha menyesuaikan diri, pelan-pelan kepalanya mulai naik-turun mengisap benda itu.

Desahan tertahan masih terdengar dari mulutnya, pada dinding pipinya kadang terlihat tonjolan dari penis Raden Pelijaran yang bergerak maju-mundur. Raden Pelijaran mengelus punggung dan dadanya sambil menikmati penisnya dikulum Gusti Ayu Suciwati.

Raden Raiwedus hampir klimaks, genjotannya semakin cepat, tak lama kemudian dia mendesah panjang dengan mencengkram erat bongkahan pantatnya, spermanya menyemprot di dalam vaginanya, ketika dia cabut penisnya, nampak cairan kental itu masih menjuntai seperti benang laba-laba, sebagian meleleh di sekitar pangkal paha Den Ayu Suciwati.

Melihat vagina Gusti Ayu Suciwati nganggur, Raden Pelijaran menyuruhnya menghentikan kulumannya dan naik ke pangkuannya. Den Ayu Suciwati yang klimaksnya tertunda karena Raden Raiwedus sudah keluar duluan segera menaiki penis Raden Peli Jaran. Sebelum mulai, pria kurus itu meminta lap basah pada Raden Brutulancip untuk mengelap ceceran sperma di sekujur tubuh Gusti Ayu Suciwati.

Gusti Ayu Suciwati menaik-turunkan pinggulnya dengan gencar di atas penis Raden Peli Jaran, buah dadanya pun ikut terayun-ayun seiring gerak badan. PemLambe Omboan itu membuat Raden Pelijaran tidak tahan untuk tidak melumatnya, mulutnya menangkap buah dada yang kanan dan mengenyot-ngeyotnya, sementara tangannya bergerilya menyusuri lekuk-lekuk tubuh yang indah itu.

Keringat sudah bercucuran membasahi tubuh Gusti Ayu Suciwati yang sudah bekerja keras melayani lima pria sekaligus, rambutnya sudah acak-acakan, namun itulah yang menambah pesonanya. Desahan nikmat Gusti Ayu Suciwati memacu Raden Pelijaran untuk terus melahap dada, leher, dan ketiaknya.

Setelah puas melakukan foreplay bersama Den Ayu Sekarwati, Raden Untureges menyuruhnya nungging, masih dalam posisi berdiri, Den Ayu Sekarwati mencondongkan badan ke depan dengan tangan bertumpu pada kepala kursi.
Den Ayu Sekarwati yang sudah horny berat itu pun tanpa sungkan-sungkan mengulurkan tangan ke belakang membuka bibir vaginanya, gatel minta ditusuk. Raden Pelijaran mengerti bahasa tubuh Den Ayu Sekarwati, dia pun segera melesakkan penisnya masuk ke lubang itu.

“Aarrghh…enak Raden, terus…terus !” jerit Den Ayu Sekarwati

dia merintih-rintih dan sesekali menggigit bibir bawah. dari belakangnya Raden Pelijaran menggerayangi tubuhnya sambil terus menggenjotinya, buah dadanya tampak berayun-ayun menggoda. putri77.ocm Beberapa kali tubuh Den Ayu Sekarwati tersentak-sentak kalau Raden Pelijaran memberikan sodokan keras padanya. Raden Pelijaran suka sekali melihat wajahnya yang seksi saat itu.

Den Ayu Susilowati yang tadi membersihkan dirinya dari sisa sperma ditubuhnya kini sudah diajak Raden Cangkemombo memulai babak berikutnya. Dia berdiri memeluk Den Ayu Susilowati dengan kedua tangan kasarnya, mendekapkan tubuh Den Ayu Susilowati ke tubuhnya hingga dada mereka saling melekat

“…Den Ayu…Den Ayu Susilowati, mmm..” dengan bernafsu dia memagut bibirnya dan melumatnya

Den Ayu Susilowati juga balas menciumnya hingga lidah mereka saling melilit, mengeluarkan suara lenguhan, sepertinya dia mau membalas membuatku terbakar api cemburu seperti ketika aku mencumbu Den Ayu Sekarwati di depannya waktu baru datang tadi. Tangan Raden Cangkemombo meremas buah dadanya dan tangan satunya mengelus punggung hingga pinggulnya.

Kemudian dia mengangkat satu kaki Den Ayu Susilowati dan menempelkan penisnya di bibir vagina Den Ayu Susilowati. Secara refleks Den Ayu Susilowati melingkarkan tangan ke leher Raden Cangkemombo menahan badannya. Pelan-pelan Raden Cangkemombo mendorong pantatnya ke depan hingga penisnya menyeruak ke dalam vagina Den Ayu Susilowati. Mereka mendesah hampir bersamaan saat penis itu menerobos dan menggesek dinding vagina Den Ayu Susilowati.

Lima menit setelah mereka berpacu dalam posisi berdiri, Raden Cangkemombo menghentikan genjotannya sejenak, lalu dia angkat kaki Den Ayu Susilowati yang satunya. Sambil menggendong Den Ayu Susilowati, dia meneruskan lagi kocokannya, dengan begini tusukan-tusukan yang diterima Den Ayu Susilowati semakin terasa hujamannya, kedua buah dadanya tamRaden seksi tergoncang-goncang.

Gaya ini disebut monyet memanjat pohon kelapa, hebat juga Raden Cangkemombo ini sampai tahu variasi seks yang satu ini. Raden Cangkemombo yang usianya sudah senja itu tapi dia masih sanggup melakukan gaya ini cukup lama, sampai Den Ayu Susilowati dibuat orgasme dalam gendongannya. Badannya mengejang dan kepalanya Den Ayu Susilowati menengadah ke belakang serta mendesah panjang, dari selangkangannya cairan hasil persenggamaannya menetes-netes ke lantai. Tubuhnya yang lunglai mungkin sudah jatuh kalalu tangan Raden Cangkemombo yang kokoh tidak memeganginya.

Pada saat yang sama, Raden Pelijaran baru menuntaskan hajatnya terhadap Gusti Ayu Suciwati. Keduanya klimaks bersamaan, dia mencabut penisnya lalu isinya ditumpahkan ke wajah Gusti Ayu Suciwati, tidak sebanyak sebelumnya tumpah ruah tapi lumayan membasahi wajahnya.

Raden Brutulancip yang sudah siap bertarung lagi mendatanginya, dipeluknya Gusti Ayu Suciwati dan dicium-cium bagian-bagian tubuh sensitifnya sambil memberinya waktu untuk mendinginkan vaginanya yang kepanasan.

Raden Raiwedus menghampiri Den Ayu Sekarwati yang sedang dikerjai Raden Untureges. Dia menyusup dan duduk di antara Den Ayu Sekarwati dan kursi, tangan Den Ayu Sekarwati dipindahkan ke bahunya yang lebar. Mulutnya menangkap salah satu buah dada Den Ayu Sekarwati yang berayun-ayun, dengan nikmatnya dia menyedot-nyedot benda itu sambil meraba-raba tubuhnya. Di sisi lain, Den Ayu Susilowati sedang sibuk melayani Raden Cangkemombo dan Raden Pelijaran, tubuhnya terbaring di kursi dijilati dan digerayangi mereka.

Raden Raiwedus bersandar di tepi ranjang sambil merebahkan kepala, di pahanya Den Ayu Sekarwati yang tergolek lemas menyandarkan kepala dengan mata setengah terpejam, tak jauh disebelah mereka Raden Untureges juga terduduk lemas memangku betis Den Ayu Sekarwati di pahanya, sambil mengatur nafas, dia mengelusi betisnya yang mulus.

Pertempuran terakhir pun selesai tak lama kemudian, Raden Pelijaran menumpahkan spermanya ke punggung Den Ayu Susilowati setelah ber-doggie style di lantai. Yang tampangnya paling semrawut adalah Permaisuri Gusti Ayu Suciwati, dia sudah dikeroyok dan digilir lima orang, tubuhnya sudah berlumuran keringat, sperma, dan ludah, belum lagi pantatnya ada bekas tamparan tadi. Kasihan melihatnya, tapi dia sepertinya sudah sangat pasrah dengan nasibnya yang menjadi pemuas nafsu birahi kelima abdi dalemnya itu.

Pesta kelima abdi dalem itupu telah berakhir, lima jam tanpa terasa mereka telah memperkosa ketiga wanita bangsawan itu, hingga akhirnya kemudian ketiganya lalu diserahkan, kepada para prajurit kerajaan yang jumlahnya ratusan itu untuk dijadikan sarana pesta sex di alun alun kerajaan Segoro Bening. ,,,,,,,,,,,,,,,,

TAMAT.

Related posts