Pembantu Yang Bercumbu Dengan Anak Majikan

 

Pembantu Yang Bercumbu Dengan Anak Majikan – Sienny Lima bulan sudah aku bekerja sebagai seorang pembantu rumahtangga di keluarga Pak Sandi, Aku memang bukan seorang yang makan ilmu bertumpuk, hanya lulusan SD saja di kampungku. Tetapi karena niatku untuk bekerja memang sudah tidak bisa ditahan lagi, akhirnya aku pergi ke kota jakarta, dan beruntung bisa memperoleh majikan yang baik dan bisa memperhatikan kesejahteraanku.Ibu Sandi pernah berkata kepadaku bahwa beliau menerimaku menjadi pembantu rumahtangga dirumahnya lantaran usiaku yang relatif masih muda. Beliau tak tega melihatku luntang-lantung di kota besar ini. “Jangan-jangan kamu nanti malah dijadikan wanita panggilan oleh para calo WTS yang tidak bertanggung jawab.” Itulah yang diucapkan beliau kepadaku.Usiaku memang masih 18 tahun dan terkadang aku sadar bahwa aku memang lumayan cantik, berbeda dengan para gadis desa di kampungku. Pantas saja jika Ibu Sandi berkata begitu terhadapku.

Namun akhir-akhir ini ada sesuatu yang mengganggu pikiranku, yakni tentang perlakuan anak majikanku Mas Iky terhadapku. Mas Iky adalah anak bungsu keluarga Bapak Sandi. Dia masih kuliah di semester 4, sedangkan kedua kakaknya telah berkeluarga. Mas Iky baik dan sopan terhadapku, hingga aku jadi aga segan bila berada di dekatnya. Sepertinya ada sesuatu yang bergetar di hatiku. Jika aku ke pasar, Mas Iky tak segan untuk mengantarkanku.Bahkan ketika naik mobil aku tidak diperbolehkan duduk di jok belakang, harus di sampingnya. Ahh.. Aku selalu jadi merasa tak Enak. Pernah suatu malam sekitar pukul 20.00, Mas Iky hendak membikin mie instan di dapur, aku bergegas mengambil alih dengan alasan bahwa yang dilakukannya pada dasarnya adalah tugas dan kewajibanku untuk bisa melayani majikanku. Tetapi yang terjadi Mas Iky justru berkata kepadaku, “Nggak usah, Sienny. Biar aku saja, ngga apa-apa kok..”“Nggak.. nggak apa-apa kok, Mas”, jawabku tersipu sembari menyalakan kompor gas.

Tiba-tiba Mas Iky menyentuh pundakku. Dengan lirih dia berucap, “Kamu sudah capek seharian bekerja, Sienny. Tidurlah, besok kamu harus bangun khan..”Aku hanya tertunduk tanpa bisa berbuat apa-apa. Mas Iky kemudian melanjutkan memasak. Namun aku tetap termangu di sudut dapur. Hingga kembali Mas Iky menegurku.“Sienny, kenapa belum masuk ke kamarmu. Nanti kalau kamu kecapekan dan terus sakit, yang repot kan kita juga. Sudahlah, aku bisa masak sendiri kalau hanya sekedar bikin mie seperti ini.”Belum juga habis ingatanku saat kami berdua sedang nonton televisi di ruang tengah, sedangkan Bapak dan Ibu Sandi sedang tidak berada di rumah. Entah kenapa tiba-tiba Mas Iky memandangiku dengan lembut. Pandangannya membuatku jadi salah tingkah.“Kamu cantik, Sienny.”

Aku cuma tersipu dan berucap,

“Teman-teman Mas Iky di kampus kan lebih cantik-cantik, apalagi mereka kan orang-orang kaya dan pandai.”

“Tapi kamu lain, Sienny. Pernah tidak kamu membayangkan jika suatu saat ada anak majikan mencintai pembantu rumahtangga-nya sendiri?”

“Ah.. Mas Iky ini ada-ada saja. Mana ada cerita seperti itu”, jawabku.

“Kalau kenyataannya ada, bagaimana?”

“Iya.. nggak tahu deh, Mas.”Kata-katanya itu yang hingga saat ini membuatku selalu gelisah. Apa benar yang dikatakan oleh Mas Iky bahwa ia mencintaiku? Bukankah dia anak majikanku yang tentunya orang kaya dan terhormat, sedangkan aku cuma seorang pembantu rumahtangga? Ah, pertanyaan itu selalu terngiang di benakku.Tibalah aku memasuki bulan ke tujuh masa kerjaku. Sore ini cuaca memang sedang hujan meski tak seberapa lebat. Mobil Mas Iky memasuki garasi. Kulihat pemuda ini berlari menuju teras rumah. Aku bergegas menghampirinya dengan membawa handuk untuk menyeka tubuhnya.“Bapak belum pulang?” tanyanya padaku.

“Belum, Mas.”

“Ibu.. pergi..?”

“Ke rumah Bude Mami, begitu ibu bilang.”

Mas Iky yang sedang duduk di sofa ruang tengah kulihat masih tak berhenti menyeka kepalanya sembari membuka bajunya yang rada basah. Aku yang telah menyiapkan segelas kopi susu panas menghampirinya. Saat aku hampir meninggalkan ruang tengah, kudengar Mas Iky memanggilku. Kembali aku menghampirinya.

“Kamu tiba-tiba membikinkan aku minuman hangat, padahal aku tidak menyuruhmu kan”, ucap Mas Iky sembari bangkit dari tempat duduknya.

“Sienny, aku mau bilang bahwa aku menyukaimu.”

“Maksud Mas Apa bagaimana?”

“Apa aku perlu jelaskan?” sahut Mas Iky padaku.Tanpa sadar aku kini berhadap-hadapan dengan Mas Iky dengan jarak yang sangat dekat, bahkan bisa dikatakan terlampau dekat. Mas Iky meraih kedua tanganku untuk digenggamnya, dengan sedikit tarikan yang dilakukannya maka tubuhku telah dalam posisi sedikit terangkat merapat di tubuhnya. Sudah pasti dan otomatis pula aku semakin dapat menikmati wajah ganteng yang rada basah akibat guyuran hujan tadi. Demikian pula Mas Iky yang semakin dapat pula menikmati wajah bulatku yang dihiasi bundarnya bola mataku dan mungilnya hidungku.Kami berdua tak bisa berkata-kata lagi, hanya saling melempar pandang dengan dalam tanpa tahu rasa masing-masing dalam hati. Tiba-tiba entah karena dorongan rasa yang seperti apa dan bagaimana bibir Mas Iky menciumi setiap lekuk mukaku yang segera setelah sampai pada bagian bibirku, aku membalas pagutan ciumannya.Kurasakan tangan Mas Iky merambah naik ke arah dadaku, pada bagian gumpalan dadaku tangannya meremas lembut yang membuatku tanpa sadar mendesah dan bahkan menjerit lembut. Sampai disini begitu campur aduk perasaanku, aku merasakan nikmat yang berlebih tapi pada bagian lain aku merasakan nikmat yang berlebih tapi pada bagian lain aku merasakan takut yang entah bagaimana aku harus melawannya.Namun campuran rasa yang demikian ini segera terhapus oleh rasa nikmat yang mulai bisa menikmatinya, aku terus melayani dan membalas setiap ciuman bibirnya yang di arahkan pada bibirku berikut setiap lekuk yang ada di bagian dadaku.

Aku semakin tak kuat menahan rasa, aku menggelinjang kecil menahan desakan dan gelora yang semakin memanas.Ia mulai melepas satu demi satu kancing baju yang kukenakan, sampailah aku telanjang dada hingga buah dada yang begitu ranum menonjol dan memperlihatkan diri pada Mas Iky. Semakin saja Mas Iky memainkan bibirnya pada ujung buah dadaku, dikulumnya, diciuminya, bahkan ia menggigitnya. Golak dan getaran yang tak pernah kurasa sebelumnya, aku kini melayang, terbang, aku ingin menikmati langkah berikutnya, aku merasakan sebuah kenikmatan tanpa batas untuk saat ini.Aku telah mencoba untuk memerangi gejolak yang meletup bak gunung yang akan memuntahkan isi kawahnya. Namun suara hujan yang kian menderas, serta situasi rumah yang hanya tinggal kami berdua, serta bisik goda yang aku tak tahu darimana datangnya, kesemua itu membuat kami berdua semakin larut dalam permainan cinta ini. Pagutan dan rabaan Mas Iky ke seluruh tubuhku, membuatku pasrah dalam rintihan kenikmatan yang kurasakan. Tangan Mas Iky mulai mereteli pakaian yang dikenakan, iapun telanjang bulat kini. Aku tak tahan lagi, segera ia menarik dengan keras celana dalam yang kukenakan. Tangannya terus saja menggerayangi sekujur tubuhku. Kemudian pada saat tertentu tangannya membimbing tanganku untuk menuju tempat yang diharapkan, dibagian bawah tubuhnya. Mas Iky dan terdengar merintih.Buah dadaku yang mungil dan padat tak pernah lepas dari remasan tangan Mas Iky. Sementara tubuhku yang telah telentang di bawah tubuh Mas Iky menggeliat-liat seperti cacing kepanasan.

Hingga lenguhan di antara kami mulai terdengar sebagai tanda permainan ini telah usai. Keringat ada di sana-sini sementara pakaian kami terlihat berserakan dimana-mana. Ruang tengah ini menjadi begitu berantakan terlebih sofa tempat kami bermain cinta denga penuh gejolak.Ketika senja mulai datang, usailah pertempuran nafsuku dengan nafsu Mas Iky. Kami duduk di sofa, tempat kami tadi melakukan sebuah permainan cinta, dengan rasa sesal yang masing-masing berkecamuk dalam hati. “Aku tidak akan mempermainkan kamu, Sienny. Aku lakukan ini karena aku mencintai kamu. Aku sungguh-sungguh, Sienny. filmbokepjepang.com Kamu mau mencintaiku kan..?” Aku terdiam tak mampu menjawab sepatah katapun.Mas Iky menyeka butiran air bening di sudut mataku, lalu mencium pipiku. Seolah dia menyatakan bahwa hasrat hatinya padaku adalah kejujuran cintanya, dan akan mampu membuatku yakin akan ketulusannya. Meski aku tetap bertanya dalam sesalku, “Mungkinkah Mas Iky akan sanggup menikahiku yang hanya seorang pembantu rumah tangga?”Sekitar pukul 19.30 malam, barulah rumah ini tak berbeda dengan waktu-waktu kemarin. Bapak dan Ibu Sandi seperti biasanya tengah menikmati tayangan acara televisi, dan Mas Iky mendekam di kamarnya. Yah, seolah tak ada peristiwa apa-apa yang pernah terjadi di ruang tengah itu.Sejak permainan cinta yang penuh nafsu itu kulakukan dengan Mas Iky, waktu yang berjalan pun tak terasa telah memaksa kami untuk terus bisa mengulangi lagi nikmat dan indahnya permainan cinta tersebut. Dan yang pasti aku menjadi seorang yang harus bisa menuruti kemauan nafsu yang ada dalam diri. Tak peduli lagi siang atau malam, di sofa ataupun di dapur, asalkan keadaan rumah lagi sepi, kami selalu tenggelam hanyut dalam permainan cinta denga gejolak nafsu birahi.

Selalu saja setiap kali aku membayangkan sebuah gaya dalam permainan cinta, tiba-tiba nafsuku bergejolak ingin segera saja rasanya melakukan gaya yang sedang melintas dalam benakku tersebut. Kadang aku pun melakukannya sendiri di kamar dengan membayangkan wajah Mas Iky.Pembantu Yang Bercumbu Dengan Anak Majikan- Nafsu Sienny BergejolakBahkan ketika di rumah sedang ada Ibu Sandi namun tiba-tiba nafsuku bergejolak, aku masuk kamar mandi dan memberi isyarat pada Mas Iky untuk menyusulnya. Untung kamar mandi bagi pembantu di keluarga ini letaknya ada di belakang jauh dari jangkauan tuan rumah. Aku melakukannya di sana dengan penuh gejolak di bawah guyuran air mandi, dengan lumuran busa sabun di sana-sini yang rasanya membuatku semakin saja menikmati sebuah rasa tanpa batas tentang kenikmatan.Walau setiap kali usai melakukan hal itu dengan Mas Iky, aku selalu dihantui oleh sebuah pertanyaan yang itu-itu lagi dan dengan mudah mengusik benakku: “Bagaimana jika aku hamil nanti? Bagaimana jika Mas Iky malu mengakuinya, apakah keluarga Bapak Sandi mau merestui kami berdua untuk menikah sekaligus sudi menerimaku sebagai menantu? Ataukah aku bakal di usir dari rumah ini?

Atau juga pasti aku disuruh untuk menggugurkan kandungan ini?” Ah.. pertanyaan ini benar-benar membuatku seolah gila dan ingin menjerit sekeras mungkin. Apalagi Mas Iky selama ini hanya berucap: “Aku mencintaimu, Sienny.” Seribu juta kalipun kata itu terlontar dari mulut Mas Iky, tidak akan berarti apa-apa jika Mas Iky tetap diam tak berterus terang dengan keluarganya atas apa yang telah terjadi dengan kami berdua.Akhirnya terjadilah apa yang selama ini kutakutkan, bahwa aku mulai sering mual dan muntah, yah.. aku hamil! Mas Iky mulai gugup dan panik atas kejadian ini.

“Kenapa kamu bisa hamil sih?” Aku hanya diam tak menjawab.

“Bukankah aku sudah memberimu pil supaya kamu nggak hamil. Kalau begini kita yang repot juga..”

“Kenapa mesti repot Mas? Bukankah Mas Iky sudah berjanji akan menikahi Sienny?”

“Iya.. iya.. tapi tidak secepat ini Sienny. Aku masih mencintaimu, dan aku pasti akan menikahimu, dan aku pasti akan menikahimu. Tetapi bukan sekarang. Aku butuh waktu yang tepat untuk bicara dengan Bapak dan Ibu bahwa aku mencintaimu..”Yah.. setiap kali aku mengeluh soal perutku yang kian bertambah usianya dari hari ke hari dan berganti dengan minggu, Mas Iky selalu kebingungan sendiri dan tak pernah mendapatkan jalan keluar. Aku jadi semakin terpojok oleh kondisi dalam rahim yang tentunya kian membesar.Genap pada usia tiga bulan kehamilanku, keteguhkan hatiku untuk melangkahkan kaki pergi dari rumah keluarga Bapak Sandi. Kutinggalkan semua kenangan duka maupun suka yang selama ini kuperoleh di rumah ini. Aku tidak akan menyalahkan Mas Iky. Ini semua salahku yang tak mampu menjaga kekuatan dinding imanku.Subuh pagi ini aku meninggalkan rumah ini tanpa pamit, setelah kusiapkan sarapan dan sepucuk surat di meja makan yang isinya bahwa aku pergi karena merasa bersalah terhadap keluarga Bapak Sandi.

Hampir setahun setelah kepergianku dari keluarga Bapak Sandi, Aku kini telah menikmati kehidupanku sendiri yang tak selayaknya aku jalani, namun aku bahagia. Hingga pada suatu pagi aku membaca surat pembaca di Tabloid terkenal. Surat itu isinya bahwa seorang pemuda Iky mencari dan mengharapkan isterinya yang bernama Sienny untuk segera pulang. Pemuda itu tampak sekali berharap bisa bertemu lagi dengan si calon isterinya karena dia begitu mencintainya.Aku tahu dan mengerti benar siapa calon isterinya. Namun aku sudah tidak ingin lagi dan pula aku tidak pantas untuk berada di rumah itu lagi, rumah tempat tinggal pemuda bernama Iky itu. Aku sudah tenggelam dalam kubangan ini. Andai saja Mas Iky suka pergi ke lokalisasi, tentu dia tidak perlu harus menulis surat pembaca itu. Mas Iky pasti akan menemukan calon istrinya yang sangat dicintainya. Agar Mas Iky pun mengerti bahwa hingga kini aku masih merindukan kehangatan cintanya. Cinta yang pertama dan terakhir bagiku.

Kehilangan Perjaka Oleh Seorang Jablay

Setelah sejak siang hari bekerja mengangkut beras kekios tempatnya bekerja Wawan nangkring bersama beberapa kuli yang lain. Sudah dua hari anak kampung yang baru 16 tahun itu bekerja. Badannya cukup berisi karena sudah biasa bekerja di sawah membantu bapaknya di kampung. Saat Panceklik dia mencoba mencari tambahan ke kota Jakarta, dan mendapat pekerjaan di kios beras pak Dimas. Saat asik melihat kuli lain yang sedang main kartu datang beberapa perempuan yang biasa mangkal disitu dan melayani birahi para kuli dengan bayaran yang memang “murah”, untuk ukuran orang gedean. Seperti biasa dengan suara yang sedikit keras mereka menggoda para kuli itu.“Wah neng lagi bokek euy, kalo boleh ngutang mah akang mau”, kata salah seorang diantara mereka.

“Wah emang warung nasi, kalo mau maen ya bayar dulu tidak bisa ngutang atuh”, perempuan muda yang bernama Desi itu menjawab.Desi tidak terlalu cantik, badannya bahenol usiannya sudah kepala tiga, janda ditinggal kabur suaminya, “Eh kang itu siapa, anak baru ya?”, kata Desi saat melihat Wawan yang sedikit keheranan melihat kedatangannya.

“iya masih ingusan, dari Garut baru dua hari disini”, Desi tersenyum genit dan mendekati Wawan yang dari tadi melihatnya.

“kenapa jang kok kayak tidak pernah liat perempuan aja”

“Ah enggak teh”, Wawan menjawab dengan malu-malu.

“Wah neng anak kecil belon bisa apa-apa mendingan sama saya saja”

“Apa ngutang tidak sudi, mendingan sama barang baru masih orsinil kan asik dapet perjaka, ayo jang ikut saya saja kan bisa ngobrol berdua dari pada di sini sama mereka.”

“Awas jang jangan kena di rayu entar kena sipilis kamu”

“Eh jangan suka nakutin orang ya saya mah rajin ke dokter nggak bakalan kena sipilis udah disuntik tau”, sambil mengacungkan tinjunya Desi memaki para kuli itu dengan sedikit marah.Wawan agak rikuh juga karena Desi menggandeng tangannya, kemudian mereka berdua ngobrol disalah satu warung kopi.“Jang mau nemenin saya gak, tidak usah bayar lah ya…, sekarang kamu anterin saya pulang ayo, ntar saya kasih sesuatu yang enak pisan, mau kan…”Wawan cuma bisa tersenyum dan mengangguk perlahan. Kemudian mereka berjalan berdua menyusuri gang di belakang pasar menuju ke rumah Desi yang kebetulan dekat dengan pasar. Sampai dirumah Desi kemudian menyuruh Wawan masuk dan kemudian mengunci pintu, Wawan sedikit keheranan“ayo atuh jangan malu-malu, nggak apa-apa disini mah sudah biasa kayak gini sini”, Kata Desi.

“Aku ngerti kok kamu belum pernah makanya mau saya ajarin mau kan”, kata Desi sambil membelai dada Wawan yang bidang.Wawan hanya diam gemetaran, tidak tahu harus berbuat apa kepalanya mengangguk perlahan.Lonte Yang Sudah Merebut Keperjakaanku-Desi topless“Baju kamu dibuka aja ya”, kata Desi sambil menarik kaos yang dipakai Wawan, dan kemudian dia membuka risleting celana yang dipakai Wawan.Dengan bernafsu Desi mencium bibir Wawan yang kebingungan diperlakukan seperti ini, namun karena godaan Desi Wawan juga mulai terbakar birahi. Desi mendorong Wawan ketempat tidur sehingga Wawan jatuh terlentang diatas tempat tidur, kemudian Desi menarik celana Wawan sehingga anak itu bugil. Kontol Wawan sudah berdiri dan dengan refleks dia menutupi kontolnya itu. Desi hanya tersenyum melihatnya.“Wah sama saya sih nggak usah malu-malu udah sering lihat yang kayak gitu..”

Kemudian Desi membuka bajunya, Wawan makin salah tingkah melihat ada wanita yang bugil didepan dia. Kemudian Desi naik ke tempat tidur dan menciumi bibir, dada dan menggigit puting Wawang.“ahhh aduh geli teh”, Wawan mendesah kegelian diperlakukan seperti itu.

“Sekarang aja ya dimasukin sama teteh.”

Desi memengang kontol Wawan dan mengarahkannya ke memeknya. Wawan melihatnya masih dengan badan gemetaran.“akhhh…” Wawan mendesah saat kontolnya masuk kedalam memek Desi, matanya terpejam menikmati sensasi yang baru dia rasakan di kontolnya.“akhh…sss enak kan Wan,” Desi bergerak naik turun sambil meremas-remas susunya.

Wawan merem-melek menikmati goyangan Desi, kontolnya serasa dipijat dan disedot di dalam memek Desi, kemudian pantatnya mulai naik turun mengikuti gerakan Desi dan tangannya meremas-remas seprei, baru saat Desi membimbing tangannya ke susu Desi“Remas Wan… Aakhh”. Wawan meremas-remas susu Desi, dan saat susu itu disodorkan kemulutnya Wawan mulai mengemutnya persis seperti masih bayi, tapi kemudian berhenti saat Desi menegakkan badannya.Desi masih asik menggoyang pantatnya dan tangannya meremas-remas dada Wawan. Wawan mulai gelisah tangannya kadang meremas susu, kadang meremas seprei dan kadang memegang pinggang Desi seolah-olah mengatur agar Desi menekan sedalam mungkin.“Aduh… teh… Aakh”,Wawan mendesah, bicaranya mulai ngaco, nafasnya mulai memburu dan badannya mulai kejang, kepalanya mendongkak keatas, matanya terpejam dan pantatnya mengangkat naik dan crot…crot…crot… Entah berapa kali semburan yang keluar dari kontolnya dan akhirnya Wawan terkulai lemas.“Yaaa kan teteh belum, tapi tidak apa-apa istirahat dulu aja ya”, kata Desi dengan nada sedikit kecewa, mereka tidur sambil berpelukan.Saat pagi hari Wawan bangun dan melihat Desi yang tidur terlentang, dia melihat perempuan itu masih telanjang dan tertarik saat melihat gundukan daging yang ditumbuhi rambut halus, kemudian dia mulai meraba memek Desi. Saat Desi merasakan memeknya ada yang mengusap-usap dia terbangun melihat Wawan tersenyum dan membiarkan Wawan memperlakukannya seperti itu. Wawan kemudian naik ke atas tubuh Desi menindihnya dan mengarahkan kontolnya ke memek Desi lalu menekannya.“Akh…ngehh”

“Enak kan Wan sss… Akh.. Tekan yang dalem Wan.. Akhh…”Wawan menggerakkan pantatnya maju mundur dan Desi Menggoyangkan pinggulnya mengikuti gerakan maju mundur pantat Wawan. Hanya desahan yang terdengar dari mulut mereka berdua.“aduh Wan…terus… Akh.. Yaaa terus Wan yang kerasss akhh Wan yeah…terus akhh…”

“Akh teh Wawan mau keluarehh akh teh… sss.. Akkkh…ngahouch…”

“Teteh dateng Wan akh…din… Aouchhh…”Badan mereka berdua menegang, Desi mengangkat tinggi-tinggi pantat dan dadanya, sedangkan Wawan seperti busur panah, pantanya menekan memek Desi dan tangannya meremas seprei dan sesaat kemudian mereka terkulai lemas. Kepala Wawan rebahan di susu Desi dan kemudian tidur terlentang di sisi Desi. Beberapa saat kemudian.“Din yang tadi gratis tapi kalo mau teteh bersihin sekalian Wawan harus bayar yah murah kok cuman 20000 aja.”Wawan hanya mengangguk sambil tersenyum. Kemudian Desi mulai menjilati seluruh badan Wawan dada Wawan kemudian turun kebawah. Saat sampai di kontol Wawan Desi menjilati kepala kontoln Wawan yang masih sedikit tersisa spermanya yang mulai kering, dan kemudian mengulumnya.

“akh…teh..sss… Aduh..geli… Akhh…”, Wawan mendesah dan badannya gemetaran, da kontolnya mulai mengeras lagi.Desi terus mengulum kontol Wawan sambil mengocoknya. Wawan menggerakkan pantatnya naik turun.“akhh…teh…teehhhh ouch…” Sperma Wawan muncart dimulut Desi dan sebagian meler keluar dan membasahi kontolnya. Desi menelan semuanya dan kemudian menjilati sisa-sisa sperma Wawan sampai bersih. Setelah mandi Wawan membayar uang seperti yang telah dijanjikannya dan kembali pergi ke pasar.“Wan, kamu baru berapa hari kerja disini udah kesiangan, saya tahu kamu kemana, kalo nurut sama bapak mah kamu teh jangan terpengaruh sama perempuan kayak gitu ntar kena penyakit bahaya kan”, Pak Dimas menasehati Wawan. ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts