Kisah Di Kebon Tebu

Nubie ingin berbagi kisah imajinasi

PENTING :
Kisah ini hanya FIKTIF belaka. Nama, tempat, kejadian hanya karangan penulis semata. Tidak ada maksud melecehkan suku, ras, agama manapun. Gambar hanya pemanis.

Spoiler: Part 1 – Nafsu di Kebon Tebu Perkenalkan namaku Nisa, tepatnya Annisa saat ini masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas di kota Semarang.

Sebagai anak sekolahan memang sih aku tidak bisa dibilang cantik banget tapi lumayanlah… manis dan imut karena perawakanku yang kurus dengan kulit sawo matang, tapi ga item lho… Dengan rambut hitam panjang lurus ditambah poni didahi.

Aku tuh sedikit tomboi dan cukup supel diantara cewek-cewek dikelasku. Aku biasa bergaul dan membaur dengan siapa saja disekolah. Kalo cuma cowok sih biasa…

Banyak kok yang naksir atau pengin nembak gitu. Mungkin karena aku kadang suka centil, jadi di sekolah banyak fans. Hi..hi..hi…

Cuman aku merasa belum ada yang sreg, sih saat ini jadi just suka tebar-tebar pesonalah.
Eh, kebetulan sekarang tuh lagi libur soalnya sedang lebaran.

Aku sendiri di rumah anak kedua, aku punya kakak cowok tapi sedang kuliah di Jakarta dan kebetulan ga pulang saat mudik ini. Jadi mudik kali ini aku cuma sama bapak ibu aja mau pulang kampung ke Kudus.

Oh… ya. Memang aku tinggal di Semarang saat ini tapi dulu waktu kecil aku tinggal di Kudus, saat orang tuaku masih ikut dengan nenek.

Setelah silaturahmi sama keluarga besar dan tetangga rencana siang ini langsung mau berangkat ke Kudus. Supaya bisa sampai sana sebelum gelap.

Alhamdullilah lumayan lancar perjalanannya… Ya, mungkin karena masih lebaran hari pertama ya jadi sepi jalannya.

Ehmmm… Seneng banget sudah sampai di rumah nenek. Kebetulan kerabat yang lain belum datang jadi di rumah nenek cuma ada kakak sepupu cowok, namanya Toni orangnya sih kurus keriting gitu, pake kacamata ya agak culun dikit tampilannya. Umurnya sih cuma beda setahun lebih tualah.

Jadi dia tuh yang nemenin nenek disini, orang tuanya sendiri ada di Boyolali.

“Eh, gimana kabarmu, Ton? Habis SMA mau kuliah dimana?”
“Ga, tau Nis… pengennya sih keluar kota. Tapi ntar siapa dong yang jagain nenek.”
“Ya, udah disini aja!” timpalku.

Pagi-pagi setelah kita sekeluarga ziarah ke makam keluarga. Sekeluarga pada mau main kerumah kerabat yang ada di Kudus ceritanya.
Cuma aku agak males…

Malah temen-temen Toni pada datang kerumah. Mereka kaget ada aku disini, karena memang kebetulan aku sudah lama tidak ketemu juga.

Sebut saja Anton, Rudi dan Joko yang mana mereka juga temanku waktu kecil dulu.
“Eh, Nis… lama ga ketemu”.
“Iya, namanya juga di Semarang” jawabku.
“Maen yuk, Ton masa cuma di rumah aja” Anton mengajak Toni.
“Ajak juga tun si Nisa, lama kan ga maen bareng”
“Kemana?” jawabku.
“Ya, keliling sini ajalah.”
“Ya, udah aku mau bilang orang tua dulu, boleh ga?”
“Wokeh… kita pake motor lho. Kamu sama Toni aja.”

Singkat cerita kita berlima jalan-jalan keliling kampung mengenang masa kecil yang memang aku habiskan dikampung ini.

Sampai tiba di SD kami yang dulu. Keadaanya sepi dan kosong, mungkin karena lebaran.
Bahkan mandor penjaganya pun rumahnya terkunci.
Jadi kami memutuskan untuk ke kebon tebu.
Tepat di belakang SD terdapat kebon tebu yang luasnya berhektar-hektar.
Tempat ini begitu sepi.
Terlebih lagi tebu-tebunya belum dipanen, sehingga pohon-pohonya tinggi menjulang hingga 2 meter lebih.

“Hayo, dulu siapa yang suka nyolong tebu?” timpal Joko.
“Ya, kalian-kalian lah” jawabku.
“Mau ga Nis, tebu? Kita ambil di tengah-tengah kebon yang ada gubuknya. Jadi ntar aman”
“Ayo, ah ga pake lama” kata Anton.

Aku cuma diam saja mengikuti mereka berempat.
Sampai di gubuk di tengah kebon tebu yang luas dan sepi.
Kita duduk-duduk disana sambil ngobrol, sementara si Rudi sibuk mengupas tebu.

“Nih, Nis buatmu”
“Gede banget tebunya” sambil mengulum dan mengigit-gigit batang tebu yang memang cukup besar buatku.
“Eh, setel lagu donk. Sapa yang bawa hape!” pinta Toni
“Ga ada bro… Aku adanya film bokep” sahut Joko.
Aku pun tertawa mendengarnya.
“Memang ada yang baru, Jok?” tanya Toni
“Liat aja sendiri” merekapun malah menyetel film bokep di hape Joko.

Sementara aku asyik dengan mengulum tebu.
“Sini Nis, nonton bareng kamu kan dah gede.. Dah, ngerti jugakan beginian?”
Aku cuma mengangguk saja.
“Sini kamu ditengah biar jelas liatnya” pinta Rudi.
Sekitar 30 menitan kita habiskan untuk menonton film.
“Ini namanya film edukasi” timpal Anton.
“Huuuuu…” jawabku.

Aku pun lama kelamaan mulai terbawa oleh imajinasi dalam film tersebut.
Entah kenapa dadaku terasa sesak dan jantungku pun berdegup kencang.
seolah terhanyut terbawa suasana dalam film.
Dimana sang wanita menjadi obyek pemuas nafsu dari para laki-laki yang sedang menikmatinya.
Disana sang wanita menjadi giliran dari beberapa orang pria disekelilingnya. Sang wanita seolah tak berdaya cuma mampu menikmati apa yang dialaminya.

Entah kenapa perasaan aneh ini berkecamuk dalam dada. Nafasku pun berubah jadi berat.
Terhanyut dalam lamunanku.
“Kamu pengin Nis?”
“Enak aja…!!!” balasku.
“Kamu sudah punya cowok belum, sih Nis?”
“Belum emang kenapa?”
“Ya, baguslah!! Kamu pengin ga? Mukamu sampai merah gitu!”
“Iya, Nis… kita akan bikin kamu keenakan. Kita kan teman saling berbagi kebahagiaan!”

Entah kenapa susana berubah jadi tegang. Aku cuma diam saja tak mampu menjawab mereka.
“Oke, gini deh kita cuma pengin liat ‘itumu’ aja bolehkan?” sahut Anton.
“Cuma liat doangkan?” tanyaku.
“Iya…”
Mungkin efek film tadi membuatku mau saja mengiyakan permintaan mereka.
Sambil malu-malu aku mengangkat kaos v-neck hijauku.
Terlihatlah BH hitam dengan bordir ungu yang aku kenakan.
“Wooo…. mantep, ayo langsung jadi tok” teriak Joko
“Maaf ya, Nis…!!! Aku pengen liat tetekmu.”
Ternyata Rudi dengan sigap melepas pengikat BH-ku.
Aku pun makin tegang karena semua menatap kearahku. Terlebih lagi mereka semua cowok, sementara aku hanya cewek sendirian.

Akupun masih dalam pose mengangkat sedikit BH-ku seolah-olah sedang mencopot baju.

“Ih, mantep tetekmu, Nis!” Joko terkagum.
Tiba-tiba Rudi dari belakang memeluku dan langsung menjamah payudaraku yang membuatku terkejut.

“Maafin…. Aku Nis”
“Cluuuppp…”
“Hmmmphhh….”
“Hmmmphhhh….”

Rudi dari belakang langsung melumat bibirku. Dia menghisap-hisap mulutku, sementara lidahnya dijulurkan mengelitik rongga mulutku, seolah sedang mencari-cari lidahku.
Posisiku cukup sulit karena wajahku terkunci berciuman dengan Rudi.

Sementra kedua tanganku ingin melepas pelukan dari Rudi.
Tapi kedua tangannya langsung mencengkram mengunci tanganku.
Dalam posisi dimana kausku masih tersingkap dengan kedua payudara menantang keluar Anton dan Joko, seolah mereka tak mau ketinggalan langsung sigap keduanya mulai menghampiri dan menghisap-siap putingku.

“Hmmppphhhh…. Hmmmpphhh……”
Rasanya geli sekali saat keduanya menghisap-hisap, menjilat-jilat kedua puting susuku.
Darahkupun langsung naik ke atas ubun-ubun, menerima rangsangan seksual ini.
Air matapun tak kuasa kubendung lagi, aku mencoba melawan ketiganya.
Tapi seolah mereka tak lagi mempedulikan aku.

Entah tangan siapa?
Aku mulai merasakan ada yang berusaha melepas celanaku, tapi ku tak berdaya mencegahnya karena kedua tanganku masih tercengkram kuat.

Kakiku sekuat tenaga berusaha menyepaknya. Tapi sepertinya tak ada arti, celanaku berhasil ditarik dilepaskan semua, sehingga tampak pemandangan indah bagi mereka.
Paha yang mulus serta vagina yang ditumbuhi sedikit bulu.
Aku terbiasa mencukur dan merawatnya bulu kemaluanku.

Aku mulai merasakan kegelian yang luar biasa dari bawah, karena ternyata Toni saudara sepupu sendirilah yang sedang menjilati vaginaku.
Kepalanya dibenamkan tepat persis diselangkanganku.
Rambut keriting ikalnya membuat pahaku yang mulus makin geli.

Kegilaan macam apa yang kurasakan ini???
Aku belum pernah merasakan hal ini sebelumnya.

Toni pun mulai menghisap-hisap kemaluanku.
“Slruuupppp…. Slruuuppppp….”

“Hmmmphhh….”
“Hmmmphhh….”

Tak kuasa diri ini.
Rasanya ada perasaan cemas bercampur bahagia yang melayang ke ubun-ubun.
Perasaan geli ini bukan saja dari kemaluanku tapi juga dari payudaraku.

“Achhhh…. achhh…”
“Achh…. achhhh… STOP!!! Aku ga tahan lagi”
Akhirnya aku mampu melepaskan mulutku dari lumatan Rudi.

Mereka semuapun berhenti.
“Kita semua sama Nis, kita juga ga tahan sama kamu”.

Mereka semuapun berhenti.
“Kita semua sama Nis, kita juga ga tahan sama kamu”.
“Kami nafsu banget.” jawab Toni.
“Sudahlah gini aja kita ga akan maksa lagi, tapi mohon Nis, untuk kamu mau kerjasama”.
“Kami ga bakal bikin kamu sampai hamil kok.”

Aku pun hanya bisa menangis mendengarkan semua itu.
Sambil terisak-isak aku pun mencoba menguatkan batinku.

Lama kuberpikir.
“Kalian janji ga akan kenapa-kenapain aku?”
“Iya, kami janji kami akan mengantarkanmu pulang dengan selamat habis ini.”
“Anggep aja kita lagi olah raga!”

Aku pun mencoba menenangkan diri atas apa yang baru saja menimpaku.
Begitu berat rasanya keputusan ini.
Entah apa yang merasuki pikiranku.
Sudah tak mampu berpikir jernih lagi.
“Oke, tapi pelan-pelan saja ya!!”
“Segera kita selesaikan, dan aku mau ingin cepet pulang.” jawabku lirih.

Mereka semua seolah mengangguk menyetujui keputusanku.
Entah kenapa aku mengiyakan mereka semua.
Yang ku inginkan hanya ini semua segera berakhir dan pulang.

Bersambung…,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts