Dodolterong Biarlah Seperti Air Yang Mengalir…

Semproters wan/wati ini karya gue yang kedua setelah “DINAS LUAR KOTA”
Mohon bimbingannya para suhu melalui komen dan saran..
ini Cerita Fiksi hasil khayalan sendiri ditunjang referensi dari karya para suhu semua..

Salam Jabat Semprot..

————————————-

Biarlah seperti air yang mengalir…

Halo Semproter, balik lagi dengan cerita baru. Kali ini gue bercerita kisah ketika masih menjadi mahasiswa di sebuah PTN di Bandung.
Dody adalah nama gue, perawakan gue saat itu masih kurus, tinggi 165, berat 50an kg. gue adalah mahasiswa asal sebuah dusun di P. Jawa. Orangtua hanyalah petani, penghasilan utama dari sawah. Namun gue bangga karena gue adalah satu satunya pemuda dari dusun itu yang mampu kuliah di PTN ini. FYI, dulu, sekitar taun 90an untuk menjadi mahasiswa PTN harus mengikuti Sipenmaru alias tes komunal bersama pelajar lain dari seluruh Indonesia. Jelas hal ini menjadi kebanggaan bagi si mahasiswa itu dan keluarganya terlebih jika berasal dari kampung seperti gue, maka menjadi kebanggaan juga bagi warga kampung..

Nah itu sekilas gambaran gue.
Karena gue termasuk bukan orang mampu secara ekonomi dan harus meninggalkan kampung halaman untuk kuliah di kota,
tentu gue harus menetap di tempat gue kuliah. Nah, di Bandung gue kos didaerah Bandung Utara yang masih sejuk. Sebagai gambaran,
gue kos di sebuah rumah dempet di kawasan Dago dimana saat itu bangunan rumah masih banyak yang setengah tembok. sisanya menggunakan kayu
ataupun gedeg. Namanya juga hidup hemat maka itulah yang bisa gue dapat. Rumah kos gue ini kecil, berdempet dengan bangunan lain. Gang depan rumahpun kecil. hanya bisa untuk dua motor. Rumah ini terdiri dari satu kamar tidur dilantai bawah dan dua kamar terletak di lantai 2 diatas dapur dan kamar mandi. Kata yang pas sebenarnya gudang. atau ruang yang setengah hati dibuat. mungkin kamar ini dibangun karena posisi atap yang tinggi sehingga ada ruang yang bisa digunakan sebagai kamar. Hanya gue yang kos disini. kamar sebelah gue kosong dan hanya berisi barang yang tidak digunakan untuk keperluan sehari-hari sang pemilik rumah. Tangga terbuat dari kayu, begitu juga lantainya. Namun keliatahan sekali bahwa kayu ini adalah kayu yang bagus, karena tebal dan ketika diketuk akan berbunyi kayu yang padat.. Entah kayu apa mungkin juga kayu besi.. dibawah kamarku adalah dapur sementara kamar sebelah berada diatas kamar mandi kami.

Rumah ini dihuni oleh keluarga kecil, Kang Asep (36an), Teh Maya (30an), Meri (4) dan Asya (2) adalah penghuni utama rumah ini. Kang Asep seorang tukang bangunan yang kerap dipanggil selama periode tertentu untuk bekerja. bisa 3 bulan, bisa 6 bulan.. seingat gue, selama gue disana paling lama dia pergi selama 9 bulan gitu. Teh Maya seorang wanita yang periang, dan suka bercerita serta jahil.. seperti layaknya anak SMA atau ABG. Tapi itu semua dia lakukan kepada orang yang dianggap dekat dengannya seperti ke suaminya atau adik atau sepupunya yang sekali waktu datang berkunjung. Wajahnya tipikal wajah Indonesia, lebih cendrung manis, tidak cantik, putih kekuningan, jarang bermake-up.. bisa jadi seperti artis Dessy Ratnasari atau Nike Ardilla lah seperti itu warna kulitnya.

Awal dulu saya tinggal, dia kerap menggunakan baju yang sopan jika gue dirumah. gue juga sering dipanggil ke bawah untuk ikutan makan bersama. Oya, gue bayar bulanan disini bukan hanya dengan uang kos, tapi juga menyumbang beras 15kg tiap bulannya. itu adalah murni ide gue karena kampung gue kan penghasil beras, ortu punya sawah yang luas dan produksinya cukup tinggi. Tidak ada salahnya ikut menyumbang beras. Toh beras yang sama dimasak untuk makanan kami semua. Maka dari itu Kang Asep dan Teh Maya sangat respek dengan gue. Bahkan Kang Asep sangat percaya dengan gue, kadangkala dia bilang menitipkan Teh Maya dan anak-anak ke gue sebelum berangkat jauh walau gue tahu itu cuma basa basi kali yeee…

Nah kemudian hari Teh Maya sudah mulai berani untuk ngobrol dengan ceplas ceplos dan agak cuek dalam berpakaian meski gue ada di rumah. Teh Maya mulai sering menggunakan handuk untuk menutupi tubuhnya yang telanjang ketika akan mandi dan keluar dari kamar mandi. Menggunakan baju terusan seperti daster pendek bertali tipis menggantung di pundak atau kaos panjang sepaha you can see sehingga pahanya terlihat. Namun itu terjadi setelang beberapa bulan gue tinggal disana dan ketika kang asep pun pergi. Pernah seuatu ketika gue pulang malem dari kampus, ketika masuk rumah ternyata Teh Maya sedang diurut oleh Nyai, tetangga kami yang sering dipanggil untuk urut atau pijat, dengan posisi tidur tengkurap di ruang tengah beralaskan tikar dan hanya sarung yang menutupi pantatnya, sementara punggungnya terbuka bebas sehingga terlihat dari bentuk toket teh maya dari samping seperti balon yang tergencet beban. Gue kaget namun Teh Maya hanya kaget sebentar namun kembali tengkurap dan doing nothing to cover..
Nyai sendiri cuma bilang “eh si Kasep (si ganteng/panggilan yang biasa disini) baru pulang.. Capek yah jadi mahasiswa.. sekali sekali atuh dipijit biar seger” lalu gue cuma mengangguk pelan dan melengos pergi ke kamar.. Itu lah kali pertama saya melihat tubuh Teh Maya. Dan sejak itulah Otek Mesum gue menyala..

Seperti mesin yang baru dinyalakan. Baru Otaknya yang mesum, belum tindakannya hehehe.. beberapa hari setelah kejadian itu Teh Maya sering terlihat hanya berbalut handuk jika keluar masuk kamar mandi. Pernah ketika gue lagi makan Teh Maya keluar dari kamar mandi hanya berbalut handuk yang lusuh dan robek robek.. lalu duduk di kursi makan di sebelah gue sambil negebenerin handuk yang melilit kepalanya lalu ngajak ngobrol ngalor ngidul dan gue cuma bisa iyah dan iyah ngangguk ngangguk pura pura cool..
padahal konti ane dah mulai mengeras bergerak ingin menyeruak keluar. Teh Maya duduk dengan santai, tangannya bergerak gerak memperbaiki handuk di kepala, sementara itu ketiaknya yang ternyata berbulu sangat halus itu terlihat sempurna dimata gue.. kepalanya bergerak kiri kanan seakan menyatakan ayo sentuh.. hadeuuuh..
Namun gue menahan diri, lalu anak-anak Teh Maya, Meri dan Asya, juga merengek rengek minta gendong dan handuk Teh Maya pun perlahan lahan melorot karena Asya berupaya naik ke paha Teh Maya.
“e e e e e … nih anak-anak jangan gitu ah.. malu ah sama A’a.. handuknya melorot.. ” ujarnya kerepotan dengan situasi itu.. Gue liat Teh Maya berupaya untuk ngebenerin handuknya dan lirikan gue pas ketika tangan Teh Maya menaikkan handuk sehingga sebagian besar toketnya terlihat dari samping.. gue cuma bisa bilang,” hadeeeuuuhh adek adek, kasian mamahnya atuh.. nanti handuknya lepas.. ayo main yang benar yah.. yok sini sama A’a..” dan Meri serta Asya pun berpaling ke gue dan manjatin gue.. Teh Maya berpaling ke gue dan senyum-senyum… (sebetulnya karena Otak gue dah MESUM banget sehingga pikiran gue tuh dah konotasinya negatif melulu) Teh Maya pun kembali mematut handuknya dan berdiri lalu berjalan ke arah kamar mereka, “titip ya mereka ya A’” katanya sambil balik badan.. “iya Teh” kata gue dan gue pun melongo bengong takjub karena ternyata bagian handuk yang menutupi pantatnya robek menganga.. “aaaiiiihhh.. pantat ku sobek” ketika tangan Teh Maya mematut pantatnya dan
berlari kecil ke kamar.. “A’a gak liat kan? Teteh malu.. hahahahaha” teriaknya dari kamar sambil tertawa.. gue pun naggapinnya sambil tertawa dan bilang.. “ah cuma bagian doang kok Teh. Kalo yang tengah, baru teteh malu…” Damn! kok ucapan gue binal banget sambil menutup mulut gue. gue terkejut sendiri atas apa yang gue ucapin. Dasar Omes, Ngomongpun jadi Mesum. “yeeeee… maunya tuh” kata Teh Maya..

Sejak itu, Teh Maya semakin berani dan cuek.. Pernah ketika Minggu pagi dan Kang Asep tidak ada di rumah, gue lagi males malesan di kamar beralaskan kasur tipis.. Rencana gue hari itu adalah ngeberesin kamar yang udah sumpek.. menyapu, ngepel dan bersihin sudut-sudut kamar.. ya memang itu juga dah kebiasaan gue kok waktu di kampung. Jendela kamar gue buka selebar-lebarnya, jendela kayu yang terbagi empat, biasanya hanya dibuka dua bilah diatas, namun sekarang semuanya gue buka dengan lebar.  filmbokepjepang.com Tiba tiba masuk Teh Maya ke kamar sambil bawa teh dan ubi goreng, “A! katanya mo beberes kamar, dah dibikini sangu kok malah tiduran?” gue cuma nyengir aja dan sambil senyum gue bilang, ” okeh Teteh
Maya, ini juga mau akan bangun dan beberes. Makasih ya sangu-nya..” kata gue sambil kasih tanda jempol. Ketika itu dia cuma make kain sarung yang di ikat ke badannya.
Gairah pagi bergerak dan ane pun nembak,” Mau mandi Teh? jadi repot repot teteh bikinin teh ama ubi” “ah gak ngerepotin A, cuma segitu doang..” FYI, karena kamar gue ini tingginya paling paling cuma 2 meter aja, maka biasanya gue ataupun yang masuk secara tidak sengaja agak merunduk meski jarak dengan kepala masih jauh.. namun karena udah kebiasaan maka Teh Maya juga merunduk. Ketika merunduk dan berjalan keluar kamar, tiba-tiba sarungnya terlepas karena ada bagian sarung kain itu yang terjepit di sela-sela lantai kamar gue… Maka terbukalah semua, semuanya kelihatan, toketnya yang mumbul seperti cetakan nasi padang dua tingkat, lalu rampingnya perut Teh Maya dihiasi lubang udel yang bulat, lalu bulu jembut yang halus dan rapih… “AAAAAAHHHHHHH” teriaknya “duh Gusti…” Aa liat kesanah” teriaknya sambil menunjuk ke jendela dan tangan menutup dada serta selangkangannya. Sementara gue juga masih terbengong bengong melihat lukisan alam indah, belum sempat ngaceng
bengong melihat itu semua.
Meski kejadiannya cepat, tapi semua terekam seakan gerakan lambat. gue melihat jelas semuanya! Gue langsung bangun dan memeluk Teh Maya yang hampir jatuh dan tangan ini merasakan betapa halus punggung Teh Maya! Oooohhhhh… “AAAA… ambilin kain teteh…” katanya. namun
di kuping gue bukan itu yang terdengar tapi seperti “mainin teteh” gitu… tak pelak ketika gue peluk posisi konti juga bergerak gerak dan menyentuh tubuh Teh Maya. Dan Teh Maya sepertinya malah menikmatinya. Dan Teh Maya malah memeluk gue dan mengatakan,” AAA, Teteh maluuuu.. Teteh telanjang, Burung AA nyenggol nyenggol teteh…” dan gue merasa tangan Teh Maya mengelus dan meremas burung gue dari depan.. secepat kilat malah tangannya masuk kedalam celana karet gue dan langsung mengocok perlahan konti gue..

sssssshhhh aaaahhhh…. erang gue perlahan.. Teh.. tangan teteh lembut sekali.. sambil tangan gue mengelus punggungnya yang halus.. gak papa A.. terlanjur malu.. katanya.. lalu Teh Maya melepaskan pelukan gue dan badannya melorot kebawah sambil tangannya pun menarik celana gue sehingga konti gue lepas sempurna dan mengacung persis didepan wajahnya yang manis.. Teh Maya sambil tersenyum mengatakan, ” burung aa blom pernah kerja yah?” sambil tangannya mengocok perlahan.. “Belum teh.. baru teteh yang begini”.. “urang dapet jejaka euy.. katanya perlahan sambil terus mengocok dan akhirnya bibirnya perlahan menjilati batang konti gue.. sssshhhhhh aaaaahhhh teteh.. enak sekaliiii… erang gue sambil
pegang kepalanya sementara kepala gue mendongak keatas sambil merem melek menikmati sepongan Teh Maya.. gilaaaa… ternyata disepong itu nikmat banget! kata gue dalam hati.

Teh Maya terus mengoral konti gue, biji gue pun tak luput diusapnya dengan lidah.. dan tangannya telah berpindah memegang pantat gue, ya kedua tangannya di pantat gue sambil mendorong dorong pantat gue ke mulutnya… ssslllluuurrrppp suara keluar dari mulutnya.. lalu dia mainkan lidahnya di ujung kepala kontol gue persis dilubang kencingnya.. aaaaahhhhh… gue menggelinjang kegelian sampai telapak kaki ini menjinjit.. aaaahhhh…. teeeehhhh … nikmat sekali tteeeehhh… suara gue meracau gak jelas… benar benar blingsatan mata dan kepala gue karena terjangan kenikmatan yang baru gue rasakan.. benar benar baru gue rasakan.. sementara tangan dan mulut teteh bergantian mengocok konti gue dan gue pun juga tidak bisa menahan serangan gelombang kenikmatan ini lalu gue merasakan bahwa ada yang mau keluar dari konti gue.. dorongan sperma dari dalam gue rasakan mili per mili dari tubuh gue seakan siap siap untuk memuntahkan berliter liter peju ke wajahnya… dengan kaki yang sudah gemetaran dan posisi gue dah antara berdiri dan jongkok, badan condong ke tubuh teh maya dan tangan gue menggenggam kedua pundaknya dan setengah berteriak “tttteeeeeeeehhhhh….. aku mau ppppppiiiiissssss….” eh si teh maya malah mempercepat laju mulutnya di konti gue… dan akhirnya.. crooooooootttt…mmmmmpppphhhhhh….crrroooooootttttt….mmmmmmpppphhhhhhh….mmmmmmpppphhhhhhhh……. suara dari mulut teh maya.. menampung cipratan mani yang begitu banyak hingga luber ber ber tumpah ruah ke pipi nya.. “Banyak banget A’.. peju perjakanya teteh nih” katanya sambil tangannya mengocok konti gue yang masih mengeluarkan sisa mani.. gue sendiri gak bisa kontrol badan gue semuanya bergerak seperti kejang kejang.. nikmat biinnngggiittssss kata anak muda jaman sekarang hehehehehe…
Secara perlahan badan gue ambruk, berbaring di lantai kayu.. gue pegang kepala gue, garuk garuk sendiri, berusaha menenangkan diri atas kejadian yang baru pertama kali buat gue.. aaahhhh.. teh maya..aku kok gini yah, lemes.. seperti tulang tulang badan ini gak kuat.. hihihihihi tawanya.. lucu deh Aa nih, memang baru kali ini kah tanyanya memastikan.. iya teh.. baru pertama kali ini.. Nah.. kalo gitu nanti Teh Maya kasih tau yang lain dan lebih nikmat… katanya sambil meraih raih kainnya yang masih terjepit di lantai kayu.. dan dia pun menutup badannya dan turun kebawah.

sementara gue masih mengatur nafas gue yang terengah engah dan tidak terasa gue tertidur lelap..
gue bangun dengan kondisi stengah telanjang, konti gue masih terbebas namun layu, dan gue denger ada yang naik dan gue yakin itu Teh Maya, maka gue gak segera bangun untk ambil celana, ketika gue lagi terduduk untuk meraih celana tiba tiba.. “”aaaaaaa…. kok gak pake celana???” gue kaget sambil mendongak ternyata itu Nyai yang pernah mijitin Teh Maya! Langsung aja gue raih dan memakai celana.. dengan gelagapan gue bilang “ini Nyai.. tadi lagi mau ganti celana eh ada Nyai, gak kedengaran ada orang naik..” ujarku berbohong.. Tapi sepertinya Nyai sudah langsung mengerti karena dia sempat melihat batang konti ane yang masih mengkilat dan ada sedikit noda noda di lantai yang belum kering. Dia pun berujar, ” dasar anak bujang pasti lagi ngocok kan? Hayo kamu pasti lagi ngebayangin Teh Maya kan?” serangnya.. Enggak kok Nyai, bener! saya mau ganti celana.. ” ” Kenapa itu dilantai ada peju, hayaoooo!” candanya dan gue pun mati kutu. Seperti anak kedapetan maling mangga, gue menunduk, bilang, “iya Nyai, tadi abis ngocok, tapi ngebayangin temen kuliah..”

Ealah anak muda.. mana Nyai liat.. siapa tahu Nyai bisa bantu” sambil tangannya langsung megang konti gue dari luar celana..
Percuma juga celana ini dipake, baru dinaikin dan diplorotin lagi…”pikir gue.. ah gue ikutin air mengalir ajalah.. “Tadi Nyai Ketemu Teh Maya.. Kata Teh Maya dia mau pergi ke Ledeng anter anak-anak. Nyai disuruh kesini untuk liat rumah ini, eh rupanya ada sepatu kamu jadi Nyai nyari nyari kamu dan rupanya kamu dikamar lagi ngocok…” terangnya.. OO rupanya Teh Maya mau anter anak anak ke rumah neneknya di Ledeng dan gue berfirasat baik bahwa pasti nanti malem akan ada acara temu senggama dengan Teh Maya.. hehehehehe.. “
Tangan Nyai mengocok konti gue dengan perlahan lahan dan karena gue masih posisi berdiri, Nyai berlutut dan mengoral konti gue dengan lahapnya.. ssllluurrrerupappppp….ssllluurrrppppp ssllluurrrppppp… suara yang keluar dari mulutnya.. Gue pun kembali bergairah, perlahan konti gue mengeras dan menjadi keras sempurna karena sepongannya.. “iiihhhh lama bener nih dah ah.. masukin ajah yah..” kata Nyai… What??? Gue langsung terduduk, kayaknya Nyai berpikir bahwa gue ini udah biasa ngewe.. padahal blom pernah sama sekali…
“anu Nyai.. ennngg… saya…” gumam gue… “udah ah Kasep… diem ajah.. Nyai juga kepengen.. ” sambarnya.. Lalu dia membuka sarung kainnya.. begitu juga dengan kaosnya.. dan Perlahan dia membuka BH serta CDnya sehingga tubuhnya telanjang bulat.. Tubuh Nyai seperti ibu ibu umur 45an kebanyakan, namun tidak gendut dan gembrot.. lebih cocok dibilang sekal, montok.. Perutnya tidak rata, sedikit menonjol. Namun toketnya jangan ditanya lagi, bentuk bulat simetris membusung beserta putingnya yang lancip menonjol.. beda dengan Teh Maya yang toketnya ukurannya lebih kecil namun terlihat kencanng dan padat. Toket Nyai ini bulat besar dan ngondoy.. Karena sudah terlanjur dalam situasi ini dan diapun berpikir
bahwa gue ini sudah sering bersenggama, gue dengan sok yakin langsung meremas kedua toketnya…”iiihhhh… pelan atuh.. sakit!” jeritnya.. lalu gue elus perlahan toket dan memelintir pentil Nyai dengan lembut.. “ssssssstttt aaaahhhh… enak A.. terusin A.. ” ujarnya.. Saat ini kami berdua berdiri sejajar, kami berciuman dan tangan kami saling meraba tubuh kami. Nyai tidak terlalu tinggi, hanya sekuping gue.. gue menunduk dan mencium bibirnya serta tangan ini memilin puting Nyai.. Nyai membalas ciuman gue dan tangannya memegang kepala gue dan mendorongnya ke wajah Nyai.. Lalu Nyai rebah dan mengangkang.. terbukalah liang vaginanya.. “ayo kasep.. masukin ” perintahnya perlahan.. Karena gue juga masih lugu dan tidak
mengerti dengan foreplay, gue berlutut di depan vaginanya..

Gue sibak kakinya agar memberi ruang buat gue lebih dekat ke memeknya, lalu gue pegang konti gue, gesek gesek ke liang memeknya.
Namun insting ternyata berkata lain, dengan naluri ngewe yang kuat, gue sodok secara perlahan ke liang Nyai.. “aaaaaaaahhhhhhhhh” kami berdua bersamaan menikmati first shot..
“ayo kasep.. dorong lebih kuat.. goyang pantatnya lebih keras” pinta Nyai.. plak plak plak suara tubuh kami beradu.. gue pompa badan gue dengan semangat.. pompa pompa dan pompa…
“Ayo dod.. pompa lebih keras..” batin gue. gue terus goyang dia seperti kesetanan.. aaaaaahhhh Nyai.. enak banget…” erang gue..
Gue lihat wajah Nyai cuma merem melek kepala goyang kanan kiri sambil gigit lidah sendiri… cukup lama gue genjot dan akhirnya gue berhenti..kecapekan sendiri.. masih tetap dalam posisi man on top, tangan gue di samping kiri kanan kepalanya gue mengatur nafas gue yang tereng
engah dan Nyai bilang.. “Goyang lagi sep.. tanggung..” Seperti kuda pacu yang dipecut kembali gue goyang pinggul gue.. plak plak plak suara itu terdengar kembali.. aaahhhh yyyeeeaaahhh kaya Nyai.. eeeennnnaaggggkkkhhh “erangnya kembali. tidak lama gue pun merasa ada ingin memuntahkan mani gue.. namun rasanya berbeda dengan ketika disepong Teh Maya tadi…
AAAAGGGHHHHHH Nyaiiii… saya mau… kkelllluuuaarrrggghh” dan crot crot crot… badan gue melengkung keatas.. kaki gue berkejang kejang.. tangan gue menegang… aaagggghhhhh…
nikmatnya tak terkira… Nyai pun bereaksi hampir sama… pinggulnya naik mengangkat pantatnya dan pahanya pun mengejang.. yang gue ingat rasanya adalah konti gue ini seperti dijepit, diremas dijepit dan diremas oleh memeknya… aaaaaaahhhhhh… gggiiiilllleeeeee…..

Lalu badan gue jatuh menimpa badan Nyai, ” Nyai.. aku leeemmmeessshhh….”Nyai pun tersenyum dan bilang,” aku juga lemes Kasep.. kamu dah sering main yah? goyangnya buas bener.. Nanti laen kali biar Nyai Pijitin kamu supaya makin greng dan yahud… Nyai puas kasep… ” sambil cubit genit dagu gue… dalem hati gue berpikir, jangan jangan emang dia gak tahu kalo inilah ngentot gue yang pertama.. dia yang ambil perjaka gue, sementara Teh Maya ngambil perjaka gue pake mulutnya… Haduh…

Dan gue kembali teringat kalo Teh Maya nganterin anaknya ke rumah neneknya.. berarti nanti malem cuma gue dan Teh Maya.. Tentu saja antara takut dan gembira…

Tapi ya sudahlah.. biarlah seperti air yang mengalir…

—————-

Berhubung beberapa semproters meminta lanjutan cerita ini,
Gue akan coba meneruskan cerita ini kembali…
Tapiiiii… Enaknya kalo mencari inspirasi tentu lebih enak ditemani
secangkir kopi.. Agar khayalannya makin menggila rasanya
Es CENDOL lebih mantap.. Apalagi Cendol kiriman semproters budiman..

Heheehehhe,
Salam Jabat Semprot,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts